Part 5

287 21 15
                                    

Hafidz termangu di dalam mobil. Abinya baru menelpon meminta persetujuannya karena pihak rumah sakit akan melakukan MRI pada Ersha untuk mencari penyebab istrinya tak segera sadar.

Ia tak langsung mengiyakan bukan karena tak percaya pada tim dokter, namun tak paham itu pemeriksaan jenis apa.

Hafidz segera menelpon Siska namun panggilannya dialihkan. Ia dengan terpaksa menelpon Ferdy. Dan pria itu akhirnya memintanya menelpon Siska yang sudah normal kembali hp nya.

Wanita itu mengalihkan panggilan telponnya karena sedang wawancara dengan rumah sakit guna melamar pekerjaan.

Siska menanyakan banyak hal tentang Ersha. Wanita cantik itu tak mempercayai berita yang ia dengar dari suaminya karena kemarin Siska sempat mengobrol panjang lebar dengan Ersha.
Dan Ersha mengatakan kalau kondisinya baik-baik saja.

Ah… Hafidz jadi tak enak hati. Siska sedang on the way Jakarta begitu mendengar kondisi kritis istrinya.

Dokter cantik itu menjelaskan panjang lebar soal pemeriksaan MRI yang relatif jauh lebih aman dari pada CT Scan yang menggunakan sinar radioaktif.
Wanita itu terkaget-kaget begitu tahu kalau Ersha mengalami hamil di luar kandungan.

Dan sekarang Hafidz termangu di depan rumahnya tak mampu untuk turun.

Bayangan Ersha yang datang menyambutnya setiap kali ia pulang kerja menari-nari di matanya. Senyum manis Ersha, kelembutan dan pesona yang dimiliki istrinya itu sama sekali tak mampu ia enyahkan.

Hafidz menghela napas panjang. Ia harus tegar. Ersha pasti kuat.

Ayahnya tadi mengatakan kalau anaknya itu anak yang kuat. Ia harus fokus pada rencana awal yang sudah ia susun. Ia sudah bertekad akan lakukan apapun demi istrinya. Demi terkabulnya sebuah doa.

Hafidz mematikan mesin mobil dan keluar.
Segera ia mengusir semua bayangan tentang Ersha yang bermain terus di benaknya. Ia mengeluarkan kunci dan membuka pintu rumahnya.

Ah... Kembali kelebatan demi kelebatan sosok istrinya yang lincah kesana kemari menggendong Hafla atau menitah buah hati mereka terpampang layaknya proyektor film.

Hafidz menghela napas panjang dan segera menuju kamar.

Lagi… ia melihat bayangan Ersha yang sering bermain atau membacakan cerita untuk Hafla, Hafidz menelan ludah dan segera menuju lemari.

Dibukanya laci lemari dan dikeluarkannya simpanan logam mulia yang ia miliki. Seluruh uang yang ia punya.

Dibukanya kotak perhiasan milik Ersha, ini adalah mas kawin yang ia beri untuk wanita itu dua tahun lalu. Juga hadiah ulang tahun yang Hafidz berikan. Hanya dilihat sekilas saja kamudian ia kembalikan. Itu milik Ersha. Ia tak boleh mengganggu.

Hafidz berniat akan menyumbangkan emas batangan miliknya juga seluruh uang demi istrinya. Demi terkabulnya sebuah doa. Hafidz membulatkan tekadnya.

Tak ada gunanya semua yang ia miliki ini kalau tak ada Ersha di sisinya. Ia lebih baik kehilangan semua harta bendanya asal jangan istrinya.

Hafidz bergegas memasukkan semuanya ke dalam tas dan pergi.

*****

“Ini apa, Fidz? “ tanya Arkhan bingung.

Putranya datang dengan tas berisi bergepok uang membuatnya bingung.

“Tolong sedekahkan ini, Bi. Abi kan banyak kenal lembaga-lembaga anak yatim dan dhuafa. Tolong minta mereka doakan istriku biar dia sembuh. Biar dia bangun lagi. Aku mohon, Bi… “ ucap Hafidz penuh keyakinan.

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang