Part 58

148 26 16
                                    

Hafidz tertegun melihat istrinya yang terbaring lelap di pembaringan kamar apartemen Fauzi. Nampak pucat wajahnya Yaa Allah... Hafidz tak tega.

Di sebelah bundanya, Hafla pun terlelap dengan pulas. Hafidz tak berani membangunkan keduanya. Biarlah Ersha beristirahat terlebih dahulu. Nanti kalau sudah bangun semoga istrinya itu sudah lebih tenang.

Permasalahan yang melanda Ferdy memang cukup serius. Dan Ersha sampai terseret dalam kasus ini rasanya begitu menyesakkan untuk Hafidz. Kalau Ferdy tak mau mengakui paket shabu yang ditemukan di tokonya itu adalah barang miliknya, maka perempuan bernama Risna akan memburu Ersha dan membuat hidupnya porak poranda sama seperti hidup Ferdy.

Sunguh keji perbuatan Risna...
Wanita itu tahu kalau sudah tak ada lagi hubungan antara Ferdy dan Ersha, mengapa masih saja mengait-ngaitkan istrinya..?

Risna sama sekali tak peduli kalau semua akan berdampak pada keluarga besar mereka.

“Mas...”

Hafidz tersentak dan menoleh. Senyum sendunya tersungging. Ia mendekatkan posisi duduknya ke arah kepala Ersha. Dibelainya kerudung istrinya penuh sayang, dikecup keningnya.

“Ana sudah tahu semuanya... sabar, yaa...” pintanya lembut.

Air mata Ersha menggenang. Kepalanya ia naikkan ke pangkuan sang suami.

“Kenapa kok Echa disangkut pautin sama kasusnya Mas Ferdy, Mas...?” isaknya lirih.

“Iya... Ana juga nggak paham apa maunya akhwat bernama Risna itu. Sabar ya, Sayang... in syaa Allah Echa akan baik-baik saja...”

“Tapi kasihan Mas Ferdy... dia harus mengakui semuanya untuk ngelindungi Echa. Kasian juga Kak Siska. Ya Allah...” isaknya lagi.

Hafidz menahan napas.

“Kita harus gimana, Mas..?”

Hafidz menghela napas panjang...

“Ana belum bisa memikirkan apa yang harus kita lakukan, Cha... ana sudah telpon Ukhty Siska, katanya Echa tenang saja. Cuma memang nasib Akhy Ferdy dan Ukhty Siska kasihan...”

“Iya... itu yang Echa nggak tega...” sahut Ersha sambil menangis.

Hafidz memeluk erat sang belahan jiwa agar reda sedih dan isak tangisnya.

*****

Mendung perlahan menggantung di langit Yogya. Awan hitam berarak lembut memeluk mentari. Angin dingin mulai berhembus membelai wajah-wajah yang letih.

Sebuah taksi memasuki Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Dr. S. Hardjolukito.
Pintunya terbuka dan nampak seorang wanita berhijab salem turun dari situ dan berjalan bergegas menuju lobby rumah sakit.

Dialah Siska. Langkahnya tegap dan teratur, netranya memandang berkeliling.
Resepsionis adalah tempat yang langsung ia tuju. Dengan senyum manis dan hangat, Siska menyapa PNS pria yang menjaga meja resepsionis dan langsung menyampaikan tujuannya ingin melakukan konsultasi kesehatan dengan Dokter Risna.

“Masih terima pasien kan Dokter Risna nya?”

Pria itu tersenyum manis,”Masih sampai jam tiga. Anda pasien di rumah sakit ini? Atau pasien baru?”

“Pasien baru.” Jawab Siska.

Pemuda yang bertugas sebagai pegawai resepsionis itu mengeluarkan form dan menyerahkan pada Siska agar diisi.

Siska meneliti sejenak, kemudian segera mengisi. Sudah pukul tiga kurang lima menit, ia harus bergegas.

Selesai mengisi form, Siska menyerahkan kembali, kemudian oleh resepsionis dipersilakan menunggu di depan ruang poli umum.

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang