BTD - 15

920 64 15
                                    

Behind the Devil © Kelompok 2

Chapter 15

Written by MandaVire

Written by MandaVire

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu yang kelam.

Zeva berjalan sendirian di jalanan sepi, meninggalkan mobil di parkiran, dan masuk membawa sesuatu ke sebuah tempat yang jarang di kunjungi orang-orang.

Sudah lama ia tak kemari, terasa sedikit canggung, tapi akan ia hadapi.

Zeva menutup kepala dengan tudung hoodie, memasukkan dua tangan ke saku dan berdiri di depan sebuah gundukkan tanah.

Argara Zeyn dan Olivia Renita.

Begitu yang tertuliskan.

Dua orang manusia yang meluncurkan Zeva ke dunia dan pergi begitu saja, meninggalkan Zeva menjalani hidup pahit ini sendirian.

Zeva mengepalkan tangan di dalam saku. Layaknya film kolosal, kejadian sepuluh tahun lalu terputar kembali di otaknya.

Seorang anak kecil polos berusia delapan tahun harus melihat kejadian menyeramkan dengan kedua matanya. Dan gadis itu adalah Zeva.

Kejadian kala kedua orangtuanya dibunuh secara keji oleh seseorang yang tak ia kenal, terus berputar di otaknya. Tak mau pergi, bahkan kala Zeva sudah menutup mata dan menenangkan diri.

Zeva mendongak, menghapus kasar setetes air yang entah sejak kapan turun, menatap dua nisan di bawahnya sekali lagi dengan senyum sinis yang terkembang.

"Kalian pasti udah bahagia di atas sana, kan? Dan anak ini? Dia masih tetap di dunia dan menderita." Zeva tersenyum perih.

Gadis itu perlahan menaburkan bunga ke makam orangtuanya. Mencabut beberapa rumput yang sudah mulai tumbuh panjang dan kembali berdiri kala awan hitam mulai datang.

Zeva merapikan bajunya. Memfokuskan mata lagi pada dua makam itu dan tertawa.

"Tenang. Anak ini gak bakalan biarin dirinya mati seperti orangtuanya. Kalaupun mati, akan ia pastikan mati secara terhormat. Gak usah cemas, hidup memang terasa menyesakkan, tapi masih bisa dijalankan."

***

Zeva memutar setir kemudi dan berhenti di depan sebuah cafe bernuansa hutan. Melepas celana hitamnya di mobil, Zeva masuk ke dalam dengan jeans sepaha serta hoodie andalannya.

Kala masuk, pemandangan dan aroma pepohonan langsung menyeruak ke hidungnya. Terasa menenangkan.

Zeva naik ke lantai dua. Duduk di kursi pojok sendirian. Menatap ke jalanan dengan tenang. Mengingat kembali saat ia menaburkan bunga pada dua gundukan tanah itu.

Sudah hampir satu tahun ia tak ke sana, dan hari ini Zeva memutuskan untuk datang tanpa alasan yang jelas. Hanya hati yang seolah memaksa dan kaki yang menuntun perjalanannya.

02:Behind The Devil✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang