Happy reading.....
.
.
.
.
."Maafin aku, maaf" rasa penyesalan dalam dirinya masih menggebu walau sebenarnya kekasihnya sudah memaafkannya.
Dia kembali terisak, lalu mencium kening sang kekasih.
"Hei kunang kunang ku selamat tidur"
Dadanya sangat sesak ketika mengatakan itu, namun apa boleh buat? Ini takdirnya.
Sang kekasih yang sangat dia cintai dan mencintainya pergi begitu saja, meninggalkan jejak yang mendalam.
Gadis itu tak mampu menahan seseorang yang sangat berharga untuk dirinya. Dia hanya bisa meratapinya dengan penyesalan penuh dalam hatinya.
Chenle terbangun dengan keringat dingin disekitar tubuhnya dia panik dan jantungnya berdegup hebat.
"Mah..mamah.."
Dada Chenle sesak, tidak, Chenle mohon Tuhan beri dia kesempatan, Chenle ingin menghabiskan sisa waktunya bersama orang orang yang dia sayangi.
Zhia Lin ibu Chenle refleks langsung bangun ketika mendengar erangan dari anak satu satunya.
"Chenle tenang tenang ya...tarik nafas dalam dalam lalu hembuskan" Chenle mengikut arahan mamahnya.
Setelah Chenle tenang tiba tiba terdengar suara gemuruh dari luar seolah orang orang berteriak membangunkan yang lain.
Zhia berjalan ke jendela melihat apa yang terjadi dengan Desanya.
"Bangun! Bangun! Semua kita harus segera mengungsi! Bendungan air sudah tidak mampu menahan air lagi, akan terjadi banjir bandang! Bangun! Bangun!"
Alangkah terkejutnya Zhia ketika melihat berita buruk itu, dengan cepat Zhia mengambil celengan uangnya.
Hanya uang yang dia bawa tidak ada yang lain, lalu Zhia juga mengambil buku catatan Chenle berserta pulpen nya, Zhia hapal betul putranya suka mencatat sesuatu dibuku itu.
Chenle hanya bingung.
"Mah kenapa?"
Zhia tidak menjawab lalu dia dengan segera menggendong Chenle dipunggung nya Chenle hanya menurut saja.
Mereka keluar dari rumah sederhana itu. Ikut berlari bersama orang orang mengungsi ketempat yang lebih tinggi.
Walau umur Zhia sudah memasuki 30 tapi dia masih awet muda, ototnya kuat dia bahkan mampu menggendong Chenle dipunggung nya.
Sungguh perjuangan seorang ibu yang luar biasa.
Chenle hanya diam saja disepanjang perjalanan dia tidak mau membuat mamahnya tambah panik, terlihat jelas raut wajah Zhia.
Para warga sudah mengungsi di pucuk bukit yang tak jauh dari Desa tercinta mereka, sangat terlihat jelas luas Desa mereka dari atas ini.
Bersama sama mereka menyaksikan secara langsung bendungan air yang jebol menyerbu Desa mereka, sebagian ada yang menangis sebagian juga hanya diam saja tidak tau harus berbuat apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIREFLIES (END)
Teen FictionZhong Chenle, anak lelaki dengan paras rupawan dan hati yang teramat baik membuatnya dikagumi oleh semua orang, namun sayangnya dirinya sendiri tidak tahu jika hidupnya penuh dengan rahasia rahasia besar yang tersembunyi. Hingga suatu hari saat Desa...