BTD - Ending

2K 92 46
                                    

Behind the Devil © Kelompok 2

Ending

Written by MandaVire

Zeva berjalan cepat menyusuri lobi rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zeva berjalan cepat menyusuri lobi rumah sakit. Selama perjalanan, jantung Zeva tak berhenti berdetak kencang. Gadis itu cemas, sangat cemas.

Tak ingin sampai kehilangan Gavin.

"Ruang 12 dimana?" Zeva bertanya pada Resepsionis. Nafasnya tak beraturan, dan keringatnya bercucuran.

Sang Resepsionis menunjukkan jalan pada Zeva. Gadis itu langsung berlari, tak peduli apapun lagi, bahkan meninggalkan Sarka di belakang. Karena ada yang lebih penting baginya. Dan itu adalah memastikan keadaan Gavin.

Suara langkah kaki Zeva terdengar menggema. Membuat tiga orang dewasa di sana langsung menoleh padanya.

"Zeva?"

"Tante, Gavin gimana?" Zeva langsung bertanya pada Tante Bela yang menangis di depannya.

Air mata Bela semakin membuat Zeva cemas, tak mampu menahan segala perasaan yang menyerang.

Tolong. Zeva hanya berharap satu hal. Bahwa Gavin akan baik-baik saja. Zeva berjanji akan hidup lebih baik jika Tuhan kali ini mengabulkan doanya.

Zeva mengepalkan tangan, berusaha melampiaskan sedikit kecemasan. Ia sejenak menatap Papa Gavin, dan seorang wanita muda yang Zeva tak kenal siapa.

Zeva menghela nafas, dan kembali bertanya, "Tante, Gavin—"

"Gavin baik-baik aja."

Runtuh.

Saat itu juga Zeva langsung merasa beban ratusan kilo runtuh dari pundaknya. Jantung yang tadi berdetak kencang kini perlahan tenang.

Zeva tersenyum, ia menghela nafas lega dan berniat masuk ke ruangan tempat Gavin di rawat. Tapi belum sempat ia membuka pintu, kalimat yang Bela ucapkan kemudian mampu membawa hatinya mencolos seketika.

"Tapi Aira gak selamat."

*
*
*

Zeva duduk di kursi taman rumah sakit. Merasa kosong dan hampa.

"Tapi Aira gak selamat."

Kalimat itu terus terngiang di otak dan pikirannya. Zeva merasa sesuatu menyesakkan dada, sangat sesak sampai Zeva tak mampu menahan air mata.

"Aira?"

Setetes air jatuh dari kedua mata Zeva. Dan detik berikutnya air mata lain menyusul keluar.

Zeva menyentuh dadanya sakit. Merasa bahwa seharusnya hal itu tidak terjadi pada Aira. Seharusnya Aira baik-baik saja. Seharusnya—

Air mata Zeva semakin membendung mata, pedih dan pilu ikut ia rasakan. Senyuman Aira sontak berputar di kepalanya, hal baik yang Aira lakukan dulu seketika menjadi film yang ia saksikan.

02:Behind The Devil✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang