🌸
___________________________🍁
•
•
❇One❇
•
•
🍁
________________________
Hai, aku cuman mau bilang, meskipun cerita ini udah tamat jangan lupa tetap vote dan komen sebanyak-banyaknya ya !
Selamat membaca !
__________________________
"Hasilnya tetap sama. Kamu gak subur, Ji."
Satu helaan nafas kembali terdengar. Jihan hanya mampu menunduk menyembunyikan genangan air di pelupuk mata.
"Maafin aku, Mas. Aku bakal lebih berusaha lagi buat jaga pola makan dan hidup sehat."
Haekal hanya menatapnya dalam diam. Tak mencoba menghibur atau sekedar memberi pelukan.
"Tak usah terlalu memaksa. Ada atau tidak adanya keturunan, aku tetap mencintai kamu." Ia mengelus lengan Jihan lembut.
"Ayo pulang." Ia bahkan berjalan lebih dulu tanpa memperdulikan Jihan yang kini menatapnya sendu dengan perasaan bersalah.
Ini kali kedua mereka datang ke dokter untuk memeriksakan kesuburan. Sudah dua tahun menikah namun Jihan masih belum dikaruniai janin dalam perutnya. Padahal dia sudah melakukan berbagai cara, mengurangi makanan cepat saji, perbanyak makan sayuran, olahraga, meminum obat dan masih banyak lagi. Namun semuanya terasa sia-sia, belum ada satupun buah cinta mereka di rahimnya.
Sepanjang perjalanan pulang mereka hanya diam. Hanya alunan musik dari radio yang mengisi keheningan.
Jihan menyandarkan kepala ke kaca mobil, memalingkan wajah agar tak terlihat oleh Haekal. Tanpa sadar air matanya merembes dengan cepat mengaliri pipi bulatnya. Dadanya terasa sesak, ia hanya mampu menangis tanpa suara.
Bahkan saat tatapan matanya tanpa sengaja bersirobok dengan bocah SMA yang tengah menunggu lampu merah di samping mobilnya. Jihan tetap diam tak berniat menghentikan tangis atau sekedar menghapus air matanya.
Ia tetap menangis, membiarkan bocah SMA itu menatapnya dalam diam.
Lampu berganti hijau. Mobil kembali berjalan, baru lah Jihan menyeka air matanya.
"Mas, boleh aku lihat hasil tesnya?" pinta Jihan. Namun jawaban yang ia dapat masih sama seperti beberapa bulan yang lalu.
"Udah aku sobek. Aku gak mau mama lihat hasilnya. Biar aja orang mikirnya kita masih menikmati waktu berdua. Lagian ini baru dua tahun nikah. Gak usah buru-buru."
Jihan menunduk. Meski tahu dirinya tak subur setidaknya ia ingin melihat hasil tesnya, bukan ia tak percaya pada Haekal, ia hanya ingin tahu apa yang salah pada dirinya.
Ia sudah melakukan segala cara yang dianjurkan oleh Lia, dokter yang menanganinya sekaligus sahabat Haekal semasa kuliah dulu. Namun tak ada perubahan, tak ada hasil sama sekali.
Mobil berhenti di depan rumah besar bercat putih. Nafas berat kembali Jihan hela sebelum membuka pintu mobil.
Penderitaan menantinya di dalam sana.
"Aku langsung balik ke kantor ya, ada rapat setelah makan siang nanti soalnya."
Bukan lagi sebuah penderitaan, namun nerakalah yang akan Jihan dapatkan setelah ini.
Jihan hanya mampu mengulas senyum tipis lalu mengecup pipi Haekal ringan.
"Semangat kerjanya, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU, TANTE [Minsung Lokal]
Teen Fiction---- BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA GAES ----- KALIAN KALAU NGASIH VOTE BERURUTAN DONG JANGAN LONCAT-LONCATAN! VOTE ITU BERARTI BUAT PENULIS! Pernahkah kalian dikejar-kejar berondong? Atau dikejar-kejar 'bocah' yang usianya 6 tahun lebih muda dari...