11. Merokok.

155 26 0
                                    

Happy reading...
.
.
.
.

.

Hari berlalu sudah satu bulan Chenle sekolah disana, dan hobinya bertambah yaitu mengganggu Youra.

Dan sejak kejadian Youra pingsan itu, Jisung juga tidak terlihat didepan Youra lagi entah kemana dia.

Youra dan Chenle duduk di bangku taman sekolah.

Begitu pula dengan Renjun dan Jeno yang menatap mereka penuh tanda tanya.

"Gue yakin bentar lagi mereka bakal pacaran"ucap Jeno.

Renjun menoleh "aku mikirnya juga gituh tapi ngeliat si Jisung jadi mikir kalau mereka pacaran bakal ada masalah terus" jawabnya.

Kedua lelaki tampan itu memandang Chenle dan Youra dari gedung atas.

"Oh ya gue denger denger, Youra itu lagi ada masalah ya sama keluarganya? Makanya dia tinggal sendiri"ucap Jeno.

"Tau darimana?"

"Denger aja sih" Jeno kembali mengunyah permen karet yang entah keberapa, mungkin sudah yang ke 10.

Mencoba meniupnya agar membentuk sebuah balon namun malah berakhir menjadi muncrat ke wajah Renjun.

Jeno hanya bisa cengengesan, Ingat kesabaran seorang Huang Renjun itu tipis bro!.

"Jeno..."

"Ampun bro ampun" Jeno dengan segera kabur dari sana sebelum Renjun mengamuk.

Disisi lain saat semua kelas masuk jam pelajaran, Youra malah ke rooftop, dia merokok disana.

Youra memang dekat dengan Chenle namun dia tidak menceritakan apapun tentang kehidupannya kepada Chenle.

Sisi gelap Youra belum Chenle ketahui. Entah setelah Chenle tau dia akan tetap bisa menerima gadis itu atau tidak.

Dia membolos sampai pulang sekolah artinya dia diatas gedung sampai jam 7 malam, gila memang. Gadis itu pemberani.

5 batang rokok sudah habis dihisapnya, mengingat ayahnya membuat Youra depresi.

Tanpa gadis itu sadari pintu rooftop terbuka, seseorang itu melangkah diam diam menuju gadis yang duduk dipinggir gedung itu sambil menatap langit malam yang indah.

Bahkan gadis itu tidak sadar jika seseorang sudah duduk disampingnya.

Youra merasa risih seperti ada seseorang disampingnya walau memang itu nyata. Dia perlahan menoleh dan terkejut setengah mati.

Rokok yang dia pegang jatuh dari lantai 3 itu.

Orang itu tersenyum melihat rokok yang terjatuh lalu menatap Youra lekat.

"C-chenle-ah?"

Ya, Zhong Chenle. Hadir memberi cahaya dikehidupan Youra yang gelap.

"Udah abis berapa batang hm?"tanya Chenle, dia bertanya lembut sama sekali tidak marah bahkan Chenle tersenyum.

Padahal Youra sudah kaget dan takut setengah mati. Chenle sudah tau dia merokok.

Seorang gadis merokok.

Jika Chenle adalah orang lain pasti dia akan jijik dengan Youra tapi Chenle berbeda dengan lainnya.

"Hemm..satu...dua...tiga empat lima?"ucap Chenle setelah menghitung rokok yang Youra hisap.

"Dan enam yang jatuh"lanjut Chenle.

"Kasihan loh kamu cantik masa paru paru kamu hitam?"oh sindiran Chenle halus sekali.

Sedangkan gadis itu? Gadis itu menunduk dalam sampai rambutnya yang terurai indah itu menutupi wajah cantiknya.

"Ini, enak kok rasanya nggak kalah sama rokok"Chenle terkekeh sembari memberikan Youra permen lollipop.

Youra masih diam.

Chenle menghembuskan nafasnya kasar "Lala...kenapa nunduk? Takut?"

Youra perlahan mengangkat kepalanya "kalau orang lain yg liat pasti mereka bakal mikir yang enggak-enggak tapi Lo beda"

Chenle tersenyum, senyuman yang selalu menjadi penyemangat Youra saat ini, senyuman yang mampu membuat Youra candu ingin terus melihatnya.

Senyuman manis seorang Chenle.

Chenle meraih tangan Youra, memberikan lollipop yang sudah dia buka tadi, mengangkat tangan Youra dan mengarahkannya ke mulut Youra.

"Buka dulu Aaa..."ucap Chenle.

Youra menurut membuka mulutnya lidahnya bersentuhan dengan permen yang manis itu.

Tapi lebih manis senyuman Chenle.

"Kamu emang udah melakukan suatu kesalahan tapi bukan berarti orang yang salah harus dibenci, orang yang salah lebih baik diberi kesempatan lagi, agar berubah jadi lebih baik"ucap Chenle dengan senyuman yang tak pernah luntur.

Oh apakah Chenle ini termasuk ke salah satu tipe lelaki idaman para wanita di bumi ini?.

Youra tersenyum, Chenle memang benar benar beda dari yang lain.

Keadaan hening sejenak, Youra sibuk dengan pikiran dan menikmati permen itu sementara Chenle setia menemaninya.

"Chenle-ah?"

Chenle menoleh "ndee?"

"Gue rasa permennya kurang manis"ucap Youra.

Chenle membulatkan matanya lucu, gemas sekali melihatnya.  "Aku tadi punya dua dan aku sudah memakan yang satunya kurasa itu sangat manis apa kurang manis menurutmu? Baiklah akan kuberikan yang lebih manis besok"panik Chenle.

Youra terkekeh "kamu gak peka banget"

"Hah?"

"Ya, permennya tidak manis karena yang manis hanya senyumanmu"ucap Youra santai.

Bahkan tanpa sadar Gadis itu berkata aku-kamu bukan lo-gue.

(Jangan senyum senyum sendiri wahai kaum jomblo)—author calonnya Chenle.

Chenle diam. Namun jantungnya berdegup kencang.

Chenle hanya mengangguk nganggukan kepalanya saja, anak itu berusaha menahan senyum. "Ya aku memang manis"

Dan entah kenapa disaat Chenle sedang malu malu seperti ini, terlihat menggemaskan Dimata Youra.

Bolehkah Youra memakan Chenle? Ah terlebih lagi pipi Chenle yang imut itu, oh tidak! Chenle imut!.

"Iya bener"setuju Youra.

Youra meraih wajah Chenle lalu menghadapkan wajah tampan itu untuk melihat dirinya.

Jujur ketika tangannya menyentuh wajah itu dia agak sedikit insecure. Bagaimana bisa Chenle setampan ini?.

"Lihat aku dan tersenyumlah, senyum mu itu manis"perlahan tangannya turun.

Namun dengan tingkah menggemaskan Chenle malah memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak berani menatap matamu"

"Kenapa?"bingung Youra.

"Tatapan mu tajam bahkan sampai menembus ke jantung, nanti jantungku tidak sehat melihat tatapan seindah itu"

Youra yang sadar itu langsung tertawa kecil, tatapannya berubah lembut.

Walau candaan, yang dikatakan Chenle memang benar, bulu mata yang panjang nan lentik dan alis yang cukup tebal membuatnya ketika menunjukkan ekspresi biasa akan terlihat sangat dingin. Bahkan para siswa lelaki tidak mau menatapnya. Mungkin takut. Namun jika dipandang terus menerus, sebenarnya Youra punya bagian mata yang indah.

Tapi percayalah walau Youra nakal hatinya tetap lembut seperti seorang wanita pada umumnya.

Berakhirlah malam itu dengan suasana hangat yang mereka bangun dari sebuah candaan kecil.

Disisi lain Chenle ingin terus merasakan semua kebahagiaan dalam hidupnya sebelum penyakitnya menyerang nyawanya.

********

FIREFLIES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang