Rumah besar Alexander telah didekorasi sedemikian rupa untuk menyambut hari ulang tahun Sera. Banyak tamu berdatangan terutama dari AFIHS, sudah pasti satu sekolah mendapat undangan. Yaa walau tidak semua yang datang.
Diantara ratusan manusia yang hadir, sang pangeran hanya terfokus pada satu objek, gadisnya. Dengan segelas sirup ditangan sama sekali tidak mengalihkan atensinya. Alaric dan Adel. Keduanya memakai setelan yang senada tanpa direncanakan.
Merasa cukup, Alaric menghampiri Adel yang sedang mengobrol dengan Sasi dan Celyn. Tangan kanannya masih setia memegang gelas dan tangan kirinya ia masukkan ke kantung celana.
Keberadaannya bisa dirasakan oleh ketiga gadis cantik itu. Sadar diri, Sasi dan Celyn memilih meninggalkan keduanya. "Kita ambil minum dulu ya, mendadak tenggorokan gue kering kayak di gurun," pamit Sasi sambil mendorong pelan punggung Celyn agar segera jalan.
"Have fun Adel!" seru Celyn sebelum benar-benar pergi.
Adel hanya tersenyum kaku. Saat ini Alaric sudah ada di sebelahnya dan masih setia menatapnya. "Matanya mau dicolok?!" sentak Adel menutupi kegugupannya.
"Cantik. Kamu cantik pake banget malam ini," puji Alaric. Seulas senyum terukir di wajah tampannya.
Adel memasang tampang songong. "Tau, anda orang kesekian yang bilang begitu," balasnya.
"Songong."
"Ketularan anda."
"Gak usah sok anda anda segala."
"Iya, sayang," goda Adel. Menggoda Alaric adalah hobi barunya. Ada kesenangan tersendiri melihat Alaric yang salting, apalagi sampai wajahnya memerah. Rasanya Adel ingin memfotonya lalu mempostingnya di sosmed. Wahh kira-kira bagaimana reaksi fans-fans cowok itu
"Sayang udah makan?" tanya Adel.
"Tahan, Ric. Nanti dia menang lagi, baperin balik!" ucap Alaric dalam hati. Harga dirinya sebagai laki-laki sedang dipertaruhkan sekarang!
"Sayang."
"Belum."
"Loh kok belum? Kamu gak kedapatan makanannya? Ah gak mungkin, ini kan acara keluarga kamu."
"Aku gak mau makan itu." Alaric meletakkan gelas minumannya yang tinggal separuh.
"Terus makan apa?"
Alaric menyeringai. Dia mendekati Adel. Menarik tangan gadis itu lalu mengunci pergerakannya. Alaric menyudutkan tubuh Adel ke tembok. "Aku mau makan kamu, boleh?" bisik Alaric, suaranya terdengar serak tapi malah semakin membuat Adel ingin pingsan.
Mata Adel melotot tanda terkejut. Dengan susah payah dia mencoba menghirup oksigen yang entah kenapa rasanya semakin menipis. Alaric menatapnya lamat-lamat membuat dirinya benar-benar tidak bisa berkutik.
"Kenapa diem aja hm?" Alaric semakin mendekatkan wajahnya. "Pertanyaan aku masih butuh jawaban."
Sementara itu Deon tercengang melihat kelakuan Alaric. Bukan hanya Deon, Rainer Evan dan Oliver juga ikut dibuat tidak habis pikir. "Gila si bos, mainnya udah mojok aja," celetuk Deon.
"Gak keliatan lagi, kalau kita gak perhatiin baik-baik mungkin gak bakalan nyadar," sambung Rainer.
Memang posisi Alaric dan Adel sulit ditangkap oleh penglihatan para tamu. Mereka berada di tembok tepat dibawah tangga.
"Biarin lah, lagian mana mungkin Alaric ngelakuin yang nggak-nggak sama Adel," ucap Evan menimpali.
"Iya tuh, Aric 'kan otaknya masih waras, gak kayak lo berdua, isinya kotor perlu cleaning servis." Ucapan Oliver dihadiahi jitakan oleh Deon dan Rainer.
"Hoax lo, kita berdua tuh bersih dan murni."
"Bersih dan murni bapak lo botak!" ketus Oliver. Enak saja main jitak kepala anak orang. Ijin dulu gitu, ini kagak.
"Om Kenan sekarang botak, Yon?" tanya Rainer. Wajahnya tampak terkejut.
Deon memutar bola matanya malas. "Oliver lo dengerin, sesat!"
Kembali ke dua sejoli yang sedang bermesraan di bawah tangga.
Alaric berusaha mati-matian menahan tawanya agar tidak keluar. Wajah Adel benar-benar tidak bisa dideskripsikan. "Adel," panggil Alaric masih berbisik dan itu membuat Adel merinding.
"Huaaa Alaric mesum! Hiks ... jahat."
"Lah nangis."
Diluar dugaan Alaric, Adel malah menangis kencang. Untung suasananya sedang ramai, ditambah suara musik jadi tangisan Adel tidak akan terdengar.
"Lo ... hiks ... lo jahat!"
Alaric membawa gadis itu ke dalam dekapannya. "Maafin aku, bercanda doang tadi serius."
Tangis Adel semakin menjadi, membuat Alaric serba salah. "Cup cup cup udah dong, Del. Jangan nangis, kamu boleh marah sama aku tapi jangan nangis, aku gak tega."
Adel memukuli dada bidang Alaric yang terlapisi kemeja. "Lo jahat! Mesum!"
"Iya aku jahat, tapi aku gak berniat mesum sumpah, cuma mau ngerjain kamu. Lagian mana sanggup aku nyakitin perempuan yang berarti di hidup aku." Alaric menghapus jejak air mata di pipi Adel. Lalu dengan santainya dia mengecup kedua mata Adel. "Udahan ya nangisnya."
"Huaaaa!" Adel kembali memeluk Alaric.
"Lah ini kenapa lagi? Kan aku udah minta maaf."
"Gue baper sialan!"
Alaric terkekeh. Ternyata usahanya tidak sia-sia. Alaric melepaskan pelukan mereka, tangannya menarik pelan dagu Adel agar menatapnya. "Maafin aku ya. Aku sama sekali gak bermaksud buat kamu nangis."
Adel tersenyum. "Iya, gue maafin."
"Udah dimaafin kok masih lo-gue, ikhlas gak sih," ujar Alaric sebal.
"Iya, iya aku maafin kamu. Puas?" Kenapa jadi cowok itu yang kesal, seharusnya kan Adel.
Alaric mengecup kening Adel. "Thank you my queen."
-o0o-
Udah cukup aku gak sanggup nulis yang uwu-uwu😭😭
Monmaap kalo gaje atau kesannya lebay. Bingung sumpah mau buat extra part yang kayak mana jadi maklumin ya hehe
Mau extra part lagi?
Tapi yang ini gak janji ya heheSpam 🥑🥑!!
Spam 💚💚💚💚
Ganti emot dulu kita guis, udah kenyang makan tomat wkwk
MAU AKU BUATIN CERITA APA LAGI NIH??
Boleh kasih saran dung👉🏻👉🏻BTW jangan lupa mampir ke cerita baru aku yang judulnya SECRET, genrenya fantasi, mau coba hal baru🥑🥑 COBA BACA SAMPE 10 PART AJA DULU SIAPA TAU NEMPEL!!
Jangan lupa voment dan SHARE cerita ini ke teman-teman kalian💚🥑
Terus suport aku ya! Sayang kalian banyak-banyak muah💚💚💚💚💚
Sorry for typo 🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARIC
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! ] Ini sequel Agatha FA tapi bisa dibaca terpisah kok WARNING⚠️ Cerita ini mengandung kekerasan dan kata-kata kasar. Harap bijak dalam memilih bacaan. Typo bertebaran!! Harap komen jika menemukan typo!! Ayya juga sedikit nu...