crestfallen [noren]
"Renjun!!" teriak perawat Yangyang menghampiri meja jaga dengan tergopoh gopoh.
"kenapa Yangyang?"
"i-itu! Jeno mengamuk di kamarnya!" ucapan Yangyang langsung membuat Renjun beranjak dan lari ke kamar rawat Jeno.
saat sampai di kamar rawat Jeno. keadaan cukup kacau, lantas Renjun langsung menghampiri Jeno yang sedang memberontak meminta lepaskan pegangan ke perawat Hendery dan perawat Xiaojun yang memegangnya.
"Renjun jangan hampiri Jeno! dia lagi pegang pisau!" teriak dokter Taeyong, tapi tidak Renjun dengarkan.
Renjun langsung memeluk Jeno, membisikan kata kata penenang agar Jeno tenang, "Jeno. ini aku, perawat Renjun. ayo kamu atur napas dulu."
"tarik napas lalu buang, pelan pelan aja jangan terburu buru. ulangin lagi, tarik napas lalu buang. nah iya begitu." lanjut Renjun sambil memperagakannya agar diikuti oleh Jeno.
setelah beberapa menit, saat dirasa napas Jeno sudah sedikit tenang, Renjun sedikit melonggarkan pelukannya, tangannya menangkup wajah jeno, ibu jarinya memijat alis Jeno yang mengkerut.
"Jeno good boy." puji Renjun dengan senyuman.
mata Renjun menelisik sekitar, ada dokter Taeyong yang memegang suntikan, disampingnya ada ibunya Jeno yang sedang menangis tersedu sedu dan ada Hendery serta Xiaojun yang masih memegangi Jeno.
"Hendery, Xiaojun. tolong lepaskan Jeno." pinta Renjun.
Hendery dan Xiaojun menatap Renjun dengan ragu dan sedikit khawatir kalau Jeno mengamuk lagi.
"tidak apa apa tolong lepaskan Jeno." ucap Renjun sekali lagi untuk meyakinkan Hendery dan Xiaojun yang akhirnya melepaskan pegangannya kepada Jeno.
"Jeno, dengar perawat Renjun kan?" tanya Renjun, Jeno menganggukan kepalanya.
"perawat Renjun minta tolong Jeno untuk melepaskan pisaunya mau? itu bahaya tau, nanti kalau Jeno tidak sengaja menusuk perawat Renjun gimana dong?"
Jeno menggeleng, "a-aku tidak mau menusuk perawat Renjun."
"nah kasih pisaunya ke perawat Hendery ya?"
"t-tapi jangan suntik aku ya?" mohon Jeno. dia tidak mau disuntik yang akan menyebabkan tubuhnya pegal pegal dan sakit kepala akibat kelamaan tertidur.
Renjun tersenyum, "tidak akan ada yang suntik Jeno, kan sudah ada perawat Renjun yang bersama Jeno. jadi kasih pisaunya ke perawat Hendery ya?"
Jeno mengangguk lalu kasih pisau yang dipegangnya ke Hendery.
"good boy." puji Renjun kembali dan matanya menatap dokter Taeyong, "dokter Taeyong tolong tinggalkan saya dan Jeno disini bisa?"
dokter Taeyong mengangguk, lantas menyuruh Hendery dan Xiaojun serta meminta ibunya Jeno untuk pergi dari kamar rawat meninggalkan Renjun dan Jeno berduaan.
setelah semuanya pergi ninggalin Renjun dan Jeno, Renjun membawa Jeno untuk duduk dipinggir ranjangnya dengan masih memeluk Jeno.
"ada apa Jeno?" tanya Renjun dengan hati hati, tangannya mengelus rambut Jeno yang lepek akibat keringat.
Jeno tak menjawab, sibuk mengusel di bahu sempit perawat kesayangannya.
namun, tiba tiba saja Jeno terisak sambil mengucapkan, "aku tidak mau pulang hiks. a-aku tidak mau."Renjun tetap tenang mengelus rambut serta bahu Jeno, kembali membisikkan kata kata penenang andalannya, dia tak lagi bertanya, memilih Jeno untuk menceritakannya sendiri.
Lee Jeno, pasien kesayangan perawat Renjun ini mengidap gangguan bipolar, dimana gangguan ini merubah suasana hati dari posisi terendah seperti depresi atau tertekan ke tertinggi atau manik.
masih terisak Jeno bercerita, "w-wanita tua itu menyuruh ku untuk kembali pulang ke rumah. a-aku tidak mau ke neraka itu lagi."
"aku kan sudah berada di rumah dengan perawat Renjun. ngapain lagi aku harus ke neraka itu?" jeda sedikit,"bagi ku, dimana perawat Renjun berada disitulah rumah ternyaman untukku."
Jeno melepaskan pelukannya untuk bisa menatap perawat yang dicintainya itu, "perawat Renjun jangan tinggalin aku ya?"
Renjun tersenyum lalu mengangguk, "iya Jeno."
"a-aku sayang perawat Renjun. sayaang sekali." ucap Jeno kembali mengusel di bahu sempit Renjun.
"hahaha iya iya, aku tau." balas Renjun.
"tapi Jeno, aku ingin meminta izin dengan mu." lanjut Renjun.
"izin untuk?"
"minggu depan aku izin cuti untuk seminggu, ada urusan keluarga. jadi selama seminggu itu aku tidak ada bersama mu, tolong kontrol emosi mu ya?"
Jeno kembali melepaskan pelukannya, "kenapa cutinya lama sekali?" protes Jeno.
"aku ada urusan keluarga." jelas Renjun.
"aku minta tolong sama kamu untuk mengontrol emosi mu ya? Jeno tidak mau di suntik kan?"
Jeno mengangguk.
"nah, jadi Jeno harus belajar mengontrol emosi agar tidak disuntik oleh dokter Taeyong atau perawat Yangyang. nanti sehabis aku cuti, akan aku kasih hadiah kalau kamu berhasil ngontrol emosi." ucapan Renjun membuat Jeno mengangguk dengan semangat.
"okay! aku akan berusaha mengontrol emosi ku agar bisa dapat hadiah dari perawat Renjun!" Jeno tersenyum dengan lebar.
"tapi kenapa alasan perawat Renjun itu ada urusan keluarga? emang perawat Renjun sudah menikah?" tanya Jeno membuat Renjun langsung menatapnya dengan sendu.
"bukan udah menikah, tapi aku akan menikah, Jeno." jawab Renjun dengan sedih di dalam hati.
karena alasan sebenarnya Renjun mengambil cuti adalah dia akan menikah dengan tunangannya di China.
"aku belum menikah. entahlah, ibu ku yang meminta ku untuk cuti." jawab Renjun.
Jeno mengangguk angggukan kepalanya, "oh iya ya soalnya kan perawat Renjun yang akan menikah dengan ku. sesuai keinginan ku hehehe."
Renjun berusaha tersenyum, "maafkan aku karena tidak bisa mengabulkan keinginan mu itu Jeno." ucapnya dalam hati.
selesai.
ini cerita udah pernah aku upload di twitter ku karna aku gabut jadi aku upload disini juga. maaf ya aku publish selingan cerita lagi. ehe.
dan aku mau terima kasih banyak sama kalian atas ucapan selamat ulang tahunnya! sayang kalian banyak banyak!
oh iya aku mau promosi au. silahkan dibaca. ehehehe.