Part 24

182 25 28
                                    

Pintu mobil Terios merah itu terbuka. Keluar gadis berbaju merah, berkerudung merah sungguh penampilan yang sangat mencolok.

“Aduh, aduh, aduuuhhh.   Mas... Maaf, yaaa... “ ucapnya tergopoh-gopoh.

Hafidz terbengong. Ternyata orangnya heboh seperti penampilannya.

“Mas nggak papa? Saya tadi lihat ada parkiran yang kosong main masuk aja nggak lihat-lihat... Maaf ya, Mas! “ cerocosnya.

Hafidz akhirnya tersenyum, “Iya nggak papa, Mbak.. “ jawabnya santai.

Mau bagaimana lagi, percuma juga marah, toh sudah terjadi. Ia kemudian berjalan menuju kotak bekalnya yang sudah terbuka dan isinya berhamburan.

“Ya Allah, Mas.. Saya ganti, ya? Itu pasti bekal makan siang, Mas ya? “ ucap si gadis.

“Udah nggak usah, Mbak... Silakan kalau mau melanjutkan aktivitas.” Tolak Hafidz halus.

Ia kurang suka berduaan dengan wanita. Mana heboh pisan begini penampilannya, mengundang beberapa pasang mata untuk menatap mereka, membuatnya jengah.

“Atuh, jangan bilang begitu, Mas.”

Gadis itu membuka tas dan mengeluarkan dompet.

“Eh, nggak usah, Mbak. Serius.. Nggak papa, kok. Saya bisa minta anterin bekal lagi ke istri saya. “

“Eh... udah punya istri? “ tanya gadis itu kaget.

Hafidz terbengong.

“Yah... Sayang amat. Kenapa semua cowok ganteng di dunia ini sudah pada beristri, sih ya? “ gerutunya.

Hafidz jadi ingin tertawa meskipun tadi sempat merasa kesal. Tapi wanita ini sungguh lucu.

“Mari, Mbak. “ ucapnya segera daripada makin berlama-lama.

“Eh, Mas jangan pergi duluuu... Serius itu nggak perlu diganti bekal makan siangnya? “

“Serius, Mbak. “

“Eh, Mas. Mau nanya, dong. Disini memangnya ada PT Abdi Sejahtera, ya? “

Hafidz tertawa, “Ada, Mbak. Saya kerja disitu. “

Alhamdulillah... Benar berarti kirain hoax. Hehehe... Di lantai berapa ya, Mas? “

“Lantai lima, Mbak... Silakan. “ Hafidz menyilakan si gadis agar berjalan lebih dulu.

Dengan heboh gadis itu sekilas memperhatikan penampilannya di kaca mobilnya memperbaiki jilbabnya yang sudah nampak rapi.

Hafidz menundukkan pandangan. Lalu mengikuti dari belakang saat si gadis berjalan lebih dulu.

Dengan tunik panjang sebetis, dan celana press body berwarna hitam. High heels, wanita ini nampak modis.

Hafidz menghela napas panjang sambil beristigfar. Mereka memasuki lobby gedung menuju lift.

Sambil menunggu lift turun ke lantai dasar, Hafidz mengeluarkan gawai. Ditelponnya sang istri.

Wa’alaikumsalam, Sayang... Hehee... Maaf bekal abi jatuh tadi, Nda.”

“Oh tapi ada di mobil, kan? “ terdengar suara Ersha di seberang sana.

“Ada... Tapi abi kurang hati-hati. “

“Bukan kurang hati-hati, Mbak... Saya yang nggak sengaja nabrak suaminya, maaf, ya! “

Hafidz melongo lagi. Si gadis begitu tak nampak bersalah main nyerocos saja di hapenya membuatnya bingung.
Dan sekarang nampak tersenyum lebar. Deretan giginya terlihat rapi.

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang