46- Rencana Dinner

766 63 15
                                    

Jika mata sudah tertutup, tak ada lagi yang bisa terlihat. Rasa yang seharusnya dengan mudah dapat di terbaca dan dipahami pun menjadi transparan, tak terasa. Apa boleh buat, itu memang keinginannya, membuat orang lain buta atas apa yang dia rasakan. Kalau sudah begini, siapa yang harus Ju Ri salahkan? Seo Joon yang buta, atau dirinya yang membuat pria itu buta? Entahlah, dia tidak mengerti. Yang patut dia salahkan saat ini hanyalah keadaan yang mengharuskannya membantu Seo Joon untuk memenuhi hasrat cinta pria itu.

Good job, Ju Ri! Kau turut ikut campur dalam penghancuran hatimu sendiri.

Gadis bodoh, mungkin sebutan yang tepat untuknya. Dia seakan tidak kasihan pada hatinya yang sudah menahan remuk. Tangannya masih saja bekerja dengan tekun menuruti perintah pria tak berperasaan itu.

"Kau bisa ambilkan lampu itu?!"

Seo Joon menunjuk lampu yang tergeletak di antara bunga yang masih berserakan di atas meja.

"Ini." Sodor Ju Ri.

"Bisa kau rangkai bunganya?"

"Emb." Angguk Ju Ri lemah.

Hati dan pikirannya saling bertolak perintah. Dia ingin tapi tak ingin. Perasaannya hancur. Tapi apa yang bisa dia lakukan?

###

"Tan, kau datang?" Bibi Ang menyambut kedatangan Tan.

"Bibi sedang apa?" Tan memperhatikan Bibi Ang yang sedang memasukkan makanan.

"Bibi akan mengantarkan makanan untuk Min Ho."

"Bibi sendiri? Aku bisa memgantar Bibi kesana."

"Tidak perlu. Bibi sudah biasa pergi kesana sendiri. Kau urus saja urusanmu." Bibi Ang mengode dengan melirik Rachel yang tengah sibuk mengeringkan rambut.

Memang itulah tujuan Tan. Jika diijinkan, dia ingin menginap lagi disini. Banyak hal yang harus ia lakukan untuk mengambil hati istrinya itu.

Cinta tidak akan datang begitu saja, ia perlu menanam benih-benihnya ke dalam hati Rachel, lalu merawat dan menyiraminya setiap hari. Hanya dengan cara itu, ia bisa mempertahankan pernikahan mereka.

Tan menarik handuk Rachel, "Aku ingin mengajakmu keluar malam ini."

Sejenak, Rachel melemparkan tatapan sebalnya, "Aku tidak bisa."

"Kenapa? Kau ikut pergi dengan Bibi?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Aku ada janji dengan Seo Joon."

"Seo Joon?" Kaget Tan, "Janji apa? Kenapa pergi dengannya? Apa kalian dekat? Sejak kapan? Sedekat apa?"

"Wah.. Ada denganmu?" Tawa Rachel.

"Kenapa kau tertawa? Apa ini lucu? Dia menyukaimu? Kau tidak bilang jika kau bersuami?"

"Apa yang kau pikirkan? Tentu saja tidak. Kami hanya berteman."

Tan memicing, "Tidak mungkin." Tiba-tiba ia teringat sesuatu.

"Tidak ada obat untuk kasmaran." Ucap Tan saat sudah mengembalikan pandangannya pada para pekerja.

"Ee apa?" Seo Joon terkejut.

Tan tersenyum sekilas, "Jika dalam kau berada di tahap ini, maka tahap selanjutnya dunia akan terasa berputar disekitar mu. Dalam tahap ini, peredaran darah menuju bagian otak yang disebut nukleus akumben meningkat jadi lebih deras." Ucapnya sambil melanjutkan langkah.

THE (Not) HEIRS | Completed√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang