Part 12

174 20 15
                                    

Siska mengerem laju mobilnya. Ia segera menepi.
Di hadapannya dua motor Polisi Militer sudah menyalakan sirine dan di belakangnya nampak mobil ambulans dengan suara meraung-raung.

Ah... Ia terlambat rupanya.
Setelah habis iring-iringan jenazah, Siska memutar balik mobilnya. Ia yakin Ersha pasti berada di dalam salah satu mobil yang ada di belakang ambulans.

Dinyalakannya lampu hazard mengikuti iring-iringan jenazah. Nampak berkedip-kedip kedua lampu kuning di sisi mobilnya sama seperti mobil-mobil di depannya.

Namun sampai di pemakaman, Siska tak menemukan Ersha dan ibunya. Hanya Mila, Lita dan Hafidz yang sibuk mengurus jenazah.

Segera saja ia mendekati dua kakak perempuan Ersha dengan dada berdebar. Apakah Ersha tak ikut karena sakit? Ia sungguh khawatir sekali.

Assalamu’alaikum. “ sapanya pelan.

Mila dan Lita menoleh sambil menjawab salam. Mereka berdua ingat pada Siska.

Setahun yang lalu wanita ini datang saat akikah Hafla bersama Ferdy calon suaminya.

“Saya turut berduka cita, Mbak. Semoga almarhum bapak husnul khotimah... “

Mila menyambut uluran tangan Siska dan memeluk hangat sambil mengucap amin dan terima kasih. Lita pun melakukan hal yang sama.
Lalu mereka mengikuti prosesi pemakaman.

Karena Purwanto adalah seorang purnawirawan TNI AD, maka upacara pelepasan secara militer pun digelar.

Siska memperhatikan dengan pikiran yang tak tentu arah.
Ersha pasti drop karena Ferdy sudah dengan lancang mengabari berita duka ini. Buktinya wanita cantik itu tak ikut datang ke makam.  Siska merasa sangat bersalah.

Suara tembakan menghentakkan tubuhnya. Hanya satu kali, namun Siska tanpa sadar spontan menggayut lengan Mila.
Mila tersentak dan menoleh.

“Ersha nggak ikut, Mbak? “ tanyanya.

Mila tersenyum sambil menggeleng, “Nemenin ibu di rumah. “

“Keadaannya baik-baik? “ tanyanya lagi kali ini dengan kepo.

Mila hanya tersenyum saja. Siska menelan ludah.
Aduh... Kalau ada apa-apa dengan Ersha, dirinyalah yang paling bersalah...

Suara adzan yang dikumandangkan Hafidz terdengar merdu. Siska terpana, inilah akhir perjalanan semua manusia.
Lahir ke dunia diadzani, pulang menghadap sang Khalik pun di adzani.

Tak lama tanah pun ditimbun. Mila dan Lita yang membawa keranjang berisi bunga tabur menabur bunga-bunga itu. Siska turut serta menaburkan bunga. Hafidz tanpa sadar berjalan ke sisinya ikut menabur bunga.

“Mas. “

Hafidz menoleh, wajahnya agak kaget namun kemudian tersenyum.

Ukh? Kok sudah disini? “

“Ersha gimana? Aku minta maaf, Mas Ferdy keburu ngucapin belasungkawa ke Ersha. Aku terlambat kasih tau Mas Ferdy. “

Wajah Hafidz mengeras sejenak, tapi kemudian berusaha tersenyum. Akhirnya ia tahu siapa orang yang sudah memberitahu istrinya hingga Ersha marah padanya karena sudah berkata dusta.

“Iya, Ukh. Nggak papa. Echa nggak ikut karena masih lemah. “ jawabnya singkat.

Siska menghela napas panjang. Benar berarti dugaannya. Dilihatnya Hafidz agak menjaga jarak tak ingin bercerita lebih lanjut, Siska pun berusaha menahan diri.

Lebih baik usai pemakaman ini ia datangi saja Ersha agar bisa melihat keadaannya dari dekat.

Namun apa yang kemudian terjadi?
Siska seperti ditusuk berlati tajam tepat di dadanya mendapat sambutan tak hangat dari Suryani saat kakinya memasuki rumah itu. Semua orang terkesiap.

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang