Part 38

132 25 23
                                    

Siska berat sekali melepas Ferdy yang akan kembali bertolak ke Yogja. Juga sang ayah yang akan pulang ke Jakarta. Mereka berdua harus kembali dinas seperti biasa.

Ya Allah...
Kemarin-kemarin mungkin karena ada Ersha dan si lucu Hafla, ya... Ia jadi tak terlalu merasa sepi begini.

“Hei. Kenapa mukanya begituuu...? “ goda Ferdy suaminya.

Siska tersenyum sendu, “Iya... Maaf ya, Mas.  Seharusnya aku nggak bersikap seperti ini. Kan sudah siap menerima resiko jadi istri tentara. “

Ferdy tertawa sambil membelai pipi istrinya lembut.

“Minggu depan aku pulang lagi. Sabar, ya! “

Siska mengangguk. Ferdy mengalihkan pandangannya pada Andika.

“Hei, Jagoan. Jagain mami, ya. Ayah kerja dulu. Minggu depan kita ketemu lagi. Okey..? “

“Okey, Ayah... “ jawab Siska dengan suara imut.

Ferdy tertawa.
Diraihnya pinggang Siska yang masih belum kembali ke ukuran semula. Dipeluknya hangat, dikecupnya kening istrinya penuh sayang.

“Hati-hati ya, Mas... “ bisiknya.

“Iya. “ jawab Ferdy dengan senyum manis.

Ferdy pun masuk ke taksi yang sudah datang. Tangannya melambai dari jendela mobil.

Siska membalasnya dengan berusaha sekuat tenaga tersenyum manis. Ah... Kok ia jadi cengeng begini, sih? Kesal juga hatinya pada dirinya sendiri.

“Papi jalan ya, Siska. Kamu baik-baik disini. Kalo ada apa-apa telpon papi, ya. “

Siska menoleh. Kepalanya mengangguk sambil tersenyum.

“Hei, cucu kesayangan eyang. Sehat-sehat, ya... Biar mami nggak repot, okey? “

Siska tersenyum, “Iya, Eyang. “

Siska meraih tangan ayahnya, mencium takzim. Sugianto terenyuh. Ditepuknya bahu putrinya penuh hangat.

“Papi jalan dulu. Assalamu'alaikum. “

Wa'alaikumsalam. Hati-hati ya, Pap. Bejo tetap tinggal disini, kan? “

“Iya, Bejo sama Minah biar disini dulu. Biar kalo kamu perlu apa-apa mereka bisa bantu. “

Siska tersenyum haru sambil mengangguk.

Sugianto memasuki mobilnya, kemudian berlalu. Siska menghela napas berat.

Sekarang terasa sekali sepi mendekap erat dirinya.
Siska membalik, memasuki rumahnya, mengajak Andika bicara sambil bercanda mengalihkan rasa sedih dan juga sepinya.

*****

“Ya, Abi assalamu'alaikum. “

Wa'alaikumsalam, Cha. Aliya ada di rumah Echa, kah? “

Ersha terhenyak mendengar pertanyaan ayah mertuanya. Aliya pergi dari rumah?

“Eh, ehm... Nggak, Bi. Apa Aliya pergi nggak pamit sama abi sama ummi? “ tanyanya khawatir.

“Iya, Cha. Sejak pagi ummi tengok kamarnya sudah kosong. Ya Allah... Sudah hampir jam 8 malam ini, Hp nya nggak aktif, abi khawatir... “

Ersha menelan ludah. Aliya sedang patah hati luar biasa. Pikiran buruk pun segera menerpa ke benak Ersha.

“Echa hubungi Mas Hafidz dulu ya, Abi. “

“Iya, Cha. Tolong suruh Hafidz cari Aliya, ya. “

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang