Pulang

5.3K 443 30
                                        

Cho-Cho bersama dengan Ino dan Sakura tiba di kediaman Hyuga, dari luar mereka bisa mendengar bunyi pukulan. Ini menandakan bahwa Hinata sedang berlatih dengan Neji. Mereka bertiga pun menghampiri Neji dan Hinata. Tentu, hal itu membuat latihan keduanya terhenti.

"Hinata, Neji..." Panggil Ino dan Sakura.

"Ino, Sakura, lalu...." Kalimat Hinata menggantung, ia agak lupa dengan nama gadis satu ini.

"Cho-Cho cantik bibi, jangan lupa namaku okey," kedip Cho-Cho.

"Ah, maaf."

"Ayo paman, bibi kita segera pergi. Yang lain sudah menunggu kita," kata Cho-Cho.

"Ada apa?" Neji bertanya.

"Satu jam lagi mereka akan kembali ke masa depan. Shikamaru dan lainnya sudah menunggu kita di monumen Hokage."

"Astaga aku sampai lupa. Ayo cepat, ada yang harus aku pastikan," kata Neji.

Hinata mengerutkan dahinya, sejak Neji bertemu dengan Naruto versi dewasa terkadang ia lebih banyak melamun. Entah apa yang di pikirkan oleh saudara sepupunya itu yang jelas memang respon versi dewasa Naruto sangat mengejutkan.

Malam itu Boruto berkata bahwa Naruto dewasa merindukan Hima, anak perempuan mereka di masa depan. Jadinya Hinata tidak terlalu memikirkannya lagi, Namun melihat keanehan pada sepupunya membuat Hinata sedikit bertanya-tanya.

"Kak Neji..."

"Aku baik-baik saja, nona Hinata. Tidak perlu khawatir."

Bohong, tentu saja batin dan pikiran Neji sedang tidak baik-baik saja. Naruto dewasa merindukan Hima? Itu sudah jelas, tapi sorot mata Naruto pada malam itu tidak hanya memancarkan kerinduan tetapi juga kesedihan dan juga penyesalan karena suatu hal.

Setibanya mereka di monumen hokage, disana sudah ada Shikamaru dan yang lainnya. Ino berlari ke arah Inojin dan memeluk genin muda itu lagi.

"Hentikan ibu, kau akan merusak lukisanku," ucap Inojin.

"Ah, aku tidak bisa. Kau sangat menggemaskan meskipun bukan seorang gadis."

"Hentikan ibu."

"Baiklah-baiklah, apa yang sedang kau lukis?.... I-ini bukankah kita bertiga," tanya Ino.

"Benar aku akan meninggalkan lukisan ini pada kalian. Aku penasaran bagaimana lukisan ini di masa depan nanti dan juga respon kalian berdua."

Inojin tersenyum, lukisan yang ia buat adalah ilustrasi  mereka bertiga dimana Inojin menggenggam tangan Sai dan juga Ino. Disisi lain, Cho-Cho sedang mengamati ayahnya yang masih sibuk mengkonsumsi camilan.

"Ayah, berikan aku beberapa bungkus keripik kentang, aku ingin memperlihatkannya pada kalian di masa depan."

"Aku yakin sebelum kita tiba di masa depan, keripik kentang itu sudah ada di perutmu," ucap Inojin.

Shikamaru dan Shikadai saling memandang, satu sama lain. Tentu saja ini karena Cho-Cho dan Inojin, mengingat bagaimana sifat malas ayahnya apa yang bisa Shikadai tinggalkan sebagai kenang-kenangan kalau dirinya pernah ke masa lalu ayahnya.

"Mendokusein, jangan harap aku akan melakukan hal yang sama," Shikadai memalingkan wajahnya.

"Aku juga tidak meminta,tahu."

"Sebaiknya kita pergi sekarang, mumpung masih ada sedikit waktu," kata Neji.

"Kau terlihat terburu-buru, Neji," kata Sai.

Tidak ada respon dari Neji, pemuda berambut panjang itu justru memimpin jalan menuju ke hutan kematian. Sudah lewat 10 menit mereka berada di monumen hokage, itu tentu saja kanannya membuang banyak waktu yang berharga.

FROM FUTURE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang