Part 75

132 23 23
                                    

Risna merasa napasnya mendadak sesak. Kedatangan Siska dan Sugianto cukup membuatnya panik...

Dua orang ini sengaja datang pasti bukan bertujuan untuk menjenguk dirinya namun akan memproses semua permasalahan yang berkaitan dengan usahanya melakukan penculikan terhadap Hafla.

Ia sudah dengan sengaja menyalahi surat bermaterai yang ditandatangani. Sudah selayaknya semua diproses secara hukum.

“Apa kabar, Ris?”

Siska berusaha menyapa dengan senyum hangat yang tulus.
Risna menatap sendu, tangannya menggapai pada tabung oksigen yang berada tak jauh dari sisinya.

Sepertinya ia memerlukan tambahan oksigen karena napasnya yang mendadak terasa berat.

Siska dengan tanggap segera mengerti apa yang dibutuhkan Risna.

“Kenapa? Napasmu sesak?” tanyanya segera sambil memutar tabung oksigen menambah aliran oksigen dari tabung menuju nasal kanul.

“Cukup?” tanya Siska memastikan.

Risna dengan agak terengah-engah mengangguk. Sekilas Siska menatap Ningsih, wanita itu matanya nampak berkaca-kaca.

Dibunuhnya segera rasa kasihan yang mendadak hadir. Ia harus fokus. Saat ini kedatangannya memang untuk membicarakan masalah pelik yang sudah Risna buat sendiri.

Netranya beralih pada Sugianto, sama saja ternyata. Nampaknya ayahnya pun seperti memberi isyarat kalau saat ini bukanlah saat yang tepat untuk membicarakan permasalahan ini.

Tapi sekali lagi, Siska berusaha membunuh hati nuraninya. Semua yang ia lakukan ini adalah semata-mata demi Ferdy sang suami.
Senyum palsunya yang manis tersungging kemudian ia duduk di kursi di sisi ranjang.

“Kamu pasti paham apa tujuan kedatanganku bersama papi.” Ucapnya pelan.

Risna menatap sendu Siska. Ia pasrah...

“Kamu sudah menyalahi perjanjian yang telah dibuat dengan menculik Hafla. Sekarang aku minta sama kamu untuk memilih...”

Risna tersentak dan mengerutkan kening. Matanya menatap Sugianto bingung, namun Sugianto hanya tersenyum saja.

“Ada dua pilihan... pertama, semua akan diproses seperti yang tertulis di surat bermaterai, bahwa pengacara akan membongkar semua kasus mal praktekmu di Surabaya sana lengkap dengan kasus drama penculikan Hafla, atau...”

“Nak Siska...”

Tiba-tiba saja Ningsih menyela. Siska menoleh.

“Sebentar, Ma...”

Risna berusaha ingin mendengar semua ucapan Siska.

Ada dua opsi yang dikatakan wanita ini, ia tak mengerti. Opsi apalagi yang ia punya selain harus mempertanggung jawabkan semua kesalahan yang sudah ia buat?

“Apa opsi keduanya?” tanyanya lemah.

Siska tersenyum,”Aku akan tutup kasus Hafla, dengan syarat kamu juga mencabut gugatan suamiku.”

Risna melengos. Lalu Ferdy akan bebas merdeka menikmati hidupnya sementara adik sepupunya sudah menghabiskan sekian tahun kehidupannya terpenjara dalam rumah sakit jiwa. No way!

“Maaf, aku nggak tertarik!”

Siska terhenyak. Seketika itu juga, merah padam wajahnya mendengar jawaban singkat Risna.

Ia sama sekali tak menyangka kalau Risna tak akan tertarik dengan tawarannya barusan. Wanita ini lebih suka dipenjara dan kehidupannya hancur?

“Aku lebih baik hancur dari pada lihat Ferdy enak-enakan, paham?”

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang