Part 91

126 21 27
                                    

Nampak suasana yang tak jauh berbeda di ruang tamu rumah Ersha dan di ruang tengahnya.

Ersha dan Siska mengobrol hangat, sementara Hafidz berdua Ferdy juga membahas hal yang tadi sempat disinggung oleh Siska.
Tentang ayah Ferdy yang sedang sakit. Hafidz menanyakan bagaimana kondisinya, Ferdy menjelaskan.

Netra Hafidz tak sengaja melihat kelebat bayangan di teras yang tiba-tiba membalik dan bergegas pergi.

Terdengar dari suara alas kakinya yang tadi sempat mendekat, sekarang berubah menjauh.

“Hm, sebentar, Akhy. Sepertinya ada tamu,”

Hafidz berdiri dan bergegas menuju pintu. Nampak seorang gadis berjalan memunggunginya dengan rambut tergerai sebahu, mengenakan jaket kulit dan celana jeans lengkap dengan high heels menarik koper kecil berwarna biru dongker.

Ukhty!”

Hafidz langsung memanggil. Ia belum tahu siapa tamu yang tak jadi berkunjung ke rumahnya, tapi Hafidz berusaha mengejar.

Gadis itu menghentikan langkahnya, namun tak membalik.
Hafidz mendekatinya, dan mengucap salam dengan santun.

Assalamu’alaikum, Antum mau bertemu siapa?”

Hafidz tersentak saat akhwat di hadapannya membalik. Nampak netranya yang mengembun. Di kepalanya ada kaca mata hitam.

“Ya Allah, Ukhty Risna?”

Risna berusaha tersenyum sambil mengerjabkan matanya,”Wa’alaikumsalam,” jawabnya lirih.

“Silakan, Ukh. Echa sama Hafla ada kok di dalam. Silakan,” ucapnya ramah.

Risna menghela napas panjang. Pandangan matanya menatap pada belakang Hafidz. Wajahnya sendu.

Ada Ferdy di situ. Ia tadi mengambil keputusan untuk tak jadi bertamu karena mendengar suara laki-laki itu. Risna masih belum ingin bertemu dengannya.

Hafidz menoleh ke belakang sekilas melihat apa yang sedang dipandangi Risna. Oh, ternyata Ferdy. Ia jadi salah tingkah  sejenak.

“Silakan, Ukh... nggak papa, ya. Alhamdulillah Allah pertemukan kita semua di sini untuk bersilaturahmi,” tutur Hafidz lembut.

Risna menatap Hafidz sendu. Dilihatnya sekilas, Ferdy sudah kembali masuk ke dalam. Ia ragu untuk menuruti ajakan Hafidz agar tetap masuk ke rumah.

“Silakan... ” Hafidz menyilakan dengan santun.

Risna menggeleng pelan. Sepertinya ia belum siap kalau harus bertemu dengan keluarga Ferdy.

Tak mungkin kan kalau pria itu datang sendiri, pasti ada Siska dan Andika sang buah hati.

Ah... padahal kedatangannya saat ini karena perasaannya tengah dilanda kerisauan yang luar biasa soal Hartono.
Ternyata menemui Ersha hari ini bukanlah keputusan yang tepat. Hatinya sedih...

”Hm.... saya...”

“Tante Risna!”

Tiba-tiba terdengar suara nyaring Hafla. Mata Risna berbinar dan senyumnya tersungging. Gadis itu berjongkok karena Hafla menghambur padanya memeluk tubuhnya.

“Hei, apa kabar, Tante?” tanya bocah itu dengan ramah lengkap dengan senyum manisnya.

Alhamdulillah baik,” jawab Risna haru.

“Ayo, masuk! Itu Nda!” tunjuk Hafla pada sang bunda.

Risna menegakkan wajahnya menatap Ersha yang saat ini sedang berjalan mendekat padanya.
Risna pun berdiri. Wanita berkaca mata itu memeluk hangat dirinya.

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang