BTD - 36

649 48 0
                                    

Behind the Devil © Kelompok 2

Chapter 36

Written by MandaVire

Gavin melamun di tepi jendela kamarnya, menatap untaian bintang di angkasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gavin melamun di tepi jendela kamarnya, menatap untaian bintang di angkasa. Sesuatu terus menggeruti pikirannya, tak mau pergi bahkan setelah ia paksa.

"Gimana kalau kita mulai dengan pencitraan?

Gavin menyibak rambutnya kesal tiap kali kejadian kemarin terulang di kepala. Ia merutuki diri, menyesal kenapa ia mengatakan hal buruk itu pada Zeva.

Bukankah seharusnya Gavin mengubah gadis itu menjadi lebih baik? Lalu kenapa ia malah menyuruh Zeva melakukan pencitraan?

Gavin bodoh.

Cowok itu menghela nafas, membuka ponselnya yang berdering, dan ternyata notifikasi itu berasal dari Aira.

Vin, besok kamu ada waktu?
Bisa temanin Aira ke tempat biasa? Kak Airen gak bisa katanya.

Gavin sontak menoleh pada kalender di meja setelah selesai membaca untaian pesan dari Aira.

27 Oktober.

Tanggal sakral bagi Aira.

Gavin sadar setiap tahun dan bulan ia selalu menemani gadis itu. Bahkan kala sang kakak saja tak ingin menemaninya. Aira pasti merasa tak tahu harus pergi bersama siapa, karena itu ia menghubungi Gavin.

Gavin menghela nafas.

Disatu sisi ia berniat untuk menghabiskan hari esok bersama Zeva, tapi di sisi lain? Ia sadar tak boleh meninggalkan Aira sendirian.

Lalu ia harus bagaimana?

Ceklek.

Pintu kamar sang empu dibuka, tampak seorang wanita paruh baya masuk sembari membawa beberapa camilan.

"Loh, Bunda?" Gavin tersenyum, menghampiri sang Ibunda lalu mengambil alih nampan di tangannya.

"Ngapain Bunda bawa camilan ke kamar Gavin?"

Bela memukul ringan pundak Gavin,  "emang gak boleh?"

"Boleh, dong. Masa gak boleh. Cuma kaget aja," Gavin terkekeh dan mengajak sang Bunda duduk di pinggiran kasurnya.

"Kamu besok pergi nemenin Aira, kan?" Bela membuka suara kala Gavin sedang asyik memakan camilan yang ia bawa, membuat sang anak sedikit tersedak tapi secepatnya menetralkan tenggorokan.

Sang empu sontak menoleh, ia menelan kuenya dan menatap Bela dalam.

"Gavin belum tau juga, Bun. Rencana mau nemenin, tapi kan Gavin bukan—"

02:Behind The Devil✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang