三十四 | 34

291 36 3
                                    

(Masih) sepulang kegiatan klub.

"Tak apa itu dia dibiarkan bertemu dengan Miyu?" Osamu khawatir.

"Toh dia membiarkanku berdua denganmu, jadi tak apa." Suna membalas.

KORELASINYA APA!?, batin Osamu.

"Oh iya, ku lihat kau kemarin mengobrol dengan Miyu ya?" Suna membuka topik pembicaraan baru.

"Ah, iya..." Tak heran jika Suna atau Atsumu melihat dirinya dan Miyu mengobrol berdua di ruang tamu karena jarak kedua ruangan tersebut sangat dekat.

"Dia temannya sedikit, makanya ku harap kau bisa berteman baik dengannya." Jelas Suna sambil tersenyum.

Sebelum Suna membalasnya tadi, ia sempat khawatir. Entahlah, ia sendiri juga bingung apa yang sebenarnya ia khawatirkan. Tapi rasa khawatir itu memang benar muncul ketika Suna bertanya kepadanya. Ah tidak, mungkin lebih tepatnya ia selalu khawatir ketika berada dekat dengan Suna.

"Kemarin aku membahas itu dengan Miyu. Malah sejujurnya aku yang khawatir karena takut ia tidak menganggapku teman karena... kau tahu kan maksudku?" Suna mengangguk, mengerti apa yang dimaksud dengan Osamu.

"Jika dia memang jijik dengan kita, tak mungkin aku bersahabatan dengannya sampai detik ini." Ucap Suna meyakinkan Osamu. Agar pria bersurai kelabu itu tidak perlu khawatir.

Bagi Osamu, kepercayaan itu merupakan hal yang begitu sensitif. Makanya ia tidak mudah mempercayai orang dengan mudah pada awalnya, bahkan dengan Miyu sekalipun. Mungkin ini yang ia khawatirkan selama ini. Mengkhawatirkan identitas aslinya bisa saja terbongkar sewaktu-waktu karena orang terdekatnya.

"Sebenarnya aku... takut jika identitasku terbongkar karena orang yang sudah aku percaya... makanya aku tidak bisa mempercayai orang dengan mudah, berbeda dengan Tsumu." Ungkap Osamu diperjalanan pulang mereka.

"Sama. Saat pertama kali aku ingin memberitahu pada Miyu tentang orientasi seksualku, pikiranku berkecamuk haruskah aku memberitahunya atau tidak. Rasa khawatir akan ditinggal olehnya juga memenuhi pemikiranku. Tapi orang tuaku berkata akan selalu berada di sisiku jika Miyu menjauhiku. Tapi ternyata semua kekhawatiran itu sia-sia saja rupanya." Suna terkikik di akhir ucapannya. Menertawakan kebodohannya yang telah berlalu.

"Wajar kan ya... kekhawatiranku ini?" Osamu menghela napas panjang.

"Menurutku wajar, tenang saja." Jawab Suna langsung.

Osamu kembali menghela napas. Tapi yang kali ini ia merasa lega. Rasa khawatirnya mungkin bisa segera ia atasi. Meski tidak bisa langsung teratasi, ia akan mencobanya perlahan. Tidak perlu terburu-buru atau justru akan gagal.

"Mau mampir ke Miyu?" Tanya Osamu.

"Entahlah. Aku penasaran dengan kondisinya tapi tak ingin mengganggu waktu Atsumu yang sedang berusaha mendekati Miyu." Ujar Suna.

"Sepertinya akan butuh waktu lama baginya... semangat kamu Tsum." Suna tertawa, ia berani bertaruh jika Miyu hanya menganggap Atsumu sebagai teman baiknya.

"Laper gak?" Tanya Suna.

"Banget."

"Ke minimarket dulu mau? Makan sekalian di situ terus baru mampir ke rumah Miyu?" Suna mengusulkan.

"Ide yang bagus." Kebetulan perut Osamu juga berbunyi. Kegiatan klub menguras banyak tenaganya dan latihan mereka semakin intens karena kejuaraan nasional semakin dekat.

"Ah iya, tadi katamu Atsumu akan membutuhkan waktu yang lama kan untuk mendapatkan Miyu?"

"Iya, kamu juga setuju bukan?" Entah kenapa perasaan Osamu tidak enak tiba-tiba.

"Setuju kok. Cuma mau bertanya aja apa aku juga membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkanmu, Osamu?"

Tuh kan, Osamu mau langsung pulang saja rasanya.

tbc.



Ku sempetin update karena gak ada UTS hari ini :3

どうしよう!? | Miya Twins, Suna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang