My Bitter Candy

P

Tanah dari makam Cindy sudah mengering pada tubuh Candy, namun Candy masih tak beranjak dari tempatnya.

Sejak pulang tadi, Ia masuk ke dalam kamar yang seharusnya jadi kamar Cindy. Terduduk pada lantai dekat jendela dan tak berpindah lagi. Selama ini Candy tak pernah mau masuk ke kamar itu. Ia marah pada Cindy dan karna itu Ia takut menjadi rindu, Ia tak mau rindu, tak mau mengenang apapun tentang Cindy. Bukankah harusnya Ia sudah terbiasa tanpa Cindy? Tapi mengapa saat ini Ia Hancur? Jauh lebih hancur dari saat Ia kehilangan ayahnya dulu.

Dulu saat Ayahnya pergi meski hatinya patah, Ia masih mampu melangkah maju. Tapi saat ini Ia tak mau apapun, tak menginginkan apapun. Ia hanya ingin pergi bersama Cindy.

Air mata terjatuh dan mengering Terus begitu. Hingga hari berganti.

Candy tetap tak berpindah, tidak tidur,tidak makan, tidak minum. Tidak melakukan apapun hanya terdiam dan bersandar di sana.

Lay dan Siwon tentu saja cemas dengan ke adaan Candy.

"Dia belum makan atau minum apapun?" tanya Siwon. Yang baru datang lagi setelah kemarin menyempatkan diri untuk kembali ke korea.

Ya, Ia harus bersikap seolah-olah tak terjadi apapun. Jika semua member tau maka acara anniversary yang sudah Candy usahakan akan sia-sia.

Lay mengangguk, "dia bahkan tidak tidur..." ucap Lay yang dengan penuh perhatian menjaga Candy.

Siwon masuk ke dala kamar Cindy, Ia duduk di hadapan Candy. Namun jelas sekali bahwa Candy tak meresponnya. Tubuhnya memang di sana tapi tidak hati dan pikirannya.

Siwon ikut bersandar pasa kaca, namun wajahnya terus menatap Candy. Ia sungguh baik-baik saja jika harus melihat Candy bahagia dengan pria lain. Asal jangan seperti ini. Ini lebih menyakitkan dari apapun.

Meski Candy mengatakan perasaanya tak nyata, Perasaanya hanya salah paham. Tapi siwon lebih tau keadaanya sendiri. Ia mencintai Candy dan sadar bahwa tak cukup pantas untuk Candy. Karna itu Ia mundur dengan teratur. Tapi jika seperti ini Ia harus bagaimana.

"Aku harus bagaimana agar kamu tidak seperti ini?" tanya Siwon yang tentu saja tak di respon oleh Candy. Karna saat ini Candy ada di dunianya sendiri.

Tangan siwon terulur, Ia menyentuh rambut Candy. Belum berapa lama dari terakhir kali Ia melihat Candy tersenyum tapi Ia sudah sangat merindukan senyum itu.

Lay menutup pintu kamar, mencoba memberikan waktu pada Siwon dan Candy. Ia juga sama hancurnya atau mungkin lebih. Tapi sama seperti dulu, Ia ingin menjadi pegangan Candy. Jika Ia rapuh bagaimana Candy akan bertahan?

Lay duduk di sofa ruang tamu, Ia membuka ponsel Candy. Passwordnya tentu saja tanggal ulang tahun Eunhyuk. Lay tersenyum getir melihat wallpaper Candy bersama 14 member suju tanpa hanggeng. Ia sedih bukan karna tak ada dirinya melainkan sedih melihat senyum bahagia Candy. Meski tak selalu bersama Candy,tapi Ia memahami Candy dengan baik.

Pertemuannya dengan Candy adalah belasan tahun lalu. Ia sudah mengenal Candy bahkan sebelum iA menjadi seorang bintang seperti ini. Mereka sama-sama mengidolakan Super junior, sama-sama memiliki mimpi menjadi seorang Idol.

Mereka mendaftar bersama, Lay lolos lebih dulu. Tapi Candy tak menyerah dan akhirnya lolos pada audisi berikutnya. Sayang sekali setelah itu kecelakaan terjadi. Lay yang harus menjalani Trainee dan baru saja debut tak bisa selalu ada di samping Candy, karna itu Lay merasa bersalah. Harusnya Ia bersama Candy hari itu. Mengapa Ia meninggalkan Candy, harusnya Ia tak melepas pegangannya dari Candy.

Lay terus memantau keadaan Candy dari jauh. Tapi Ia tau itu tak cukup tak akan pernah cukup.

Lay membalaskan pesan-pesan yang masuk pada ponsel Candy. Membuat seakan semua baik-baik saja. Candy hanya harus pergi karna ada sesuatu. Setelah membalas pesan itu Lay beralih pada galeri hp candy. Banyak sekali foto-foto member suju, baik yang di ambil secara sadar atau yang diam-diam. Namun ada dua pria yang memenuhi galeri tersebut. Pertama tentu saja Candy, lalu satu lagi mungkinkah pria yang di cintai Candy? Pria yang membuat hati Candy mulai meragu pada Eunhyuk. Pria yang Ia pikir adalah kyuhyun kekasih Candy saat ini. Tapi sungguh pria itu jauh dari dugaanya.