27- Feeling Blue

495 65 9
                                    

Berpasang-pasang mata terlihat sembap memandangi nisan Eun Woo. Tanpa terkecuali kedua orang tua mendiang, Rachel dan Tan. Mereka seakan hanyut dalam pikiran mereka. Isak sudah tidak lagi terdengar, hanya hening yang memenuhi atmosfer pemakaman. Sesekali suara sesegukan terdengar lirih.

Eun Woo memiliki makna yang sangat berarti diantara mereka. Mereka semua dekat dan sangat menyayangi Eun Woo. Ya, dia satu-satunya anak kecil yang hadir diantara lingkaran persahabatan mereka. Satu-satunya. Itu juga yang membuat mereka 'terlalu' menyayangi Eun Woo.

Di antara lingkaran itu Kim Tan menjadi salah satunya. Dia memang Ayah biologis nya, namun hanya Tan yang merasakan berbagai fase dalam menyayangi Eun Woo. Sejak status anak itu bermarga Yoo hingga bermarga Kim.

Tan mulai mengenal Eun Woo saat anak itu masih berstatus anak dari teman lamanya. Sejak saat itupun, Tan sudah menyayangi Eun Woo dengan pribadi yang ceria meski sok dewasa, dengan kepolosan dan sok tahunya, rasa sayang itu tumbuh begitu saja. Sebelumnya dia bahkan tidak pernah dekat dengan anak kecil manapun. Dan sayang itu semakin menjadi saja saat dia tahu bahwa Eun Woo adalah darah dagingnya.

Tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak menyayangi Eun Woo. Sedikitpun tidak ada celah.

Lalu takdir apa ini?

Berkali-kali mereka berpikir. Ini seperti mimpi. Semua terlalu cepat tanpa aba-aba.

"Tan, sebaiknya bawa Rachel pulang." Suruh Han Yoon Ah.

Setelah cukup lama, satu persatu mereka mulai beranjak. Kecuali Tan dan Rachel. Tan mendengar ucapan Bibi Han untuk membawa Rachel kembali, namun dirinya pun masih enggan untuk meninggalkan makam Eun Woo.

Dia sadar betul, lama pun mereka di pemakaman tidak akan mengubah takdir. Eun Woo sudah terkubur dan tidak akan pernah kembali lagi.

Tan meremas tangan kanan Rachel yang masih berkutat di tanah pemakaman. Ia menariknya dan menggenggam kuat.

"Semua ini adalah takdir. Tidak ada yang bisa mengubahnya." Kata-kata Tan lebih digunakan untuk menguatkan dirinya sendiri. Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri, bukan Rachel. "Ya, ini adalah takdir. Eun Woo sebuah titipan untuk kita. Ini adalah kecelakaan. Ini kecelakaan."

Menyadari ada yang berbeda dari nada bicara Tan, Rachel melirik pria yang masih berstatus suaminya itu. Dengan mata kepalanya, baru kali ini ia melihat Tan yang ketakutan. Kedua matanya tertutup oleh air mata, bibirnya, rahangnya, bahkan kepalanya bergetar. Pria itu menahan isak.

Rachel lepaskan genggaman Tan, ia mendekat memeluk Tan. Ia tidak percaya akan melihat Tan yang berada di titik terbawahnya. Tidak ada kata yang bisa keluar dari mulut Rachel, karena  kondisi dan keadaan mereka tidak jauh berbeda. Namun ia masih bisa mengendalikan dirinya. Sebagai ganti kata, tapak tangan Rachel menepuk-nepuk punggung Tan dengan tempo lambat. Ia sebisa mungkin mencoba membuat Tan merasa nyaman dan tenang. Salah satu dari mereka harus kuat. Jika Tan yang sedang lemah, maka dirinya lah yang harus kuat, begitu juga sebaliknya. Mereka tidak boleh melemah bersama.

"Semua akan baik-baik saja, Em?"

Tidak terdengar jawaban dari bibir Tan. Pria itu masih diam seribu bahasa, mencoba menguatkan diri.

"Sebaiknya kita segera kembali." Saran Rachel yang masih menepuk-nepuk punggung Tan.

"Biarkan tetap seperti ini dulu." Suara Tan lemah.

Mau tidak mau, Rachel menurut. Dalam hati pun sebenarnya ia juga masih enggan meninggalkan makam putranya. Baiklah, biarkan seperti ini dulu untuk beberapa waktu. Mungkin ini cara terbaik untuk mereka saling menguatkan.

###

Nyonya Kim menangis di dalam pelukan Han Yoon Ah. Dia merasa menyesal karena belum bisa memberikan hak-hak Eun Woo sebagai cucunya. Ia menyesal karena tidak menghabiskan lebih banyak lagi waktu untuk bermain dengan cucunya. Ia menyesal.

THE (Not) HEIRS | Completed√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang