Pagi harinya

8.2K 713 34
                                    

Sarada dan Cho-Cho baru saja terbangun dari tidur mereka, sejak kemarin malam Itachi selalu menemani mereka berdua. Itachi mengabaikan rapat yang akan mereka lakukan setiap kali memiliki tugas baru untuk menangkap para jinchuuriki. Itachi juga tidak mengatakan apapun tentang kedua gadis yang ada di hadapannya sekarang pada Deidara dan yang lainnya.

"Paman, apa yang akan kalian lakukan pada para jinchuuriki?"

"Maaf, itu bukan urusan kalian"

"Tapi paman...."

"aku tau kau penasaran tapi hal ini juga tidak ada hubungannya dengan kalian"

"Tentu saja ini ada hubungannya, paman. Bagaimanapun juga kelak aku akan menjadi Hokage, dan misi paman bersangkutan dengan keselamatan Nanadaime pada masa ini"

"Hnm, kau memang mirip seperti Sasuke"

Sarada tak berkata apapun lagi, ia kembali melanjutkan makannya bersama dengan Cho-Cho. Itachi lagi-lagi memandang Sarada, ia merasa mungkin saja ini adalah kesempatannya untuk bertemu dengan keluarga adiknya di masa depan, mungkin saja besok atau lusa ia sudah tidak bisa melihat mentari lagi.

"Hei, Sarada..."

"Nani?"

"Bukankah kita harus mencari paman Sasuke?"

"Ah, kau benar. Aku hampir lupa Cho-Cho"

"Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?"

"Paman, apa kita bisa pergi mencari ayah?" tanya Sarada.

"Aku tidak yakin, untuk sekarang aku masih memiliki misi untuk menangkap jinchuuriki"

"Apa paman akan menangkap Nanadaime? Paman, satu-satunya teman ayah hanyalah Nanadaime dan Nanadaime adalah orang yang menarik ayah dari kegelapan itu"

"Aku tau, aku akan mengulur waktu sehingga mereka tidak menargetkan Naruto dulu"

"Aku tau, paman orang yang baik"

Deidara, Sasori, dan Tobi memasuki ruangan dimana Itachi berada. Sejak kemarin, Itachi selalu mencari alasan untuk menghindari rapat mereka dengan alasan ingin mencari informasi dari kedua Bocah genin berlambang konoha itu.

"Sudah menemukan sesuatu?"

"Tidak, sepertinya mereka hanya bocah biasa"

"Tapi, mengapa gadis ini terlihat tidak asing? Apa masih ada anggota klan uchiha selain Sasuke?"

"Tidak, saat aku melakukan kudeta Sasuke adalah satu-satunya yang tersisa" jelas Itachi

"Atau apa dia anak diluar nikah mu?" tanya Deidara

Cho-Cho dan Sarada melotot, apa-apaan lelaki berambut kuning yang tidak mereka ketahui dengan pasti namanya. Berbeda dengan keduanya, Itachi justru diam sesaat, satu-satunya gadis yang pernah dekat dengannya hanyalah Izumi, itupun demi mencegah kudeta uchiha, ia harus rela mengorbankan segalanya demi keselamatan Sasuke.

"Aku tidak ada waktu untuk mengurus hal seperti itu"

'Nice, paman' batin Sarada

"Benarkah? Tapi wajah anak ini mirip seperti..."

"Hei, apa uang kalian lakukan? Bukankah kita harus segera memulai rapat?" tanya Kisame yang muncul di depan pintu ruangan.

"Ah, baiklah kami kesana. Ayo, Itachi, Tobi, Sasori" 

"Baiklah, sekarang aku harus pergi. Aku akan berusaha untuk mengulur waktu penangkapan Kyuubi"

Itachi keluar dari ruangan itu setalah meyakinkan keponakan masa depannya itu.  Di tempat Naruto remaja, Boruto, Inojin dan Shikadai baru saja terbangun dari tidur mereka. Boruto berjalan keluar dari goa itu, berniat untuk menghirup udara pagi yang menyegarkan.

Dari kejauhan, Naruto dan Sasuke versi dewasa masih terus mengawasi tempat Boruto, mereka berdua sudah menyamarkan aliran chakra mereka agar tidak dapat dirasakan oleh mereka.

"Boruto, Kemarilah dan makan. Aku sudah memasak ramen ichiraku untukmu"

"Oh, Tou-san... Jangan ramen lagi. Apa tidak ada makanan lain? Mengapa ayah selalu makan ramen setiap saat?  Itu tidak sehat"

"Eh, kenapa? Lagipula ramen memiliki rasa yang enak"

"Makan saja Bolt, Nanadaime sudah bersusah payah membuat ini untuk kita"

"Benar, setidaknya Nanadaime tidak semalas ayahku. Iyakan, Ayah?" tanya Shikadai

"Hah, mendokusein.... Makan saja setelah itu kita akan melanjutkan perjalanan"

"Kau lihat, Bolt?"

Boruto tidak menjawab, ia lebih memilih untuk duduk tepat disampingnya Naruto remaja dan dengan malasnya mengambil sebuah cup ramen yang sudah di panaskan oleh Naruto barusan. Boruto mengedarkan pandangannya ke sekitar, sepertinya mereka kekurangan beberapa anggota tim.

"Eh, dimana paman Sai, bibi Karui dan paman Omoi?"

"Ayah sudah melanjutkan pekerjaannya lagi dan bibi Karui serta paman permen itu sedang keluar untuk mencari sesuatu" 

"Begitu yah?"

"Ada apa?"

"Tidak, hanya saja kemarin malam aku bermimpi ayah datang dari masa depan dan memandangi wajahku dengan wajah konyolnya" ucap Boruto, ketika mengingat apa yang terjadi malam kemarin.

"Apa mungkin, Nanadaime akan datang menjemput kita?,Bayangkan saja, kita sudah berapa lama tidak pulang!? Ibuku pasti sudah melayangkan kipasnya lagi pada ayahku...."

"Yah, tapi itu juga salahnya karena menikahi lawan tandingnya di ujian chunin dulu"

"Mendokusein, Oii....Shikadai berhenti berbicara sekarang dan makanlah"

Di posisi Naruto dewasa, pria itu kembali mengerucutkan bibirnya dengan alis yang terangkat ke atas, ia pikir malam kemarin Boruto sadar dengan kehadirannya, ternyata tidak. Padahal malam kemarin ia sudah dengan lihainya menerobos masuk kedalam goa hanya untuk melakukan kebiasaan kecil miliknya, yang sama sekali tidak diketahui oleh Boruto sampai saat ini.

Meskipun sekarang Naruto sudah disibukkan dengan segudang dokumen di kantor hokage, dan sudah jarang menghabiskan waktu bersama dengan keluarganya, terutama untuk kedua anaknya. Setiap malam ketika ia pulang larut, sebelum tidur ia akan selalu mengecek dan memastikan bahwa tidur Boruto, dan Hima sudah nyenyak.

"Anak-anak itu, sejauh mana mereka sudah bercerita?"

"Apa mereka berniat mengubah masa depan? astaga, sebenarnya Sarada dan anak perempuan Chouji ada dimana?"

"Anak perempuan Chouji, Maksudmu Cho-Cho!?"

"Ah,iya itu maksudku"

Sasuke dan Naruto versi dewasa kembali menguping pembicaraan mereka.

"Jadi setelah ini apa?"

"Kita akan menerobos markas Akatsuki"

"Kuharap Sarada dan Cho-Cho baik-baik saja"

Deg....

Mendengar itu, timbul banyak pikiran dalam Sasuke, mungkin bertemu dengan dirinya dimasa lalu masih jauh lebih baik dari pada bertemu dengan Itachi, kakaknya. Bukan bermaksud tidak perduli atau pun tidak menghormati, Sasuke tentu saja merindukan kakaknya. Hanya saja rasa bersalah yang selama ini ia pendam pasti akan bermunculan kembali, andai kata dulu Sasuke lebih awal mengetahui kebenaran tentang mendiang kakaknya semua hal yang terjadi saat ini tidak akan pernah terjadi.

Ia tau, tujuan kecil putrinya sekarang. Tetapi jika itu benar-benar akan terjadi nantinya, bukankah hal itu akan semakin menyakitkan untuk Sasuke yang mengetahui kebenaran dibalik perubahan yang akan terjadi dimasa depan nantinya?, Sungguh menyakitkan jika melihat seseorang yang pernah mati  di tangannya sendiri kembali bernapas hanya karena ulah putrinya saat saat melakukan perjalanan waktu.

Tbc

Gaes... Masih pada sehatkan? Gak ada yang sakit, tetap jaga kesehatannya yah.

FROM FUTURE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang