one

3.6K 250 6
                                    

berjalan ditemani oleh cahaya bulan yang bersinar terang, hilda freiherr, seorang gadis berumur 15 tahun mengingat kembali ucapan ayahnya malam kemarin.

di ruang makan keluarga freiherr yang besar namun tidak terlalu mewah, hilda berbicara dengan ayahnya tentang masa depan hilda, anak semata wayang keluarga freiherr, satu-satunya penerus nama keluarga bangsawan freiherr.

hilda tahu ayahnya tidak bermaksud untuk membuatnya ragu, ayahnya hanya khawatir. meskipun sudah dibekali pengetahuan yang cukup dan talenta yang sudah ada sejak lahir, ayahnya tetap melihat hilda sebagai anak kecil yang masih belum bisa melakukan apapun.

hilda ingin menjadi anggota militer sejak kecil. pemimpin keluarga freiherr awalnya tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, namun saat hilda berkata ingin memasuki pasukan penyelidik, ayahnya tidak kuasa ingin menentang hal itu.

pemimpin keluarga freiherr itu tahu persis apa yang dialami oleh pasukan penyelidik. dia tidak ingin hilda mengalami mimpi buruk tersebut.

"tapi, kata paman darius, kalau hilda menjadi kuat, hilda bisa melawan titan dan tahu semuanya tentang titan!"

"darius berbicara seperti itu?" gilbert freiherr, kepala keluarga freiherr, mengehela nafa panjang membayangkan sahabatnya meyakinkan anak semata wayangnya untuk menggapai impian yang berbahaya.

"iya!" mata hilda yang berumur 10 tahun kala itu bersinar, seolah-olah mengatakan 'meskipun tidak diizinkan, aku akan tetap berjalan meraih tujuanku'

"hilda, anakku, apa impianmu? apa cita-citamu? apa tujuanmu? apa keinginanmu?"

hilda kembali dari lamunannya saat seorang anak laki-laki menabraknya. anak laki-laki tersebut melemparkan badannya ke tanah sedangkan tangannya menggengam erat sepotong roti. hilda bisa melihat wajahnya yang kumus dengan pakaian lusuh sedang buru-buru seperti sedang dikejar oleh sesuatu atau seseorang.

benar saja, saat anak laki-laki itu mulai berdiri dan bersiap untuk lari lagi, seorang pria berbadan gempal berteriak.

"BOCAH TENGIK! KEMBALIKAN ROTIKU!"

hilda yang cepat menanggapi situasi, langsung menarik baju anak laki-laki tersebut dan mengambil roti yang ada di tangannya.

anak laki-laki itu memberontak ingin mengambil roti yang tadi dia curi, sedangkan hilda menahannya dan mengembalikan roti tersebut kepada pemilik aslinya.

"hei! kenapa dikembalikan?! susah payah aku mengambil itu!"

"lebih susah lagi membuat roti itu dan menjualnya."

awalnya dia tidak bisa diam dan ingin memukuli hilda sekeras mungkin, setelah mendengar ucapan dari mulut remaja yang jauh lebih tinggi darinya, anak laki-laki itu langsung terdiam.

hilda memegang pundaknya dan menyejajarkan pandangan mereka.

"siapa namamu?"

"ch-chlory, chlory fischer."

"chlory, kita jadi bahan tontonan orang-orang. mau makan malam bersamaku?"

hilda dan chlory duduk di sebuah kafe sederhana, namun cukup untuk membuat chlory terkesima karena dia tidak pernah sekalipun memasuki kafe seperti ini.

pengunjung kafe melihat mereka memasuki ruangan dengan tatapan jijik, seolah-olah tidak sudi seruangan dengan bocah berpakaian lusuh yang bau. tatapan mata yang mereka tuju untuk pemilik kafe itu menyiratkan agar dia mengusir hilda dan chlory, tapi tidak dipedulikan oleh sang pemilik kafe.

"oh! hilda! sudah lama tidak bertemu."

seorang wanita berparas cantik dan tinggi memeluk hilda dengan senyuman yang lebar, begitu pula hilda. mereka seperti dua teman yang sangat dekat di mata chlory.

"maaf sekali meja di lantai satu sudah penuh."

"ah, tidak apa-apa. kami akan ke lantai dua."

"kau yakin membawa anak kecil ke lantai dua?"

"tentu saja. kami hanya ingin makan malam disini, iya kan?"

hilda mengedipkan matanya ke chlory yang tangannya daritadi ia genggam, takut chlory akan kabur.

"baiklah! pesan yang seperti biasa?" wanita cantik tersebut langsung menuju dapur, percaya diri bahwa tebakannya benar, seperti yang biasa dilakukan hilda setiap kali mereka bertemu.

"iya, dua-duanya. yang satu lagi tolong dipotong lebih kecil, ya."

hilda dan chlory duduk di meja yang dekat dengan jendela, jauh dari balkon untuk menghindari asap rokok.

chlory melihat pemandangan kota untuk pertama kalinya. tatapn mata yang sama saat mereka pertama kali memasuki kafe ini. saat chlory sadar dia sedang diperhatikan oleh hilda, dia menjadi malu dan salah tingkah sedangkan hilda hanya tertawa manis melihat bocah di depannya bertingkah selayaknya seorang anak kecil.

👁👄👁

erwin melihatnya. erwin sering melihat kejadian yang sangat umum terjadi di kota itu. namun dia tidak pernah melihat pemandangan di bawah sinar bulan itu.

seorang gadis dengan wajah yang ditutupi oleh tudung pakaiannya mengembalikan sebuah roti sambil menahan seorang anak laki-laki yang berusaha memberontak dengan satu tangan menjadi tontonan gratis untuk orang-orang yang sedang berlalu lalang di jalan tersebut.

bukan itu saja yang menjadi pemandangan yang tidak akan pernah ia lupakan.

saat gadis tersebut membuka tudungnya, angin berhembus. cahaya rembulan malam itu bersinar terang, menyinari mata biru yang dimiliki oleh gadis tersebut. senyumnya yang hangat membuat hati siapapun akan jatuh kepadanya.

"erwin! komandan menunggumu!"

sonder || erwinxocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang