Setelah berurusan dengan Godaime, Naruto mengajak Hinata dan Boruto untuk ikut bersamanya. Godaime mengizinkan untuk mereka memberi tempat tinggal pada Boruto dkk.a
Boruto memilih untuk tinggal bersama dengan Naruto dibandingkan dengan Hinata, karena menurut dari cerita yang pernah bibinya katakan, kakeknya Hiashi jauh lebih tegas ketika masih muda.
Sarada bersama dengan Sasuke di distrik Uchiha karena ia ingin mengetahui lebih lanjut tentang klan nya pada masa pemerintahan Godaime Hokage.
Sekarang ini, Naruto, Hinata, dan Boruto sudah berada di tempat biasa tim 7 sering berlatih. Hinata terus saja menunduk, malu karena bersama dengan Naruto lelaki yang sudah lama ia sukai dan Boruto anaknya dari masa depan.
Mereka memilih untuk duduk di bawah salah satu pohon yang ada disana, sejak tadi Boruto tidak pernah lepas menatap kearah kedua orang tuanya saling bergantian, ayahnya yang kurang peka dan ibunya yang pemalu, sangat berbeda dengan yang di masa depan.
"Ibu, mengapa sifat ibu sangat berbeda dengan di masa depan?"
"Eeh, memangnya bagaimana sifat Hinata?"
"Ayah tahu, ibu di masa depan sangat galak. Lebih galak dari bibi Sakura jika berkaitan dengan anaknya"
"Eeh...bisa kau ceritakan sedikit tentang kami di masa depan?"
" Tentu saja, aku memang ingin merubah sedikit sejarah. Agar ketika aku kembali ke masa depan ayah bukan hokage dan kita bisa menjadi keluarga yang sederhana"
"Apa kau tidak setuju jika aku menjadi hokage kelak?"
"Aku bukannya tidak setuju, aku mendukung ayah sebagai hokage namun karena gelar ayah aku sering di beda-beda kan dengan teman-temanku di akademi, aku juga sering kesal ketika ayah tidak menepati janji untuk pulang ke rumah padahal yang aku tahu, motto hidup ayah aku tidak akan pernah menarik kembali kata-kataku, karena itu adalah jalan ninjaku, tapi ayah di masa depan menarik kembali kata-kata ayah dan membuat Hima bersedih" kata Boruto panjang lebar tanpa jeda.
"Apa aku seperti itu?" Lirih Naruto, membayangkan bagaimana kehidupannya di masa depan nanti, memiliki keluarga seperti yang sudah lama ia impikan dan menjadi hokage seperti apa yang sudah ia cita-citakan.
"Tentu saja, yang lebih parah lagi ayah menggunakan bunshin untuk hadir di acara ulang tahun Hima, ayah melupakan janji ayah"
"Maaf"
"Tak apa, lagipula yang harus minta maaf adalah ayah yang ada di masa depan bukan yang sekarang ini"
"Lalu bagaimana dengan Hinata di masa depan?"
Pipi Hinata merona kala Naruto menyebut namanya, ia menunduk menahan malunya agar tidak pingsan seperti biasanya.
"Ibu adalah orang yang lembut dan penyayang, tapi terkadang ibu juga bisa marah jika kami berbuat masalah"
"Apa? Aku sampai sekarang belum pernah melihat Hinata marah, kau tahu aku pikir Hinata itu gadis yang aneh, dia selalu pingsan ketika aku berada di depannya. Itu sudah terjadi sejak kami di akademi dulu"
"Go-gomenasai Naruto-kun" kata Hinata pelan
"Aku serius, ketika aku baru masuk akademi, aku di skorsing selama seminggu karena menghancurkan patung Hokage ayah dan ibu memaksaku untuk belajar penuh selama seminggu itu..."
"Lalu ketika aku dan ayah bertengkar di dapur karena ingin membuatkan makanan untuk Hima, ibu mengusir kita ke luar rumah ia bahkan mengeluarkan byakugannya..."
"Tapi tetap saja, bagiku ibu adalah ibu terbaik di dunia, ayah juga pasti berpikir seperti itu setiap kali bergulat dengan setumpuk dokumen yang tiada habisnya" kata Boruto sembari tersenyum.
Naruto tersenyum lebar ia tidak menyangka jika di masa depan nanti ia bisa memiliki keluarga seperti yang selalu ia harapkan sejak dulu.
Disisi lain, Sasuke remaja, Sarada dan sakura sedang berada di distrik Uchiha, tepatnya di rumah lama Sasuke dulu. Ada banyak hal yang ingin Sarada tanyakan pada papa dan mamanya namun mungkin ia akan menyimpan pertanyaan itu untuk nanti ketika mereka sudah kembali.
"Ne, Sarada. Bagaimana aku di masa depan?" Tanya sakura
"Mama adalah sosok ibu sekaligus istri yang hebat. Mama membuka sebuah rumah sakit khusus anak tapi mama justru keseringan pingsan ketika papa tiba-tiba pulang. Mama seperti Bibi Hinata di masa sekarang"
"Eh"
"Mama juga sabar menunggu papa yang selalu menjalankan misi rahasia di luar dan tidak pulang berbulan-bulan"
"Eh, apa aku di takdir kan untuk selalu menunggu yah" ucap sakura tanpa sadar.
Jantung Sasuke berdetak dengan cepat, timbul banyak pertanyaan lagi dalam dirinya, mengenai teman satu timnya ini, apa sampai sekarang perasaan sakura padanya masih tetap sama? Tapi ini sudah tiga tahun lamanya semenjak perpisahan mereka.
"Ah, apa yang aku katakan, sasuke-kun jangan memikirkan perkataan ku yah, aku tidak sadar mengatakan itu. Sasuke-kun Tidak perlu menanggapinya."
"Hn"gumamnya
"Ck, papa. Ubahlah sikap dingin mu itu, kau boleh dingin pada perempuan lain tapi tidak dengan aku dan mamaku" ucap Sarada.
Tanpa mereka sadari dari balik tembok Karin, Juugo dan Suigetsu sedang menguping. Ah, tidak lebih tepatnya Suigetsu dan Juugo menemani Karin yang penasaran dengan sosok sakura.
"Awalnya aku pikir, Sarada adalah anakku dan Sasuke. Ia memakai kacamata yang persis denganku"
"Ck, jangan mimpi. Bukankah Sarada sudah mengatakan jika itu karena Sasuke sering mengkonsumsi darahmu l, dasar manusia aneh"
"Apa kau bilang!!! Disini yang lebih aneh itu kau. Bagaimana bisa ada orang yang jika si pukul akan berubah menjadi air"
"Berhenti kalian berdua, sebaiknya kita pergi dari sini"
"Ck"
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM FUTURE ✅
Fiksi Penggemar👤Karakter milik MASASHI KISHIMOTO dan MIKIO IKEMOTO. 🖼️Pinteres "Mana ada Ninja yang bisa menciptakan Alat seperti itu -ttebayo, kau jangan membohongi aku Bocah" Uzumaki Naruto "BAKA Otou-san!!! Aku serius -ttebasa. aku anakmu di masa depan" Uzum...