30- Hujan

470 63 12
                                    

Rachel memasuki klinik Han Yoon Ah setelah selesai makan siang dengan Da Hee. Mereka berpisah karena Da Hee harus membesuk ayahnya. Dia juga ingin membesuk paman Lee, hanya saja dia sekarang juga sedang memiliki keperluan yang harus segera diuruskan.

Langkahnya berhenti tepat di front desk. "Dokter Han di dalam?"

"Benar. Silahkan masuk, kebetulan sedang tidak ada pasien."

"Thank you." Ramah Rachel.

Matanya melirik pada jarum jam tangannya. Masih jam istirahat, pantas saja tidak ada pasien. Tapi ini justru yang Rachel harapkan. Dia malas jika harus menunggu.

"Ibu?" Rachel mengintip.

Han Yoon Ah yang sedang berkutik dengan ponselnya pun memindahkan arah pandangannya pada Rachel, "Kau sudah datang? Masuk."

"Ibu sudah makan siang?" Rachel menarik kursi.

"Sudah. Kau belum makan? Mau Ibu pesankan?"

"Tidak, aku baru saja makan siang dengan Da Hee." Rachel memajukan kursinya, "Aku datang kemari karena ingin menanyakan soal Bibi Soon."

"Ah, sebentat." Han Yoon Ah membuka kontak di ponselnya dan mencari nama Soon Ah, adik angkatnya. "Ini," Han Yoon Ah menyodorkan ponselnya yang memampangkan nomer ponsel dari Soon Ah. "Kau yakin dengan rencanamu?"

Rachel tersenyum, "Apa Ibu menemukan keraguan di wajahku?" Canda Rachel, "Sudah. Terimakasih. Tapi sepertinya aku tidak akan bisa lama. Aku ada appointment dengan Pengacara John." Ia kali memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Han Yoon Ah mengangguk, "Hati-hati."

Rachel tersenyum. Ia kembali melanjutkan perjalanan. Kemungkinan besar hari ini dia tidak akan kembali lagi ke kantor. Sebelum jam makan siang tadi, ia sudah meminta Dong Wook untuk meng-handle pekerjaannya. Jadi ia tidak perlu terburu-buru.

Aktivitas sudah kembali normal pasca kepergian Eun Woo. Dirinya tidak percaya dalam waktu kurang dari 11 hari, semua bisa berjalan seperti semula. Lagi, hatinya menegaskan itu bukan karena dia tidak menyayangi Eun Woo, dia maupun Tan bertekad cepat memulihkan diri karena mereka tidak ingin kalah dari Kang Tae So. Lagipula memang semua tetap harus berjalan.

Jujur, Rachel merasa dirinya sudah terlatih dengan kepergian Wook beberapa bulan lalu. Dia menjadi mengerti bagaimana cara untuk bangkit. Tapi, Tan? Dia kira, Tan akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih, tapi ternyata dirinya salah. Meskipun beberapa hari lalu, jelas sangat terlihat Tan memaksakan dirinya untuk baik-baik saja.

Sudah 3 hari ini, Tan mulai kembali berkerka di resort. Bahkan kemarin dia sempat sampai pulang malam saking banyaknya pekerjaan yang terbengkalai. Melihat itu Rachel senang, mungkin dengan Tan sibuk bisa lebih memudahkan nya untuk bangkit dan kembali Tan yang dulu.

###

Tan melihat jam dinding, pukul 15.24. Dia putar lehernya, merenggangkan otot. Tidak terasa sudah hampir 6 jam ia berkutat dengan personal komputernya. Leher dan punggungnya terasa nyaris patah. Panas, dan kaku. Ingin rasanya ia langsung memejamkan mata saja disini.

Tangan kiri Tan memegang perutnya. Dia baru ingat siang tadi ia belum makan siang. Hanya sepotong kue yang diberikan sekretaris Lee untuk mengganjal perutnya.

Gelasnya ia raih. Ia puaskan hausnya hanya dengan air putih yang hanya tinggal 19% itu. Bukan hanya krisis makan, ia juga krisis minum. Perfect Tan. Good Job! Kau sangat tidak mempedulikan kesehatanmu.

Demi kesehatan fisik, hati dan mentalnya, dia putuskan untuk keluar dari resort. Dia perlu udara segar yang memang betul-betul segar untuk memulihkan energinya. Masih banyak laporan yang harus ia cek. Namun, ketika ia sudah beranjak seperti ini, rasanya sedikit malas untuk kembali bekerja.

THE (Not) HEIRS | Completed√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang