33- Gojanha-ri

540 63 27
                                    

Perjalanannya berakhir di Gojanha-ri. Sebuah desa kecil di Yeoncheon-gun, Gyeonggi. Tidak ada alasan khusus, mengapa Rachel menetapkan pilihannya disini. Bukan karena tempat wisata, bukan karena tempat ini masuk ke bucket list-nya. Dia asal pilih, yang kebetulan dia memiliki kenalan yang tinggal disini.

Tempat itu jauh di ujung utara, nyaris berbatasan dengan Korea Utara. Lebih tepatnya 12 Km di selatan zona demiliterisasi. Jauh, dan pelosok, tapi inilah pilihan Rachel. Dia ingin sejenak merefresh pikiran dan hatinya.

Banyak hal buruk terjadi yang nyaris beruntun, dan itu membuatnya belum sempat memberikan ketenangan untuk pikirannya. Dan niatnya itu jelas ia realisasikan dengan sungguh-sungguh. Bahkan ia rela menon-aktifkan nomor ponselnya agar tak ada yang bisa menghubunginya. Bahkan, Han Yoon Ah tak ia beritahu jelas tempat yang akan menjadi tujuannya. Dia hanya membuat antisipasi supaya benar-benar tak diganggu oleh siapapun. Dan Han Yoon Ah mengerti. Itu yang membuat Rachel lebih lega dan bersemangat.

Dan sampailah ia berdiri disini, di Incheon Internasional Airport, Gyeonggi.

Perjalan masih cukup jauh. Sepeninggalnya dari Airport, Rachel harus menaiki bus antar kota lebih dahulu menuju terminal Jeongok lebih kurang 30-40 menit. Setelah itu,  dia masih harus menaiki bus dalam kota menuju Wangjing-myeon.
Wangjing-myeon adalah daerah tingkat III dengan populasi 1.155 yang terbagi ke dalam 579 rumah tangga. Entah apa yang dipikirkan Rachel hingga memilih daerah itu.

Rachel meliarkan pandangannya mencari bus nomor 58, yang akan membawanya ke Wangjing-myeon. Matanya nyaris mengabsen seluruh nomor bus yang ada di terminal Jeongok.

'Itu dia.' Batinnya, dia berjalan menuju bus nomor 58, masih dengan tangan menarik koper hitamnya.
Dia masuk dan langsung mencari tempat duduk, banyak yang kosong  sehingga Rachel bisa cukup leluasa memilih tempat untuknya duduk selama lebih kurang 30 menit ke depan.

'Disana,' batin Rachel mengincar bangku nomor 5 dari depan.
Dia sudah mulai lelah duduk. Rasanya ia ingin segera merenggangkan otot-ototnya.

Semakin lama, bus semakin melewati jalanan yang sepi penduduk. Memasuki wilayah pinggiran membuat matanya termanjakan oleh pemandangan hijau pepohonan. Daerahnya masih cukup asri meski sebenarnya tidak terlalu jauh dari Seoul. Mungkin berkisar 66 Km, jika ditempuh dengan kendaraan pribadi, ia hanya perlu 1,24 jam perjalan. Tapi apa yang dilihatnya saat ini, seakan mencerminkan daerah yang sangat jauh dari Ibu Kota.

Satu persatu penumpang mulai turu hingga tinggal beberapa penumpang saja yang masih bertahan. 10 menit setelah itu, bus kembali mulai memelan. Dia mulai bersiap-siap, rupanya 4 penumpang terakhir juga ikut turun bersamanya.

Wangjing-myeon adalah pemberhentian ketiga setelah Baekhak-myeon dan Misan-myeon. Bisa juga ia katakan sebagai pemberhentian terakhir.

Whruggg..

Bus kembali berjalan. Rachel masih urung melanjutkan perjalanan. Ia hirup dalam-dalam udara disana. Matanya terpejam menikmati. Sangat jauh berbeda dengan Seoul dan Busan.

Rachel tersenyum lalu melanjutkan perjalanan. Beberapa kali ia dilewati oleh mini Bus, tapi dia juga tidak tahu pasti kemana tujuan transportasi itu. Lagipula, ia sudah sangat lelah untuk duduk di dalam kendaraan. Lebih baik jika ia melanjutkannya dengan berjalan kaki. Hitung-hitung sebagai perenggangan otot. Pemandangan bagus juga mubadzir jika ia sia-siakan begitu saja.

Rachel tertawa, dia baru saja terpikirkan oleh satu masalah. Yaitu, dia tidak tahu jalan ke arah desa Gojanha-ri.

Rachel mengeryit melihat seseorang berjalan tampak berseragam proyek. Apa disini ada sebuah pembangunan?
Masa bodoh.

THE (Not) HEIRS | Completed√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang