Part 13

199 23 6
                                    

Sugianto memperhatikan Siska yang masih berada di teras depan.
Anaknya tadi menolak ketika ia ajak makan malam bersama. Katanya menunggu suaminya saja. Sudah hampir pukul sembilan malam, Ferdy belum muncul juga.

Sugianto melangkahkan kakinya menuju teras. Kedua tangannya ia masukkan ke saku celana bermudanya.

“Belum sampai Ferdy? “

Siska tersentak kemudian menoleh, “Belum. “

“Jam berapa memangnya kereta apinya? “

“Oh kalau sampai Jakarta sudah sejak setengah delapan tadi, Pap.  Mas Ferdy langsung ke rumah Ersha mengklarifikasi soal salah paham tadi. “

Sugianto terdiam. Siska melihat jam tangannya.

“Makanlah dulu... Palingan suamimu sudah makan di rumah Ersha... “

Siska tersenyum sambil menggeleng, “Dia belum makan. Tadi udah bilang otw kesini. “

Sugianto terdiam lagi. Kepalanya terangguk pelan. Ia tak berani bertanya macam-macam. Hatinya sejak tadi gelisah.

Kalau Siska mengetahui semua masa lalunya yang kelam apakah putrinya itu akan memaafkannya?

Sugianto menghela napas panjang. Ia berusaha mempersiapkan hal yang terburuk yaitu kehilangan Siska.

Ya Allah... Apakah aku akan sanggup dibenci oleh anakku sendiri? Aku sama sekali tak menyangka kalau semuanya harus terbongkar. Bisik hatinya sedih.

“Papi tidur duluan, ya. Besok kamu masih disini, kan? “

Siska menggeleng, “Nggak, Pap. Besok jam empat pagi kami otw Bandung. Mas Ferdy nggak cuti dan aku masuk sore. “

Sugianto menghela napas, “Oke. “

Sugianto menepuk bahu putrinya, kemudian masuk ke dalam. Ditolehkannya sejenak kepalanya, Siska nampak melongokkan kepala ke arah gerbang kemudian melihat jam tangan.
Sugianto melanjutkan langkahnya menaiki tangga menuju kamar.

Wajah Siska sumringah. Nampak sebuah motor berhenti di depan gerbang. Ia segera bergegas menghambur. Bejo sambil tersenyum-senyum membukakan pintu untuk majikan laki-lakinya.

“Malam, Pak Ferdy. “

“Eh, malam, Jo.”

Siska nampak berlari ke arah suaminya, langsung memeluk erat. Ferdy terharu.

“Hei... Kita kan pisah belum lama,  masa segini kangennya kamu sama aku? “

Siska tertawa malu, sementara Bejo tertawa nakal.

“Iya, Pak. Non Siska dari tadi mondar mandir tuh di teras! “

Ish, Bejo... Ngintip aja! “ tukas Siska pura-pura galak.

Bejo terbahak sambil menutup dan menggembok pintu. Siska menggayut lengan kekar suaminya.

“Capek ya, Mas?”

Ferdy tersenyum, “Lumayan... “

“Belum makan kan? Aku nungguin kamu soalnya. “

Ferdy menyerahkan kantong plastik merah berisi nasi box, “Nih... Tadi dikasih Ustadz Hafidz. “

Siska mengangguk. Mereka pun masuk ke dalam.

“Aku mandi dulu, ya. “

Siska mengangguk. Diterimanya nasi box dari tangan suaminya dan ia buka perlahan.

Ada nasi, sayur capcay, rendang dan telor balado lengkap dengan jeruk dan kerupuk. Diletakkannya nasi box itu di meja makan.

Sudah terhidang makan malam yang baru dihangatkan kembali oleh pembantunya.

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang