BTD - 17

799 55 13
                                    

Behind the Devil © Kelompok 2

Chapter 17

Written by Tereya22

Written by Tereya22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sialan, anjing!"

Suhu yang semula dingin karena AC mendadak terasa panas. Terlebih hatinya yang mulai menjerit.

Zeva membuang topengnya ke sembarang arah dengan kesal. Tak peduli acara yang masih berjalan.

Lebih baik ia menghirup udara segar di rooftoop sekolah.

Gaun yang berbeda terpancar aroma kemarahan di remang bintang. Gadis yang tengah menelan pahitnya rasa cemburu itu duduk di bangku yang tersedia di sana. Menatap bengis langit malam yang tidak salah apa-apa.

"Siapa sih di dunia ini yang berani bikin hati gue hancur?"

"Shit! Manusia sok polos kek Aira harus gue musnahkan!"

"Sebenernya gue gampang aja bikin dia nangis kehilangan si Gavin. Toh Zeva gak pernah kehabisan akal."

"Lagian juga si Gavin bodoh itu. Katanya udah putus sama Aira, bahkan ngajakin gue ke pesta dansa. Terus tadi maksudnya apa?"

"Sengaja buat Aira cemburu? Jadiin gue pelampiasan?"

"Cih. Dasar buaya!"

Zeva terus bermonolog sendiri. Ambisi yang kuat mengalahkan dinginnya malam. Otak dan hati nuraninya mati.

Innalillahi.

Tak apa.

Baginya kejahatan pada satu manusia yang berhasil mengusiknya terlebih dahulu itu lebih baik. Daripada para tikus berdasi yang memakan janji sendiri. Jatuhnya berambisi untuk kepentingan jabatan, lalu orang yang seharusnya menanti janji-janji kursi kebijakan muak terbungkam.

Zeva lebih kejam, tapi para tikus berdasi yang duduk di kursi singgasananya jauh lebih durjana.

Kalian tahu kan siapa tikus berdasi itu?

Zeva menyibak rambutnya ke belakang. "Gak selamanya ratu iblis masuk neraka. Kan, memusnahkan para orang munafik bagus untuk mengurangi populasi orang 'sok polos'. Cuih!"

Zeva tersenyum kecut. Lantas ia bangkit dari duduknya, membiarkan senyum andalan terpampang. Saat kaki jenjangnya ingin berbelok menuruni tangga, tak sengaja ia berpapasan dengan Diana.

"Hey, lon—" Zeva menutup mulutnya dramastis. "Maksud gue Diana temen kelas gue."

"Apa?" balas Diana ketus.

"Aduh, manis. Jangan kasar-kasar, dong. Tapi lo mau semua fasilitas lo kembali? Gue kartu AS Lo, nih." Zeva tersenyum. "Lo mau, kan?"

"Gak perlu lo tanya. Lo juga tahu jawabannya," jawab Diana malas. Jujur, Ia mulai merasakan aura tak enak.

02:Behind The Devil✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang