Happy reading...
.
.
.
.
.
."Jangan pernah menyakiti perempuan Jisung!"
Suara itu seperti tidak lagi asing bagiku, suara nyaring yang menggangguku satu hari lalu, suara nyaring yang mengejek ku nenek sihir dan suara nyaring yang sangat jauh berbeda dari anak lelaki seumurannya.
Perlu aku ceritakan, suara orang itu memang lembut sedikit nyaring tidak seperti anak yang lainnya, aku yakin dia tidak pernah merokok.
Dia Chenle, datang menyelamatkan ku.
Tangannya mencegah Jisung yang akan menampar ku.
Jisung berdecak sinis, tatapannya memanas melihat Chenle berdiri didepannya langsung, mencegah tangannya yang akan menyakiti ku.
"Jadi Lo yang namanya Chenle?"
Jisung tentu tau Chenle dan Chenle tau Jisung. Siapa yang tidak mengenal anak nakal seperti Jisung di sekolah ini?.
Bugh!
"Jisung!" Teriakan kami bertiga, aku, Haechan, Mark terdengar bersamaan ketika Jisung meninju rahang Chenle.
Wajah Chenle itu putih jadi sangat terlihat jelas luka lebamnya.
"Gue peringatin sama Lo! Jangan berani beraninya Lo deketin Youra! Youra itu milik gue!"bentak Jisung kepada Chenle yang menyentuh luka lebamnya itu.
"Kamu siapa nya dia?! Ayah bukan, ibu bukan bahkan keluarga pun bukan!"
Aku terkejut ketika dengan sikap santai Chenle menjawab Jisung, Chenle memang berucap santai namun ekspresi dan ucapannya terkesan dingin. Aku sedikit kagum, kukira Chenle akan selamanya menyebalkan tapi dia bisa membelaku.
Aku benar benar takut dengan atmosfer seperti ini.
Jisung akan melayangkan tinjuanya lagi namun niat dari mana aku yang maju melindungi Chenle hingga...
Bukgh!
Tinjuan itu mengenai kepala ku, rasanya sakit sekali.
Masih dengan setengah sadar aku bisa melihat raut ke 4 lelaki itu khawatir menatap ku yang sebentar lagi akan kehilangan kesadaran.
Dan yang paling mengejutkan adalah Chenle membalas tinjuan Jisung mengenai bibirnya hingga berdarah.
Dia terlihat benar benar marah, dan kesadaran ku hilang, aku tidak tau apa yang terjadi setelah ini.
Yang ku ingat seseorang menggendong ku pergi dari sana.
***********
Saat mataku terbuka yang aku lihat adalah ruangan berwarna putih dan diriku yang terbaring lemah. Pasti tadi aku pingsan.
Aku membenarkan posisiku menjadi duduk, kesadaran ku sudah kembali sepenuhnya.
Lalu tiba tiba ada yang membawakan ku air. Aku meminumnya.
"Sudah bangun?"itu Chenle jelas suaranya.
Sambil menyerahkan gelas itu ke tangan Chenle aku menatapnya kesal "belum! Ini mau mati"jawabku.
Apa dia seperti Jisung? Apa dia bodoh? Jelas jelas aku sudah bangun dan dia masih bertanya?.
Oh silahkan saja jika kalian menyebutku tidak peka, aku memang tidak peka.
Chenle meletakkan gelas itu di meja samping dia duduk di kursi yang ada disebelah tempatku berbaring ini.
"Oh mau mati? Kenapa tidak mati sekalian?" Dia tertawa.
Disaat keadaan ini pun dia masih sempat mengejek ku, apa hobinya mengejek?.
Aku memalingkan wajahku kesal, entah kenapa mengingat kelakuan Jisung tadi dan Chenle yang menolong ku membuatku tanpa sadar menetes kan air mata.
Chenle memiringkan kepalanya menatap ku terang-terangan, aish...bocah itu apa masih polos?!.
"Kenapa menangis? Kau sudah aman disini"ucapnya lembut.
Aku menatap Chenle dengan air mata yang sedikit demi sedikit menetes, kenapa didepannya aku lemah sekali.
Aku tidak mau menangis, tapi dihadapan Chenle aku sangat lemah.
Aku pastikan tangan Chenle sudah gatal ingin menghapus air mataku tapi dia tidak mau melakukan itu mungkin takut aku akan marah.
Oh dia sangat peka.
"Gomawo"lirihku.
Chenle tertawa, dia hobi sekali tertawa. Apalagi tertawa didepan ku yang sedang menangis.
"Jangan menangis"ucapnya.
Chenle berdecak "aish...nenek sihir kenapa lemah sekali?"ejeknya.
Ekspresi ku berubah seketika menjadi galak lagi, ekspresi waktu pertama kali bertemu Chenle.
Menghapus air mata lalu Aku dengan sadisnya memukul lengan anak lelaki itu kuat hingga dia meringis kesakitan.
"Apaan sih lo!"elakku.
"Ah ternyata nenek sihir tidak lemah, dia sangat kuat" Sembari mengusap ngusap lengannya dia tersenyum tipis.
Entah kenapa senyumnya itu sangat manis, oh tidak aku bisa candu!.
Aku memalingkan wajahku kesal. Setelah putus dari Jisung aku menjadi pribadi yang dingin namun kenapa ketika Chenle hadir aku menjadi lemah. Ah! Pertahanan dalam hatiku tidak boleh hancur semudah itu. Kita lihat nanti.
Chenle meletakkan sesuatu dipangkuan ku, setangkai ranting pohon yang dipenuhi bunga sakura. Dari mana dia dapat di musim seperti ini?.
"Untukmu, ku harap seorang nenek sihir yang galak seperti mu akan berubah menjadi lebih cantik setelah melihat bunga itu"ucap Chenle dengan senyuman yg membuatku candu.
Aku memutar bola mata malas "Lo hobinya gombal ya?"
"Hanya denganmu saja, karena kau manis jadi aku suka melihat menggodamu"godanya lagi.
"Ya! Berhenti menggodaku" dan aku hanya menatap dia malas.
Kita baru kenal sebenarnya, tapi dia sudah bersikap manis.
Seperti seorang lelaki yang membujuk gadis pujaannya agar tidak bersedih lagi.
**********
"Hea Youra, lo?"
Sepertinya tanpa sadar mereka menjadi dekat. Karena malam ini mereka pulang sekolah bersama.
Karena Youra rasa pertemuan pertama mereka belum resmi jadi dia memperkenalkan dirinya walau sebenarnya Chenle pasti sudah tau.
"Zhong Chenle yang tampan"jawab Chenle percaya diri.
Youra memutar bola matanya malas, Chenle itu paket komplit! Pertama dia bisa berubah mesum, ah kejadian itu belum bisa Youra lupakan, lalu Chenle itu bisa bersikap sok bijak dengan menasihati Youra dan terakhir dia punya kepercayaan diri yang tinggi.
Komplit sudah! Jangan lupakan! Chenle juga tampan!. Oh ya jangan juga lupakan sikapnya yang bisa berubah menjadi sangat menyebalkan.
Apa Chenle itu berkepribadian ganda? Terserah lah.
**********
Yo Yo Yo Yo
KAMU SEDANG MEMBACA
FIREFLIES (END)
Teen FictionZhong Chenle, anak lelaki dengan paras rupawan dan hati yang teramat baik membuatnya dikagumi oleh semua orang, namun sayangnya dirinya sendiri tidak tahu jika hidupnya penuh dengan rahasia rahasia besar yang tersembunyi. Hingga suatu hari saat Desa...