BAB 10 : Seorang Putri (2)

1K 173 24
                                    

Wei YuanDao memasang lingkaran aray lain dan bersiap pergi. Setelah sepasang roh itu selesai dihukum, dia akan memanggilnya nanti lewat lingkaran aray.

Saat lingkaran aray bersiap mengirimnya pergi, iring-iringan itu tiba-tiba ada di depannya. Badai menderu membawa angin panas, namun masih terasa menyejukkan.

Dari jarak dekat, kelambu ungu itu terlihat cerah dan mengesankan. Lonceng perak perunggu berbunyi seiring deru angin lalu dan awan gelap menutupi iringan itu seolah tidak rela sinar itu mengenai iringan itu.

Sebelum Wei YuanDao beraksi, sepasang kaki ramping nan halus, tungkai panjang dengan sepatu terbuat dari pertama langka, menyelip dari balik kelambu.

Kain dengan tenunan benang perak jatuh di antara tangga tandu, sepasang kaki ramping itu hanya disusupi pakaian tipis di atas paha. Terlihat erotis.

Wei YuanDao tidak memalingkan muka, hanya menatap tanpa ekspresi sosok putri yang keluar perlahan dari tandu.

Sosoknya yang cantik dengan kekurangan kain itu tersenyum indah pada Wei YuanDao. Alisnya yang halus dan lembut, tampak memberikan nuansa tidak berdaya, seolah siapa pun yang melihat, akan memiliki selera tidak mampu berpaling.

Sepasang matanya yang merah muda dan berair, menjadi tambahan yang berkali lipat. Bulu matanya lebat dan lentik, ketika itu berkedip, memberikan sihir cinta yang tidak mampu ditolak.

Ada sedikit gesekan di tanah ketika dia menginjak tanah. Rambut panjangnya seketika menutup punggungnya dan pinggangnya yang terbuka. Membeli sepasang kain yang lebar sepertinya terlalu mahal untuk tuan putri itu, hingga tidak mampu menutupi tubuhnya.

"Tuan Muda... Putri ini datang untuk anda. Dapatkah Tuan Muda menemani Putri ini mengelilingi dataran timur?"

Suaranya yang lembut dan mendayu, dihantarkan langsung ke jantung. Setiap lelaki yang mendengarnya akan bertekuk lutut di kakinya dan menyatakan kesedian melakukan segalanya.

Senyuman putri itu ringan. Pelayan yang ikut di belakangnya ikut tersenyum seolah mendorong pilihan menolak adalah sebuah kesalahan.

Wei YuanDao tetap di tempatnya, tidak merespon atau ingin mengatakan sesuatu. Tangannya terangkat, bersiap meninggalkan lokasi setempat untuk menemukan roh-roh yang masih berkeliaran.

Sayangnya, kepergiannya ditakdirkan terganggu. Putri itu melambaikan tangan, seorang pelayan pria dengan kain lengkap bahkan menutupi wajahnya datang ke sisi lain, tempatnya sepasang roh yang Wei YuanDao hukum dalam lingkaran aray.

Menebak hal apa yang dilakukan pelayan itu, Wei YuanDao kembali mengerutkan alis dan mengibaskan tangan untuk mengirim aray dan isinya itu ke tempat lain.

Untuk melihat sepasang roh itu lenyap sebelum pelayan itu sampai, sang putri tidak sedikit pun tersinggung. Dia mengembangkan senyuman lebih lebar dan maju lebih dekat pada Wei YuanDao.

"Tuan Muda, apa yang baru saja anda lakukan? Putri ini tidak ada maksud berbuat jahat dan hanya ingin membagi sedikit kebahagian."

Setelah jarak mereka cukup dekat, bahkan sang putri dengan berani menginjak lingkaran aray Wei YuanDao, bicaranya lebih lembut, "Tuan Muda.. Putri ini hanya ingin ditemani bukan bermaksud menyakiti. Apa anda mau mengabulkannya? Putri janji akan mengantarkan anda kembali."

Seolah itu adalah gangguan satu ditambahkan gangguan lain yang tidak berkesudahan, akhirnya Wei YuanDao membuat celah di sepasang bibirnya yang rapat, "Nona, hari ini dingin. Pakailah pakaian yang tebal."

Setelah mengatakan itu, Wei YuanDao tidak membuang waktu lagi dan segera lenyap.

Putri yang tinggalkan, mukanya memerah, matanya melotot karena marah, "Sialan! Dia pikir dia apa sampai tidak tergoda sedikit pun?!"

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang