BAB 14 : Puisi Cinta (1)

963 159 14
                                    

Sosok anggun sang Dewi yang terbiasa menilai situasi, tidak menyulitkannya untuk setara dengan pikiran Wei YuanDao.

Pakaian Dewinya yang tidak terlalu tebal, angin malam mengekspose langsung ke lapisan kulit terdalamnya. Tulang-tulangnya ikut merinding, sekujur tubuhnya dibungkus oleh kedinginan, membuatnya tampak seperti Dewi yang lemah dan perlu dimanja.

Dia sengaja menginjak sebuah batu bulat dan tergelincir dilangkah berikutnya.

"Hati-hati!" Wei YuanDao memegang pinggangnya, membantunya berjalan dengan benar. Memungkinkan hal ini mengamankan Dewi di jalan bebatuan yang lain.

Hal-hal sederhana ini tidak lepas dari sepasang mata gelap. Tangan orang yang menatap mereka itu terkepal, menuangkan kekuatan inti di genggamannya seolah akan menghabisi pelacur yang menyamar menjadi Dewi itu dalam sekali serang.

Ketika mereka cukup jauh, Xue memanggil bawahannya.

Segera kelompok-kelompok seperti pendekar pedang melayang di balik bangunan tua dan memberi hormat pada Xue, "Kami telah datang dan mematuhi perintah Anda. Yang Mulia, apa yang harus kami lakukan?"

"Tidak banyak. Kalian hanya perlu temukan identitas pelacur itu." Setelah mengatakannya, Xue menggambar lingkaran aray di bawah kakinya dan segera bertranmigrasi ke alamnya.

Merasa pengganggu itu telah pergi, kulit Dewi menggelap tetapi secepatnya menghilang. Selama pertikaian terjadi, dia tidak bisa bercampur tangan karena martabat Dewi yang dia miliki.

Hanya setelah berada di posisi yang aman, dia bisa menunjukan emosi yang besar. Dia duduk di samping Wei YuanDao setelah mendapatkan daun obat dan menggilingnya di atas telapak tangan, kemudian mencampurkannya dengan daun antibiotik.

Daun-daun itu digiling halus dan memegang tangan Wei Yuandao setelah selesai.

Darah itu nyaris membungkus telapak tangan dan jari-jari Wei YuanDao, sebagiannya sudah mengering dan menghitam. Luka robek cambuk itu seperti duri-duri yang mengoyak kulit dan terlihat mengerikan.

Bahkan dahi Dewi yang halus tanpa noda terlihat berkerut, jurang-jurang dangkal di antara alisnya terlihat tidak menyenangkan untuk dilihat.

Wei YuanDao yang menyaksikan itu, secara tidak sadar menekan ibu jarinya di sana dan mengusapnya, "Kerutan ini akan mengurangi wajah indahku. Dewi.. Anda baiknya tidak perlu cemberut untuk alasan yang sepele. Ribuan tahun ini saya sudah terbiasa mengalaminya."

Cara bicaranya sudah kembali normal. Namun saat dia masih memanggil Dewi, jurang dangkal di dahi Kaisar Dewa Sastra semakin dalam, dia menurunkan tangan Wei YuanDao dan menempelkan ramuan obat ke telapak tangannya.

Di bagian terakhir, dia menutupi luka-luka itu dengan kain kasa, melilitnya sampai ke punggung tangan, kemudian menyimpulnya dengan erat.

Setelah dia selesai mengobati lukanya, Kaisar Dewa Sastra membersihkan tangannya dan mencuci dahinya yang bernoda darah usai disentuh Wei YuanDao dengan air sungai.

Di ujung tangannya mengalir air yang bening. Setelah air itu diusapkan pada dahinya, bedaknya tidak memudar, bahkan mahkotanya tidak meluncur seakan itu dipaku di atas kepala.

Menjaga kecantikan seorang Dewi itu merepotkan, tetapi Wei YuanDao di belakangnya memberikan apresiasi besar terhadap Kaisar Dewa Sastra bahwa dia sempurna sebagai seorang Dewi.

Wei YuanDao mengangkat tangannya, seolah dia benar-benar mampu mematikan seluruh alam, sesuatu yang bergerak di sekitarnya berhenti.

"Dewi.."

Bahkan ketika kedua belahan bibirnya terbuka dan mengeluarkan suara, alam di sekitar benar-benar sunyi. Perlahan dia berjongkok di sisi Kaisar Dewa Sastra, memainkan air di ujung jarinya, "Apa perintah apa yang Anda terima dari Kaisar Dewa Agung ketika Anda bertemu Saya?"

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang