BAB AN NASAB

20 2 0
                                    

يَاءً كَيَاالْكُرْسِىِّ زَادُوْا لِلنَّسَبْ * (٨٥٥)

وَكُلُّ مَا تَلِيْهِ كَسْرُهُ وَجَبْ

※ Tambahkan lah ya', seperti ya' nya lafadz اَلْكُرْسِىُّ (ya' yg bertasydid) untuk menunjukan memusatkan (mengaitkan) isim pada sesuatu, dan huruf sebelum ya' wajib dibaca kasroh.

وَمِثْلَهُ مِمَّاحَوَاهُ احْذِفْ وَتَا *

تَأْنِيْثٍ اَوْمَدَّتَهُ لاَتُثْبِتَا

※ & ketika membuat Sighot nisbat terdapat sesamanya ya' nya lafadz kursi (ya' yg bertasydid), ta'tanish & Alif ta'nis maqshuroh maka wajib dibuang (lalu di tambahkan ya' nisbat).

وَاِنْ تَكُنْ تَرْبَعُ ذَاثَانٍ سَكَنْ * فَقَلْبُهَا وَاوً وَحَذْفُهَا حَسَنْ

※ Jika Alif ta'nis maqshuroh berada pada urutan ke empat, & huruf kedua mati, maka di perbolehkan dua wajah yaitu 1.di ganti wawu, 2.dibuang, hal ini adalah yg lebih baik.

لِشِبْهِهَاالْمُلْحِقِ وَالْاَصْلِيِّ مَا *

لَهَا وَلِلْاَصْلِيِّ قَلْبٌ يُعْتَمٰى

※ Isim yg menjadikan nisbat nasab bila memiliki alif ilhaq, atau Alif Yg pergantian dari huruf asal wajib dibuang, hanya saja pada Alif Yg pergantian huruf asal itu (diperbolehkan dua wajah), dan yg pilih adalah mengganti dengan wawu.

وَالْاَلِفَ الْجَائِزَ اَرْبَعًا اَزِلْ *

كَذَاكَ يَالْمَنْقُوْصُ خَامِسًا عُزِلْ

※ Alif Yg urutan lebih dari empat (lima keatas) itu wajib dibuang, begitu pula wajib dibuang ya' manqush, yg ada pada urutan lebih dari empat.

وَالْحَذْفُ فِيْ الْيَا رَابِعًا اَحَقُّ مِنْ * (٨٦٠)

قَلْبٍ وَحَتْمٌ قَلْبُ ثَالِثٍ يَعِنْ

※ Membuang ya' isim manqush yg ada pada urutan huruf ke empat itu hukumnya lebih baik di banding mengganti dengan wawu, dan mengganti (Alif maqshur & ya' manqush) yg ada pada urutan huruf ketiga itu hukumnya sudah jelas.

وَاَوْلِ ذَالْقَلْبِ انْفِتَاحًا وَفَعِلْ *

وَفُعِلٌ عَيْنَهُمَاافْتَحْ وَفِعِلْ

※ Ya' manqush yg diganti wawu itu huruf sebelumnya harus di baca fathah, begitu pula lafadz yg ikut wazan فَعِيْلٌ , فُعِلٌ،فَعِلٌ ketika dijadikan Sighot nasab ain fi'ilnya harus dibaca fathah,.

وَقِيْلَ فِيْ الْمَرْمِيِّ مَرْمَوِيُّ *

وَاخْتِيْزَ فِيْ اسْتِعْمَالِهِمْ مَرْمِيُّ

※Lafadz مَرْمِيٌّ boleh di ucapkan مَرْمَوِي dan dalam penggunaanya yg dipilih adalah مَرْمِيُّ.

وَنَحْوُ حَيٍّ فَتْحُ ثَانِيْهِ يَجبْ *

وَارْدُدْهُ وَاوً اِنْ يَكُنْ عَنْهُ قُلِبْ

※ Sesamanya lafadz حَيٌّ (ketika dijadikan Sighot nasab) itu membaca fathah huruf yg kedua itu hukumnya wajib, dan kembalikan menjadi wawu pada huruf kedua jika asalnya wawu.

وَعَلَمَ التَّثْنِيَةِاحْذِفْ لِلنَّسَبْ *

وَمِثْلُ ذَافِيْ جَمْعِ تَصْحِيْحٍ وَجَبْ

Alfiyyah Ibnu MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang