ĄLARÍC || 31

14.7K 1.3K 716
                                    

Hi kalian><

Makasih banyak buat komen di part sebelumnya 💗💗 Aku seneng banget liatnya apalagi yang udah spam dan komen di setiap paragraf Luv buat kalian💗

Di part ini juga gitu ya hehe
Aku gak itu ini part gimana semoga kalian suka ....

Oh iya mau tanya. Kalau diukur dari persen, berapa persen sih rasa suka kalian sama cerita ini?

SPAM KOMEN JANGAN LUPA YA!

[Chapter 31] - Hari penuh emosi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Chapter 31] - Hari penuh emosi

'Gak emosi gak idup!'

- Rainer

-o0o-

Gelap

Kata itu yang mewakili ruangan ini. Ya ... memang biasanya gelap sih. Seperti biasa ruangan ini hanya ditemani oleh sinar rembulan.

"Kita mulai?"

Suara itu terdengar serak sekaligus menyeramkan. Alaric menatap korbannya dengan tatapan lapar dan senyum devil andalannya.

Sementara sang korban hanya mampu berteriak minta ampun. Padahal teriakannya sama sekali tidak dihiraukan oleh Alaric.

Alaric berjalan mendekati meja yang diatasnya sudah tersedia berbagai macam benda tajam. Mulai dari yang berukuran kecil sampai besar, bahkan ada yang sudah terlihat berkarat.

"Pilih mana?"

Si korban hanya mampu memberontak. Dalam benaknya ia merasa bahwa orang yang menyekapnya ini sudah tidak waras. Bagaimana caranya menjawab jika mulutnya saja diikat dengan kain?

"Kok diem?" Alaric memiringkan kepalanya. Senyum sama sekali tidak luntur. Penampilannya yang acak-acakan menambah kesan menyeramkan dalam dirinya.l

"Karena lo diem ... Let's start."

Alaric menekan tombol yang ada di jam tangannya. Melepaskan ikatan pada tangan korbannya yang terbuat dari besi.

"Kita mulai dari mana? Mata? Perut? Atau ada rekomendasi yang lain?"

Fix, dugaan si korban tentang Alaric yang mengalami gangguan jiwa semakin kuat.

Alaric membuka ikatan kain di mulut si korban. "Biar teriakan lo kedengaran," ucapnya.

Alaric memulai aksinya dari tahap yang paling rendah, membuat ukiran indah. Otaknya kini tengah berpikir keras memilih pisau mana yang harus ia gunakan untuk tahap ini. Sampai dirinya teringat dengan pisau lipat pemberian bundanya.

ALARICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang