Part 23

208 22 31
                                    

Hafidz terkesima...

Ersha menyambut kedatangannya sambil menggendong Hafla.
Sudah lamaaaa sekali rasanya istrinya yang cantik itu tak pernah lagi menyambut kedatangannya pulang kantor.

Segala lelah dan penat mendadak hilang melihat wajah segar istrinya itu.

Bibirnya merah..? Ersha berdandan untuknya? Dadanya berdebar lembut.

Assalamu’alaikum...” sapanya lembut.

Wa’alaikumsalam, Mas... “

Ersha segera meraih tangan Hafidz yang tidak terulur, menciumnya takzim. Hafidz terharu.

“Nda cantik sekali... Mau kemana? “

Blush...
Pipi Ersha seketika  itu juga merona. Hafla minta digendong abinya, Ersha menyerahkan.

“Nggak kemana-mana, Mas.” Jawabnya malu.

Hafidz tertawa bahagia. Direngkuhnya pinggang istrinya. Sekali lagi Hafidz berbunga-bunga. Istrinya tak lagi menghindar.

Apa yang baru terjadi hari ini...? Ia merasa aneh tapi tak berani bertanya. Akan ia nikmati saja semuanya ini sebagai wujud dari rasa syukur akan doa-doa yang perlahan mulai Allah ijabah.

Ia tak meminta banyak...
Asalkan Ersha sudah bisa bersikap lembut dan hangat padanya, ia sudah amat sangat berbahagia dan merasa cukup...

“Abi mandi dulu ya, Hafla... Sama Bunda dulu, ya.. “

“Iya, Abi! “ jawab Hafla imut.

Hafidz tertawa senang. Diserahkannya Hafla pada Ersha, Ersha menerima sambil menuju meja makan.

Sudah pukul delapan lewat, dirabanya mangkuk sayur, baru ia hangatkan tadi, ternyata masih hangat alhamdulillah.

Hafidz baru mengisi kajian, pastinya tubuhnya lelah sekali. Kalau makanan masih hangat, ia berharap suaminya bisa makan dengan nyaman.

Agak lama kemudian, Hafidz keluar dari kamar. Sudah rapi mengenakan koko dan sarung pasti usai salat Isya.

“Makan, Mas... “ ajak Ersha lembut.

Hafidz mengangguk senang.

“Nda sudah makan, kan? “ tanyanya.

Ersha menggeleng sambil tersenyum malu, “Belum. “ jawabnya pelan.

Hafidz mengerutkan kening,”Ya Allah, Nda... Nanti maagnya sakit. “

Ersha menggeleng sambil tersenyum manis, “Hari ini nggak tahu kenapa, Echa ngerasa sehat, Mas.“

Hafidz tersenyum lega sambil mengucap hamdalah. Ia mendudukkan dirinya di kursi makan.

Ersha sudah mengambilkan nasi, sayur dan lauk. Kemudian mengisi air minum.

“Hafla sudah makan? “

“Oh, kalau Hafla sudah sejak jam lima sore tadi... “ jawab Ersha sambil tersenyum manis.

Wanita cantik itu duduk di sebelah kiri suaminya. Hafidz memperhatikan istrinya.

Nampak rileks sosoknya, banyak bercerita dan juga tersenyum, bahkan juga tertawa kecil.

Ya Allah... Terima kasih. Hamba sangat bahagia... Bisik hatinya.

*****

“Mas, bisa tolong tutup resleting baju Echa? “

Hafidz menelan ludah. Ia sejak tadi pura-pura sibuk ini itu melihat istrinya mengganti pakaian. Dadanya berdebar kencang sekali.

Sekarang kulit putih mulus punggung istrinya terpampang di hadapannya. Ada yang menggelegak di dadanya. Kemaluannya mendadak mengeras. Ia ingin sekali mengecup bahu wanita itu, tapi khawatir...

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang