BAB 32 : Ketertarikan (2)

819 138 22
                                    

Perasaan hangat dari nama yang dipanggil ini membuat Kaisar Dewa Sastra tenang. Sama seperti sebelumnya, jemari mereka bertaut rapat, dia membawa Grandmaster menonton butiran salju yang jatuh di luar istana.

Sebelah tangannya yang terbuka menampung salju jatuh, "Seandainya aku tetap tidak bisa mengendalikan kekuatan ku, apa Grandmaster akan terus menyukaiku?"

Rasa khawatir muncul seandainya Grandmaster hanya menyukainya karena dia pemimpin istana Dewa Sastra yang memiliki kekuatan lebih, kemudian berhenti menyukainya setelah semua itu pudar.

Dihantarkan pertanyaan seperti itu, Grandmaster merasakan kosong sebentar. Dia memiliki pertanyaan di otaknya, Apa hubungannya suka dan kekuatan? Apa dia menyukai Kaisar Dewa Sastra karena kekuatannya?

Suka ya suka! Bukan karena apa.

"Apa yang kau katakan Kaisar Dewa Sastra? Salju itu sangat indah, makhluk alam fana menantikan musimnya dan membuat persiapan selama musim dingin berlangsung." Grandmaster juga menampung tangan, mengumpulkan segenggam salju, membawa itu ke pipi Kaisar Dewa Sastra.

Bibirnya meringkuk dengan senyuman nakal melihat mata Kaisar Dewa Sastra berkedip-kedip, salju itu telah mencari di pipinya sebelum sempat menarik diri, "Lihatlah, kau bisa mengatasinya kan?"

Seperti bercanda dan permainan, Kaisar Dewa Sastra mengambil tangan nakalnya dan membawanya ke bibir, mengecupnya dengan lembut.

"Terimakasih."

Terimakasih karena tidak mempermasalahan seperti apa dirinya.

Grandmaster membuang penglihatannya ke samping, menurunkan tangannya, "Kaisar Dewa Sastra... apa kau bisa memasak? Aku membawa banyak bahan mentah masuk ke istana dan tidak tahu mau dijadikan apa."

"Hm." Selain belajar menjadi menjadi seorang Dewa Sastra yang bisa di andalkan, Kaisar Dewa Sastra juga belajar hal lain, sekalipun itu hal tidak berguna di alam surgawi.

Saat mendengar jawabannya, Grandmaster menariknya ke dapur istana dan memperlihatkan apa saja yang di bawanya dari luar istana.

Sebelum menjelang pagi, mereka telah menyelesaikan makan malam. Grandmaster duduk di ruang makan saat matahari terbit, menunggu Kaisar Dewa Sastra selesai membuatkan sarapan.

Segelas susu dan steak terbuat dari sayuran ditaruh di atas piring, meletakannya di hadapan grandmaster, "Makanlah. Kau kekurangan berat badan akhir-akhir ini."

Grandmaster mengedipkan sebelah mata, tampak agak nakal, "Kita belum lama ini makan malam, bagaimana kau menyuruh ku sarapan secepat ini?"

Kaisar Dewa Sastra meninggalkannya tanpa kata-kata. Menghilang di istana dapur dengan membawa piring-piring kotor, suara tawa Grandmaster terdengar di belakangnya.

Ketika kesempatan berkunjung Kaisar Dewa Sastra, akan membuat makan malam atau menumpuk cemilan sehat di lemari penyimpanan. Hanya menyaksikan Grandmaster nyaris melupakan mengisi perutnya, dia juga menyiapkan kantong langit kusus mengisi makanan sehat.

Hingga suatu hari, pada pagi hari, Grandmaster tertawa melihat apa yang dimasukan Kaisar Dewa Sastra ke kantong langit miliknya.

Sosok Kaisar Dewa Sastra itu menatapnya dengan cemberut, "Apa itu buruk?"

"Tidak. Kau malah terlihat bagus." Lingkaran aray telah aktif di bawah kakinya, Grandmaster mengedipkan sebelah matanya sebelum menghilang.

Sosok Kaisar setelah dipuji itu membuang penglihatan. Lingkaran aray lain di aktifkan, segera mengirimnya kembali ke alam surgawi.

Saat menginjakan kaki di alam surgawi, keributan baru saja terjadi. Dewa penjaga gerbang alam surgawi tergesa-gesa menghampirinya, berbicara tentang benda yang dibawa dari alam fana.

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang