Part 79

115 23 14
                                    

Suasana resto masih sama. Siska duduk berhadapan dengan Ferdy sementara si kecil Andika duduk di kursi khusus bayi disuapi oleh maminya.

Kepala Siska mengangguk mendengar pertanyaan suaminya yang nampak kaget mendengar kalau Risna sekarang sangat akrab bahkan sering melakukan panggilan video call dengan Hafla.

Wajah Ferdy mengeras, napsu makannya mendadak hilang entah kemana.

Bagaimana bisa Ersha dan Hafidz mengijinkan anak mereka berhubungan dekat dengan wanita yang sudah menculik buah hati mereka. Rasanya tak masuk akal sekali.

Siska memperhatikan suaminya dengan sedikit heran.

“Kenapa, Mas?”

“Kamu serius dengan ucapanmu barusan?”

Siska mengangguk, lalu tersenyum.

“Papi yang minta ijin ke Mas Hafidz. Sebenarnya Mas Hafidz nggak setuju. Dia aja yang paling keras menentang Hafla buat datang jenguk Risna ke Yogya...”

“Trus? Kenapa papi sampe harus minta ijin?”

“Karena itu syarat yang diminta Risna biar dia mau cabut gugatannya ke kamu.”

Ferdy terhenyak.

“Kalau Risna sudah sehat dan main ke Jakarta, Papi akan serius pantau. Papi juga nggak bisa percaya Risna seratus persen, Mas.”

Ferdy menghela napas panjang.

”Waktu kamu cerita Hafla diculik, aku kaget banget. Risna bener-bener nekad. Dia sama sekali nggak peduli sama surat bermaterai yang sudah kita sepakati. Dan tahu banget gimana caranya bikin Ersha menderita itu ya dengan cara menculik Hafla. Gila!”

Siska menghela napas panjang dan mengangguk.

“Ersha sampe lemes pingsan-pingsan mulu, Mas. Aku kan pas lagi di rumahnya waktu itu.”

“Ya iyalah... mana ada ibu yang nggak jadi gila kehilangan anaknya.”

Siska mengangguk. Wajah Ferdy berubah sendu.

“Apa aku besok ke Jakarta ya, Sayang? Minta maaf sama ngucapin makasih ke Ustadz Hafidz dan Ersha.”

Siska menoleh. Ia termangu sejenak. Besok Jumat ia tak ada kuliah, dan praktek bisa ia alihkan.

“Minta maaf sih nggak perlu. Kan Mas Ferdy nggak salah juga... kalo ngucapin makasih boleh...” jawabnya sambil kembali menyuapi Andika.

Ferdy menghela napas panjang,”Ya nanti kita pikirkan lagi teknisnya. Trus sekarang Risna gimana?”

Siska menoleh sejenak sambil menghela napas panjang,”Dia di Surabaya sekarang. Beberapa waktu lalu, aku bantu dia supaya nggak dicabut surat ijin prakteknya sama IDI.”

“Baik amat kamu?”

“Ya mau gimana lagi..? Aku nggak tega sama ibunya. Kasian kalo anaknya jadi pengangguran. Sudah dipecat dari kesatuan, dipecat pula dari karir dokternya.”

Ferdy menghela napas panjang.

“Dia sudah tahu soal Tasya?” tanya Ferdy pelan, ragu...

Siska termangu,”Kayanya belum. Aku nggak berani nanya ke Ersha. Tapi kalau melihat hubungannya berdua Hafla masih terjalin erat, kayanya sih Risna belum tahu. Kalau sudah tahu aku nggak bisa bayangin, Mas.” Sahut Siska sedikit ngeri.

Sungguh ia tak mampu membayangkan akan seperti apa marahnya Risna kalau mengetahui adik sepupunya sudah berpulang beberapa waktu yang lalu. Wajah Ferdy semakin layu...

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang