Part 29

165 24 19
                                    

Ersha berkali-kali mengecup kening ibunya. 

Sejak semalam menangis terus wanita kesayangannya ini entah karena menahan sakit, atau masih tak enak hati karena ia sudah membersihkan kotoran yang keluar dari lubang duburnya.

Kalau Ersha bertanya, sang ibu hanya menggeleng saja.

“Bu... Jangan nangis karena Echa udah bersihin pup Ibu...nggak papa... Ibu kan dulu juga bersihin pup Echa waktu Echa masih bayi... “

Air mata Suryani meleleh...

“Ibu juga yang bilang... Segala apa yang sudah kita tanam, pasti suatu saat nanti kita akan memetik buahnya. Semoga apa yang Echa lakukan, suatu saat nanti Hafla mau lakukan itu juga buat Echa saat Echa tua nanti. “

Suryani menatap sendu putrinya. Ersha tersenyum lembut sambil membelai pipi ibunya menghapus air mata yang masih meleleh.

“Jangan nangis lagi, ya. Echa suapin sarapan, mau? “ tawarnya lembut.

Suryani diam saja tak bersemangat.

“Makan, biar bisa minum obat. Jadi nggak sakit lagi. “

Suryani masih bergeming. Ersha meraih mangkuk berisi bubur ayam.

“Wah, seperti bubur ayam Mang Jono ini, Bu. Cobain, yaa...! “

Ersha mengucap basmallah sambil kemudian mengangkat sendok. Suryani menatap Ersha sendu.

“Yuk... Haa... “

“Nanti kalo pup lagi gimana? “ tanya Suryani dengan mata mengembun.

“Ya nanti Echa bersihin. Ibu jangan nggak mau makan karena nggak enak nanti pupnya Echa yang bersihin. Sekarang fokus makan, minum obat, biar nggak nyeri. “

Suryani menghela napas berat. Ersha kembali membujuk dengan lembut. Suryani akhirnya mau membuka mulutnya.

“Nggak usah khawatir... Kan sudah pake lampin. Aman. “

Suryani diam saja. Mulutnya mengunyah bubur dan menelannya. Ersha kembali mengangkat sendok, Suryani membuka mulutnya lagi.

Ersha bersyukur.
Alhamdulillah habis makanan ibunya.

Ia segera menyiapkan obat yang tadi diberikan perawat padanya. Suryani menenggak obat tersebut dengan bantuan air putih.

Alhamdulillah... “ Ersha senang sekali. Suryani menghela napas panjang.

Tak lama gawai Ersha berbunyi. Ersha menuju sofa dan duduk. Ada pesan masuk dari Siska.

Sha, ini nomor papi. Aku sudah sampaikan syarat yang kamu ajukan, papi sudah setuju. Hubungi papi segera kalau Tante mau dioperasi ya. Aku sudah otw Bandung. Salam buat Tante, semoga lancar operasinya, lekas sembuh.

Ersha termangu sejenak kemudian membalas pesan dari Siska barusan.

“Ada apa, Nduk? Hafla rewel, ya? “

Ersha tersentak lalu tersenyum, “Nggak. Kak Siska yang WA, dia titip salam untuk Ibu. Semoga lekas sembuh katanya. Semalam kan dia kesini nganterin aku, tapi Ibu sudah sare. “ (sare=tidur)

Suryani terharu. Ingatannya bergulir...

Saat ia tak bisa bergerak dan tak mampu melakukan apapun di sofa malam itu, Sugianto datang.

Ia menyuruhnya memanggil tetangga tapi laki-laki itu menolak. Bahkan sudah ia pukul pakai sapu pun Sugianto tetap menolak.

Pria itu khawatir ia terkena stroke karena mengaku tak bisa menggerakkan kaki.

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang