BAB 50 : Kedatangan (1)

450 75 5
                                    

Telinga-telinga yang mendengar seketika membeku karena kejutan.

Kasih sayang yang dikatakan Ratu Dewi Air jelas bukan kasih sayang terendah. Tidak akan ada yang berani berkorban jiwa untuk dewa lainnya, apalagi dalam skema hidup dan mati.

Dewa Zixuan mengiring matanya yang lemah untuk melihat pinggiran wajah Ratu Dewi Air, bibirnya bergetar, tetapi tidak satu pun kata yang keluar. Hubungan mereka memang dekat, tetapi dia tidak mengira Ratu Dewi Air akan berbicara seperti itu.

Ratu Dewi Air bersiap akan berbicara lagi, tiba-tiba Kaisar Dewa Agung mendahuluinya, "Ratu Dewi Air, Ini bukan seperti yang anda pikirkan. Kami berniat membantu permasalahan anda."

Sepasang mata ungu yang semula redup itu perlahan dikirim dengan kejutan, "Membantu?"

"Benar. Kami tidak menjamin apakah ini meninggalkan resiko atau tidak."

Jika begitu, bantuan itu seharusnya harapan yang amat besar. Sisa-sisa jiwa yang terlantar diluruskan dengan sudut harapan tersisa, tatapan teroran semula mereka diredupi dengan cepat.

Jadi siapa pun tidak ingin berbicara lagi, jika ada harapan mereka di ampuni, tidak peduli dengan resiko yang akan datang.

Sama seperti sebelumnya, setelah suara-suara senyap, Grandmaster berdiri di depan kelima jiwa yang terlantar dan memasang lingkaran eksrak aray di bawah kaki mereka.

Kemudian sekelilingnya dipaku dengan tangkai-tangkai bunga merah abadi secara lingkaran. Saat tangannya terangkat untuk melancarkan mantra pemisahan, kelopak-kelopak bunga meneteskan darah segar, disusul teriakan yang memekan telinga.

Tidak satu pun mulut kelima jiwa yang terlantar tertutup, semuanya terbuka dengan lebar. Inikah rasanya saat Grandmaster memisahkan roh dan raga? Sakitnya seakan kulit dikupas perlahan dari lapisan terdalam, sedangkan mereka berdiri di atas besi-besi runcing yang dipanaskan dalam api berkobar.

Derita itu berlangsung sejam penuh sebelum Kaisar Dewa Sastra bergabung, menggandeng jemari Grandmaster saat melepaskan kekuatannya, menyatu dengan lingkaran aray yang mekar di ngarai darah.

Kaisar Dewa Agung berdiri di belakang mereka berlima, dengan lingkaran putih bercahaya di puncak kepala masing-masing. Ini adalah metode pengaman agar kedua jiwa yang tertanam di tubuh terpisah, Grandamster akan mengangkat jiwa asing keluar dan Kaisar Dewa Sastra akan membekukan roh asli.

Ketiga dewa mulia itu bekerja sama. Peluh menetes di sudut pelipis masing-masing dan kerutan halus mengaliri dahi Kaisar Dewa Agung, dia dapat menaham empat jiwa tetapi Dewa Zixuan tiba-tiba berteriak di puncak paru-paru.

"Aaahhhhhh!"

Berusaha sekeras baja menolak jiwa-jiwanya dipisahkan.

Tatapan Grandamster dalam, jiwa yang menolak ini berasal dari jiwa asing yang merasuki tubuhnya dan berkuasa lebih kuat dari tubuh asli, tetapi sedikit pun tidak berniat untuk melucuti jiwa asli dan membiarkan mereka menempati tubuh bersama-sama.

Apa jiwa asing ini mengenal Dewa Zixuan?

Jika bukan, seharusnya Dewa Zixuan telah mati semenjak lama.

Ketika empat Dewa-Dewi lain dilumpuhkan dan mengeluarkan roh asing, tubuh mereka pingsan seakan dilucuti dari semua kekuatan.

Namun jiwa yang terakhir, tubuh Zixuan tiba-tiba melonjat dan terputus dari rantai yang mengekangnya.

Sebelah matanya diselimuti energi batin yang kuat. Saat dia menatap pada ketiga dewa yang mulia, bibirnya memperlihatkan seringaian keras dan mendominasi.

"HAHAHA! Kita masih bisa melawan kalian."

Tetapi setelah mengatakan itu, dia melompat ke pintu keluar dan menerjang Tabib dewa yang sedang berjaga, lari secepatnya ke istana belakang.

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang