45- Keledai Bodoh

697 63 15
                                    

"Apa maksud mu, Rachel?"

"Duduklah." Rachel dan Bibi Ang duduk bersama.

Rachel tidak tahu harus memulai cerita si keledai bodoh itu dari mana. Apakah dari kebodohannya yang pertama ataukah langsung pada akibat kebodohannya?

"Ada hal kecil yang ingin aku ceritakan pada Bibi."

"Katakan!"

Rachel masih mengambil ancang-ancang, pikirannya masih ragu akan memulai dari mana.

"Kau hamil?"

Rachel terkejut, "Bibi tahu?"

Bibi Ang tersenyum. Dia membelai kepala Rachel lembut. "Tentu Bibi tahu. Walaupun kau tidak cerita pada Bibi."

"Aku tidak menyangka akan mengandung putranya untuk kali kedua."

"Lalu ada apa dengan ekspresi mu?" Bibi Ang menyadari ada yang tidak beres.

"Entahlah Bibi. Aku masih belum mengerti dengan takdir yang kami jalani. Untuk yang pertama kali, aku sadar itu semua disebabkan oleh kesalahan ku. Karena keinginan dan keegoisan ku."

Rachel mengingat kejadian di pesta kala itu.

Rachel memasuki tempat diselenggarakan pesta topeng dalam rangka anniversary Jeguk. Ia sedikit ragu untuk datang. Jika bukan karena sebuah undangan untuk Aiguille, dia tidak akan pernah repot-repot kembali ke Korea. Nyaris semua perusahaan besar dalam atau luar negeri dengan berbagai bidang hadir malam itu. Sebenarnya ini momen yang sayang jika dilewatkan, mengingat ia bisa memperluas network.

Maniknya mengintip jam di layar ponselnya. Pukul 22.12 KST. Disebabkan terlalu banyak berpikir, ia sudah melewatkan acara inti. Sebelumya memang dia ragu untuk datang, tapi apa gunanya dia sudah datang jauh-jauh dari Paris jika tidak hadir.

Sebagian tamu sudah berangsur pulang, meski masih terbilang masih cukup banyak. Matanya mengawasi sekitar, tak mau jika harus beroalasan dengan Tuan dan Nyonya Kim.

'Sepertinya sudah tidak ada, atau mungkin sudah berganti di tempat VVIP tengah membicarakan bisnis?' batinnya bersyukur.

Rachel berjalan ke sudut ruangan, sebuah bar dengan segala kesibukannya melayani tamu. Matanya masih menatap ke tengah-tengah kumpulan pasangan yang menikmati alunan musik. Berdansa dengan liukan yang anggun. Sesekali, tangannya membenarkan topeng yang ia kenakan.

"Kenapa kau baru sampai?"

Mata Rachel terbelalak, meski sudah meninggalkan Korea bertahun-tahun lalu, dia masih mengenali warna suara itu.

'Tan? Benarkah dia?' Rachel membatin.

Srett

Benar. Tan menarik tangan Rachel dan membalikkan tubuh itu hingga mereka saling berhadapan. Mata mereka saling terpaut

Bau alkohol di tubuh Tan mendobrak indra penciumannya.

"Kau ingin berdansa denganku?"

Sebelum Rachel menjawab, Tan sudah lebih dulu menariknya di tengah-tengah pedansa lain untuk turut mengikuti alunan musik.

Jantung Rachel berdegup kencang. Ini pertama kalinya memiliki momen romantis dengan Tan. Pria itu menerimanya?

'Apakah ini mimpi?'

THE (Not) HEIRS | Completed√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang