Part 85

125 19 17
                                    

“Abi!”

Hafidz menolehkan lehernya. Senyumnya mengembang. Putri mungilnya melambaikan tangan dalam gendongan sang istri.

Langkahnya ia gegaskan agar segera mendekati dua wanita kesayangannya itu. Hafla langsung minta digendong abinya.

“Abi kok lama sekali, sih? Afa tuh lagi sibuk bikin roti...!”

Hafidz terbahak,”Ish, masa nggak rindu sama abi? Abi saja rindu sekali sama Hafla.” ucap Hafidz sambil mengelitiki perut gembul Hafla. Hafla terkikik geli.

Gadis mungil itu mencium takzim tangan ayahnya yang kemudian terulur padanya.
Lalu Ersha juga melakukan hal yang sama.

“Sehat-sehat, Nda?” tanyanya mesra.

Ersha mengangguk sambil tersenyum manis. Ucapan hamdallah ia berikan sebagai jawaban.

“Bu Ningsih melarang abi nginep di penginapan, Bi.”

Hafidz tersenyum malu. Semalam wanita paruh baya itu sudah menelponnya, sedikit memaksakan kehendaknya agar ia tak menginap di penginapan, menyilakannya untuk menginap di rumahnya saja.
Hafidz jadi tak enak untuk menolak.

“Iya, beliau semalam sudah telpon abi.”

“Jadi Abi akan menginap di rumah Eyang Ningsih, kan?” tanya Hafla memastikan.

Hafidz mengangguk sambil tersenyum manis. Hafla bertepuk tangan dengan gembira.

“Hafla sudah bikinin abi roti, belum? Abi lapar sekali ini...”

“Ya belum. Kan Afa jemput Abi sekarang. Nanti deh Afa buatkan. Kalo Abi sudah keburu lapar, nanti makan roti bikinan Eyang saja, ya. Enak banget!”

Hafidz tertawa lebar. Gaya bicaya Hafla sungguh sangat menggemaskan rasanya rindu yang kemarin ia rasakan sudah lenyap tak bersisa.

Netranya menatap sang istri. Ersha pun tertawa sambil geleng-geleng kepala melihat cerocos putrinya yang kadang bablas tanpa titik dan koma.

*****

Siska dengan kesal mematikan hp yang sejak semalam tak pernah bisa tersambung dengan Ferdy.

Hafidz juga mengabarinya kalau sampai saat ini Ferdy masih belum bisa dihubungi dan dilacak di mana keberadaannya membuat bara amarah makin memenuhi ruang hati Siska.

Apa sebenarnya yang diinginkan Ferdy? Mengapa susah sekali telinganya untuk mendengar masukan dari istrinya?

Apa tak pahamkah laki-laki muda itu kalau memaksakan diri datang ke Surabaya bukanlah hal yang tepat. Tak bisakah Ferdy membiarkan waktu menjadi penyembuh luka di hati Risna karena kepergian adik sepupunya itu?

Ersha dan Hafla sudah berupaya menenangkan Risna dan sudah berhasil. Bukan tidak mugkin bila gadis itu melihat kedatangan Ferdy, kemarahan dan kekecewaannya akan meluap kembali.

Siska menghela napas panjang... Dengan berat hati tangannya menekan nama Sugianto di layar android. Ia harus kembali merepotkan ayahnya lagi. Sedih sekali rasanya.

“Ya, Nak.”

Nampak segar ayahnya sedikit berkeringat dengan handuk kecil di lehernya.

“Papi lagi nge-gym, ya?” tanya Siska sambil tersenyum.

Terdengar suara tawa di seberang sana,”Iya. Biasalah treadmill. Ada apa?”

Siska menghela napas panjang,”Mas Ferdy tiba-tiba menghilang, Pi... sejak semalam aku hubungi telponnya nggak aktif. Kayanya kalo menurut feeling aku, dia ke Surabaya, deh.” tutur Siska sendu.

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang