Part 60

161 24 38
                                    

Malam merangkak naik...
Siska melangkah gontai menyusuri selasar rumah sakit. Tubuhnya lelah sekali.

Seharian ini pasien tak ada henti silih berganti mendatanginya, ia sampai tak sempat menelpon Ersha.
Ersha pun sampai sekarang tak menjawab pesannya, rasanya sedih sekali.

Siska menghela napas panjang dalam-dalam. Dibukanya pintu mobil dan duduk di dalamnya.
Tasnya ia letakkan di jok sebelah. Gawai di tangannya ia nyalakan. Sekali lagi dibukanya aplikasi WA dipandanginya nama Ersha yang tertera disitu.

Ditekannya nama itu dengan tak bersemangat. Nampak recent activity-nya pukul 14.00. Siska menghela napas panjang. Ditelponnya Ersha. Dadanya berdebar.
Makin berdebar saat terdengar nada panggilnya berhenti.

"Sha... assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, Tante Siska... ini Afa..."

Siska tersenyum haru. Suara imut Hafla begitu menenangkan hatinya.

"Bundamu mana, Hafla?"

"Bunda di depan. Ada Om Fauzi datang mau jemput Tante Aliya."

Siska menghela napas lega. Berarti Ersha baik-baik keadaannya. Mungkin memang sibuk sehaian ini tak sempat menjawab pesan yang ia tulis dari pagi.

"Bundamu sehat-sehat, kan?"

"Hm... nggak, tadi barusan muntah-muntah, tapi sekarang sudah bisa bangun. Bunda... ini tante Siska."

Siska menghela napas panjang menunggu Hafla menyerahkan hp pada bundanya.

"Iya, Kak Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsalam, Sha... kamu baik-baik?"

Diujung sana Ersha menghela napas panjang,"Aku baik alhamdulillah..."

"Kata Hafla kamu sakit? Barusan muntah katanya?"

Ersha tertawa sendu,"Maag aja kok, Kak. Hm... maaf, ya aku belum sempat reply pesan dari Kakak... gimana kemarin ketemuan sama Risna?" tanya Ersha dengan hati berdebar.

Siska termangu. Kepalanya tergeleng pelan.
Ah, sudah cukup... ia tak akan lagi bercerita apapun pada wanita itu, nanti Ersha bertambah sakit.

"Nggak ada yang serius. Baiklah kalau kamu baik-baik. Jaga kesehatan ya, Sha... aku baru selesai dinas, ini mau pulang. Sudah kangen sekali sama Andika."

Ersha menahan napas. Ini bukan kebiasaan Siska. Tak terbuka dan seperti memendam sesuatu... itu bukan Siska yang biasanya.

"Kak... kalau ada apa-apa cerita, ya... aku siap dengarkan apapun. Kalau bisa bantu aku pasti bantu apapun itu..."

Siska tersenyum haru. Sahabatnya ini begitu lemah tubuhnya tapi masih bisa berkata seperti itu.

"Iya, Sha... okey. Aku jalan dulu. Salam untuk Mas Hafidz dan Hafla."

"Iya, Kak... salam juga untuk Andika, ya..."

Siska tersenyum. Usai saling mengucap dan menjawab salam, pembicaraan pun berakhir.
Siska menyalakan mesin mobil sementara Ersha mematikan sambungan telpon sambil matanya menatap Hafidz, Fauzi dan Aliya yang memandang khawatir padanya. Ersha berusaha tersenyum.

"Ada berita apa, Nda?" tanya Hafidz tegang.

Ersha menggeleng sambil tersenyum,"Nggak ada berita apa-apa... hm, Mas Fauzi sama Aliya makan malam dulu, yuk..." ajaknya.

Aliya dan Fauzi saling berpandangan. Nampaknya mereka tak enak merepotkan Ersha yang masih nampak lemah di mata mereka. Hafidz segera mengambil alih kendali dengan meraih lengan Fauzi.

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang