Part 18

203 26 19
                                    

Pagi mulai menyapa. Suryani sudah sibuk di dapur. Ersha berusaha bangun, meski amat sangat lemah tubuhnya namun ia harus menguatkan dirinya.

Sudah beberapa hari ini hanya diseka saja tubuhnya karena khawatir menggigil, kali ini ia ingin mandi.

Hari ini Hafidz beserta ayah ibunya akan datang. Ia tak mau nampak lemah. Suryanilah tonggak sumber kekuatannya.

Dalam permasalahan ini Suryani lah yang harusnya paling down, tapi wanita itu begitu tegar. Lalu mengapa malah ia yang lemah..?

Arep neng ngendi, Nduk? “ (mau kemana, Nak?)

Ersha menoleh lalu tersenyum,”Ada air termos nggak, Bu? Echa mau mandi. Dari kemarin  cuma sibin aja badan Echa lengket.” (seka)

“Ada.” Jawab Suryani pendek sambil menyambar termos dan membawanya ke kamar mandi.

Ersha memperhatikan. Ibunya ini sungguh cekatan dan gesit. Wataknya tegas namun juga penuh kelembutan.

Ersha menghela napas panjang. Akan seperti apa ya pertemuan antar dua keluarga pagi ini? Ia merasa gugup dan bingung. Hatinya masih terluka oleh sikap Hafidz kemarin.

Wis, Nduk. Ayo ibu bantu mandi. Kamu pasti masih pusing, kan? Ibu ndak mau kamu jatuh di kamar mandi.”

“Eh, nggak usah, Bu. Echa bisa, kok. “

Ojo! Wis, manuto... Kalo kamu drop lagi, kasihan Hafla. “ (Jangan, sudah menurutlah)

Ersha tak berani membantah. Semalam entah mengapa, ASI nya sedikit sekali.
Mungkin stres berat membuat produksinya menurun drastis. Hafla sampai terpaksa disambung dengan susu formula karena masih belum merasa puas.

Suryani dengan lembut membantu Ersha berjalan. Wanita itu menyambar handuk besar dan masuk ke kamar mandi.

“Tunggu disini, ibu ambil bangku. “

“Aduh, Bu... Nggak usah... Udah mandi biasa aja. “

“Kamu ndak mau keramas sekalian? Nifasmu sudah selesai belum? Kalau sambil duduk kamu ndak kelelahan.“

Ersha membungkukkan badannya melepas celana dalamnya. Oh, sudah bersih. Tak ada flek lagi disana.

“Nah, kan? Sudah selesai. Sekalian mandi suci saja, Nduk... “

Ersha mengangguk. Suryani segera keluar kamar mandi mengambil bangku dan masuk lagi.

Sambil duduk Ersha berwudu, kemudian ibunya mengguyurkan tiga gayung pada bagian tubuh kanan anaknya, lalu bagian sebelah kiri, kemudian dari sekujur rambut hingga mata kaki.

Ditekannya shampo, mengeramasi rambut Ersha yang sedikit ikal tergerai sebahu, sementara Ersha melumuri tubuhnya dengan sabun.

Wangi yang menyeruak membuat Ersha merasa tubuhnya jadi lebih sehat dan bersemangat.

Dibersihkannya setiap jengkal tubuhnya, daerah-daerah privasinya, memijat-mijat lengan dan juga kaki. Ersha merasa keadaannya membaik.

“Bu... Makasih, ya... Ibu ngerawat Echa dengan sangat baik. Echa banyak berhutang budi sama ibu. “

Suryani tersenyum lembut.

“Nanti kalo ibu sudah makin tua, ndak bisa lagi ngapa-ngapain, kan kamu juga tho, Nduk yang akan merawat ibu.”

Ersha tersenyum sambil mengangguk.

“Yah, itung-itung nabung, Nduk... Semua kebaikan yang kita tanam kan akan kembali pada diri kita sendiri juga nantinya... “

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang