Part 21

190 18 8
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, Hafidz merenungi hasil pembicaraannya tadi berdua sang ayah di teras depan.

Ia benar-benar baru mengetahui, ternyata ibunya dulu adalah seorang janda yang akhirnya dikhitbah oleh abinya.

Hasna juga sama seperti Ersha, dingin karena masih sangat mencintai almarhum suami pertamanya.

Kerjanya bolak balik ke makam terus membuat Arkhan kesal. Sementara Arkhan sendiri mengakui kalau saat itu, ia juga gamang... 

Urusan cintanya dengan gadis yang menolak ta’aruf dengannya belum selesai, masih mengganjal.
Padahal gadis itu sudah menikah dengan pria lain. Begitu menurut pengakuan Arkhan.

Akibatnya, hal tersebut menjadi penghalang dirinya bisa bersikap tulus pada Hasna.

Hingga suatu hari, seorang marbot masjid menyadarkan Arkhan, bahwa ia harus benar-benar melepaskan  secara ikhlas dan total rasa cintanya pada sang gadis pujaan.
Kemudian wajib  bersikap manis, memanjakan Hasna  sambil setiap malam berdoa.

Berdoa kepada Allah agar Allah lembutkan hati istrinya itu, supaya bisa mencintai dirinya sama seperti wanita itu mencintai almarhum suami pertamanya. Dan ternyata berhasil.

Lima tahun mereka seperti itu dulu, namun akhirnya Hasna mampu luluh...

Hafidz termangu. Masalahnya dengan Ersha tak seberat itu sebenarnya. Karena ia sejak kejadian itu tetap memanjakan Ersha dengan tulus.

Hanya saja apa yang sudah dilakukannya begitu melukai hati istrinya, disitulah ujian sabarnya.

Ia harus sabar dan tak boleh lelah terus dan terus menyayangi Ersha sambil berdoa...
Berdoa agar Allah lembutkan hati istrinya itu, mau memaafkan segala perbuatannya...

Hafidz menghela napas panjang... Ia tak boleh menyerah... Bismillah...

Hafidz memasukkan mobilnya ke car port. Lalu melepas seat belt sambil mematikan mesin mobil.

Dibukanya pintu mobil dan keluar. Ia menyapa Pak RT dan Bu RT yang sedang duduk santai di depan teras rumah mereka.

Hafidz menangkupkan kedua tangannya di dada.
Mereka melambaikan tangannya, pemuda itu kemudian masuk ke rumah.

Assalamu’alaikum...”

Tak terdengar jawaban, namun terdengar suara Ersha yang sedang bicara dengan seseorang dikamar, nampak tergelak-gelak tertawa. Hafidz penasaran sekali.

“Trus gimana, Kak? Mereka sampai sekarang masih ghibahin Kak Siska sama Mas Ferdy? “ tanya Ersha kepo.

“Ya pastinyalah... Aku berasa kaya artis tau, Sha... Segala penampilan aku, dandanan aku, waduh.. Semua dikomentarin. Untung Mas Ferdy sekarang udah kebal. Kalo belum, jiaahh... Bisa-bisa aku dilarang dandan kaliiii... Trus kemana-mana aku kaya mayat hidup. Amit-amit! Hahahaa... “

Ersha tertawa geli. Nampak Siska menguyel-uyel rambut Ferdy yang terlihat malu. Ferdy pasrah saja.

“Seru banget ngobrolnya, Sayang? “ sapa Hafidz dengan senyum manis.

Ersha terlonjak. Hafidz melongokkan wajahnya ke android Ersha. Siska dan Ferdy saling melambaikan tangan dan tersenyum senang.

“Hm, Mas sudah pulang? “ tanya Ersha salah tingkah.

Ia belum menyiapkan makan malam suaminya.

“Hm, ngobrol sama Mas Hafidz dulu, ya... Aku mau nyiapin makan malam. “ Ersha berdiri.

“Eh, nggak usah, Sayang. Abi belum lapar, kok. Silakan lanjut ngobrolnya. “ sahut Hafidz ramah.

Namun Ersha menggeleng. Hafla ia serahkan pada abinya ia lalu keluar kamar.
Hafidz menghela napas panjang, wajahnya berubah layu. Siska dan Ferdy saling berpandangan.

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang