"Kita udah bicarakan ini sebelumnya dan sepakat setelah aku lulus kuliah." Adel meletakkan sendoknya, nafsu makannya mendadak hilang. "Aku masih kelas 12, bentar lagi mau ujian. Kamu iya udah kuliah."
"Dimana masalahnya?"
Adel menggeram. "Masalahnya aku juga pengen ngerasain kuliah, ngerasain pusingnya nyusun skripsi."
"Kayak gitu kok mau dirasain." Alaric menghela nafasnya. Sudah berulang kali dia mencoba membujuk Adel tapi jawabannya sama. "Ok. Aku setuju. Tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Kamu harus satu universitas sama aku."
"Gak masalah, asal jangan maksa satu fakultas."
"Boleh juga."
"Heh! Mana bisa gitu," ketus Adel. Alaric tersenyum tipis, padahal dia hanya bercanda.
Waktu berjalan dengan cepat. Sekarang Alaric sudah memasuki jenjang perguruan tinggi dan Adel sebentar lagi akan menyusul.
Mereka sedang berada di kantin AFIHS. Kantin sunyi jadi mereka bebas beradu cek-cok. Alaric kadang-kadang datang ke AFIHS sebelum masuk kuliah. Tidak sering, hanya sesekali saat dia merindukan Adel di waktu yang tidak tepat. Padahal tiap hari ketemu.
"Gak terasa ya udah 2 tahun hubungan kita." Adel tersenyum sambil menatap Alaric. "Kok bisa tahan ya?"
"Maksud kamu? Hubungan kita gak seharusnya bertahan?" tanya Alaric dingin.
"Ihh bukan gitu!"
"Terus?"
"Belok! Jangan lupa isi bensin biar gak mogok!" jawab Adel ngelantur. Mulutnya mengunyah bakso dengan kasar, bawaan kesal.
"Lucu banget. Tunangan siapa sih?"
Pipi Adel memanas. Bisa-bisanya dia blushing setelah tadi kesal. Ya, sudah 1 tahun juga Adel menjadi tunangan Alaric.
"Oy! Ditanya malah bengong."
Nah kan kumat ngeselinnya. Entah darimana sifat ngeselin Alaric lahir. "Tunangan kak Zean!" ketus Adel.
"Waah Zean punya bakat nikung ternyata." Alaric pura-pura terkejut tapi jatohnya malah bikin Adel ngakak. "Sehat, neng?"
"Belajar dari mana masang muka lawak kayak tadi? Biasanya datar mulu."
"Dari Ayah," jawab Alaric sangat jujur. Adel semakin tergelak dibuatnya. Alaric kejujuran atau kepolosan?!
Tiiit
Adel menghentikan tawanya. "Udah bunyi tuh, sana berangkat. Nanti telat."
Wajah Alaric tadinya cerah langsung berubah mendung. "Nyesel gue nyetel pengingat," gumam Alaric.
Itu tadi suara dari jam Alaric yang menandakan kalau mata kuliahnya akan dimulai 10 menit lagi. Alaric harus memasang pengingat itu di jam-nya atau jika tidak dia pasti lupa waktu dan sanggup ngobrol dengan Adel sampai lama sekali.
"Udah sana."
"Pengen banget aku pergi." Alaric menatap Adel dengan tatapan menyelidik. "Mau selingkuh ya?"
Tuk
Adel mendarat sendok ke kepala Alaric. Sendok bersih loh ya, ya kali sendok bekas dia, kasian entar rambut badai Alaric.
"Pengen banget diselingkuhi?"
"Amit-amit."
Lalu Alaric mendekatkan wajahnya pada Adel. Dia mengetuk-ngetuk pipi sebelah kanannya. "Buruan."
"Kok maksa?!"
"Gak pergi-pergi nih," ancam Alaric.
Cup
"Udah sana, hus!"
Alaric balas mengecup pipi Adel. "Bawa mobil?" tanya Alaric sebelum benar-benar beranjak pergi.
"Nggak."
"Tunggu aku, nanti pulang sekolah aku jemput. Gak ada tapi-tapian!" Tanpa menunggu balasan Adel dia langsung berlari ke parkiran.
"Mimpi apa gue bisa dapetin dia." Adel senyum-senyum sendiri melihat pintu kantin yang barusan Alaric lewati.
-o0o-
Ini Epilog makanya sedikit. Tenang masih ada extra part kok
Mau liat spam lop tomat lagi dong hihi💚🍅
Follow ig aku jangan lupa ya @ayyasrt dan @asteri_ofc
Mau tanya-tanya di ig juga boleh, aku senang banget malah:vOPEN QnA
Kalau ada yang mau ditanya silahkan👉🏻👉🏻
Insyaallah nanti aku jawabOh iya, bantu share ALARIC ya biar makin rame. Mau di ig, twitter atau dimana aja. Aku ada sesuatu tapi aku kasih tau nanti aja🤭
Terakhir!! Menurut kalian apa bedanya ALARIC sama cerita lainnya?? PLIS JAWAB😭😭
Sorry for typo 🙏🏻
Babay muah💚
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARIC
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! ] Ini sequel Agatha FA tapi bisa dibaca terpisah kok WARNING⚠️ Cerita ini mengandung kekerasan dan kata-kata kasar. Harap bijak dalam memilih bacaan. Typo bertebaran!! Harap komen jika menemukan typo!! Ayya juga sedikit nu...