"Pendar's stupid boy. I first met him when he's wearing a garbage bag!"
Lula tertawa renyah—suara tawanya itu terdengar seperti patahan biskuit cokelat di telinga Pendar. Dia sangat menyukainya. Lula menoleh ke arahnya dan Pendar tersenyum melihat pipi gadis itu memerah—dan masih juga memerah setiap kali dia menceritakannya ulang padahal waktu sudah lama berlalu sejak kejadian itu. Pendar juga menyukai cerita ini, yang selalu diceritakan Lula kalau ada yang bertanya bagaimana caranya mereka berdua bisa bertemu empat tahun lalu.
"Dia enggak pakai apa pun. Cuma plastik sampah," Lula memberikan detail yang kemudian membuat teman-temannya tertawa. Pendar ikut tertawa dan menepuk lembut bahu Lula. Mencoba memberikan tanda kalau dia ingin menambahkan, "Tapi, Lula enggak lihat sampai ke dalam, sayangnya!"
Tawa kembali pecah.
Sore ini dia menemani Lula menemui teman-temannya di kafe baru yang kabarnya punya seduhan kopi enak dengan harga tidak terlalu mahal. Pendar menyetujuinya karena ini teman-teman baru Lula di kantor. Dia baru masuk kerja sebulan lebih sedikit dan merasa beruntung diterima dengan baik oleh para koleganya di sana. Dengan cepat, dia pun bisa berteman dengan beberapa orang gadis yang satu divisi dengannya.
Awalnya Pendar menolak karena teman-teman baru Lula ini semuanya perempuan. Dia bisa membayangkan bagaimana sore itu akan berlalu dengan dia ada di antara empat orang perempuan yang akan bercerita tentang urusan-urusan perempuan. Dia akan bosan—dia pasti akan bosan. Namun, Lula memaksa.
"Gue mau mereka kenal sama lo," Lula memberi alasan.
"Lo mau memberikan kesan kalau lo cewek yang menyenangkan hidupnya dan sangat beruntung karena punya cowok kayak gue. Gitu, kan?" goda Pendar. Dia lalu menerima cubitan di lengannya tidak lama kemudian.
Ketika itu ada acara kesenian di kampus dan Pendar jadi salah satu panitianya. Cerita itu sudah diceritakan berkali-kali, tapi Lula belum tahu bagian kecil yang tidak dia beritahukan ke gadis itu sampai hari ini. Dulu, dia berpikir untuk menceritakannya nanti saja, kapan-kapan saja. Namun mungkin, sekarang saat yang tepat untuk menceritakannya.
Siang itu, dia memang memakai plastik sampah berwarna hitam untuk menarik perhatian Lula. Gadis itu terlalu sibuk dengan orang-orang yang mengelilingnya. Mereka berpakaian biasa saja. Ketika Pendar mendekatinya dengan pakaian yang tidak biasa dan langsung mengajaknya makan malam, Lula tertegun, lalu tertawa, kemudian tertegun kembali, dan menolak.
Pendar sudah memperhitungkan itu. Dia memang tidak peduli dengan hasil apa pun yang didapatnya. Dia hanya ingin Lula tahu kalau dia ada, setelah itu, semua akan jadi lebih mudah. Pendar mengajak Lula makan malam lagi dua pekan kemudian setelah berkali-kali 'tidak sengaja' berpapasan dengannya di selasar dan bicara satu-dua hal basa-basi. Ajakan kedua itu diterima Lula.
Kalau Lula masih juga mengingat cerita tentang bagaimana dia pertama kali bertemu dengan Pendar, itu artinya; semua yang dilakukan Pendar berhasil—sampai-sampai gadis itu merasa perlu untuk berulang kali menceritakannya.
Pendar menyesap kopinya yang mulai dingin ketika para gadis itu berpindah bergantian menceritakan tentang cowok-cowok yang ada di kantor. Lula juga ikut memberikan pendapat walaupun sangat sedikit karena dia memang belum mengenal banyak orang di sana. Pendar tidak ingin mengikuti obrolan itu karena dia melihat hal lain yang lebih menarik di luar; rintik hujan yang mulai turun dan matahari yang cahayanya sudah berubah jingga. Setelah ini, dia dan Lula masih ada rencana untuk makan malam, dan mungkin setelah itu, berjalan ke kios es krim di depan taman.
Bulan ini, tepat empat tahun dia bertemu dengan Lula dan tiga tahun mereka pacaran. Mereka memang tidak menyepakati tanggal mereka jadian karena memang mereka tidak sepakat. Jadi, sekalian saja dianggap tanggal itu tidak ada lalu ditukar dengan bulan. Mereka akan merayakannya di sepanjang bulan. Mereka berdua saja yang akan merayakannya—awalnya begitu kesepakatannya. Sebelum akhirnya Pendar menyepakati untuk bertemu dengan teman-teman baru Lula di sini, lalu pekan depan, dia tidak bisa bertemu karena Lula harus ke luar kota. Belum lagi pekan setelah itu Lula belum bisa memprediksi akan seperti apa kesibukan dan jadwalnya.
Pendar menghabiskan kopinya yang tersisa. Melihat ke arah Lula yang ada di sampingnya. Satu tangan gadis itu dia genggam erat-erat di bawah meja. Rambutnya yang pendek karena baru saja dipotong dengan alasan agar tidak terlalu repot mengurusnya setiap pagi, ingin sekali dia usap. Namun Pendar tahu, Lula tidak akan suka hal itu—dia tidak suka rambutnya jadi berantakan. Pendar lebih suka rambut panjang Lula yang dulu, dia mengatakan itu di perjalanan ke kafe ini tadi siang, dan Lula menjawab dengan, "Ini bakalan panjang lagi, kok."
Dia mulai merasa kehilangan sesuatu dan itu bukan waktu.
Lula menawarkan Pendar untuk memesan minuman lain karena mereka masih akan lama mengobrol. Pendar menolak.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Ampersand
RomanceSebuah telepon salah sambung mempertemukan Agni dan Pendar. Mereka lalu bertukar cerita, saling berbagi hidup lewat kabel yang mengantarkan suara. Pendar yang orangtuanya sedang dalam proses perceraian, lalu pacarnya yang mulai menjauh karena kesibu...
