BTD - 24

706 44 6
                                    

Behind the Devil © Kelompok 2

Chapter 24

Written by justtatan

Pagi-pagi, bahkan mentari pun baru saja menampakkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi, bahkan mentari pun baru saja menampakkan diri. Tetapi siswa siswi yang mengikuti acara baksos sibuk kesana kemari. Menyiapkan alat-alat kebersihan, ada juga yang memandu anak-anak panti yang juga mengikuti acara kerja bakti. Hari ini memang agendanya membersihkan kebersihan lingkungan panti.

Agar para anak panti tak jenuh kerja bakti membersihkan lingkungan, beberapa siswa siswi ditugaskan untuk menampilkan beberapa hiburan semacam nyanyian, puisi, stand up comedy, dan sebagainya. Tentunya, hal tersebut atas usulan si ketua. Siapa lagi jika bukan Gavin.

Dan sialnya, Zeva ditugaskan Gavin untuk bernyanyi. Demi apa? Cowok itu benar-benar suka sekali mengganggunya.

"Gavin, anjing!" sejak tadi Zeva sudah mengumpati Gavin dengan macam-macam hewan.

"Enak banget dia nyuruh-nyuruh. Memangnya gue babu apa?"

Dengan muka memerah menahan kesal, ia melampiaskan kekesalannya dengan mencabut rumput di depannya secara asal-asalan. Kemudian membuangnya pun juga seperti sebelumnya—asal-asalan. Lempar sana lempar sini semaunya.

"Aduh, kakak ... tanahnya masuk ke mata Tito!" teriakan nyaring tersebut mampu menarik perhatian sebagian besar orang, apalagi disertai dengan tangisan.

Zeva menoleh, dan segera berdiri. Tanpa ada raut bersalah sedikit pun, ia bersidekap dada sembari melangkah mendekat. Tanpa melakukan hal apa pun untuk menenangkan, hanya diam menatap bocah kecil yang mengusap-usap matanya sambil menangis kencang.

"Manja banget, sih! Lo itu cuma kelilipan!" seru Zeva mampu membuat Tito semakin kencang menangis.

"Zeva, nggak bener kamu, ya?!" teriak Bu Mela sembari berlari menghampiri. Oh, tak lupa Gavin juga bersamanya.

"Aduh, Tito nggak apa-apa, kan?" tanya Gavin penuh kelembutan. Sejenak, Zeva terpaku dibuatnya. Namun buru-buru untuk sadar.

Bocah laki-laki itu masih menangis, namun tak sekencang tadi. Tangannya tak berhenti mengucek mata, Gavin sampai tak tega dibuatnya.

"Jangan dikucek, Tito ... nanti tambah merah. Ayo kita bersihkan dengan air, setelahnya pakai obat mata, ya?" saran Gavin.

"Raka, tolong anterin Tito ke kamarnya. Obati matanya juga, kasian." Pinta Gavin pada Raka yang memang sejak tadi sudah berdiri mengamati.

Setelah memastikan Tito berlalu bersama Raka, Gavin kembali mengalihkan perhatiannya pada Zeva.

"Bu Mela, kali ini Zeva keterlaluan ... kalau bisa kasih hukuman berat, Bu."

02:Behind The Devil✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang