04. Sekolah Baru.

243 38 2
                                    

Happy reading.....
.


.
.
.
.
.
.

Sudah 1 Minggu Chenle tinggal ditempat yg baru bersama ibunya, tempatnya bukan tempat biasa. Tempat itu mewah.

Waktu pertama kali kesini pun Chenle juga kaget, dia tidak pernah melihat rumah semewah ini.

(Padahal di real nya mah rumahnya udah kaya hotel;) ).

Ketika meninggalkan Desa itu Chenle juga sangat berat hati meninggalkannya apalagi meninggalkan teman barunya, Jaemin. Entah mereka akan bertemu lagi atau tidak.

Hanya Tuhan yg tau.

Kini Chenle berjalan disepanjang lorong sekolah, ya dia masuk disekolah baru.

Baru melangkah beberapa saja perhatian orang yg ada dilorong itu teralihkan ketika melihat seorang pangeran lewat, bahkan beberapa ada yang menahan jerit.

Hei asal kalian tau, melihat Chenle itu seperti melihat pangeran.

Dia berhenti didepan sebuah kantor, itu kantor kepala sekolah, menghembuskan nafas gugup lalu mengetuk pintu perlahan.

Dia masuk dan disambut oleh Dae Jung langsung, ya karena sekolah berstandar internasional itu adalah milik Dae Jung.

Jangan main main dengan seberapa mewahnya sekolah itu.

"Ah, Chenle-ya" Dae Jung merentangkan kedua tangannya, Chenle tersenyum dan memeluknya bagai memeluk ayahnya sendiri.

Ya sejak Dae Jung memberikan tempat tinggal untuk Chenle, Dae Jung meminta Chenle memanggilnya Appa. Dan hubungan mereka pun bertambah dekat seperti seorang ayah dengan anak lelakinya.

"Mari aku antarkan ke kelas barumu" Chenle hanya tersenyum dan mengangguk.

Mereka sampai dikelas 11-B, sekolah ini tentu dibagi tingkat kemampuan para siswa. Dari mulai A sampai J.

Calon siswa yang akan masuk ke sekolah ini pun akan diberikan tes 20 soal.

Sebenarnya Dae Jung sudah tau, selain tampan Chenle juga sangat cerdas, terbukti dengan nilai-nilai nya yg diatas 98.

Dia selalu mendapat rangking dikelasnya.

Namun demi menghindari kesalahpahaman dan Bullyan para siswa siswa Dae Jung terpaksa menguji Chenle juga, jika Chenle masuk sekolah dengan percuma pasti para murid akan mengira kepala sekolah mereka pilih kasih.

Itu juga salah satu alasan kenapa Chenle ditempatkan dikelas B walau sebenarnya dia harusnya di Kelas A.

Hingga mereka sampai didepan kelas.

"Mohon perhatian sebentar anak anak, bapak membawa murid baru untuk menjadi teman kalian disini"ucap Dae Jung ketika mereka berdiri di depan kelas.

Semua perhatian langsung menuju ke Chenle, anak lelaki manis itu jadi gugup sendiri.

"Silahkan perkenalkan dirimu"ucap Dae Jung, setelahnya Dae Jung mendekat kepada guru yg sedang mengajar.

"Annyeong, Nama ku Zhong Chenle kalian bisa memanggilku Chenle, semoga bisa berteman baik"ucap Chenle.

Tanpa Chenle sangka satu kelas menjawab ucapan Chenle "ndee, Chenle-ah"

Chenle tersenyum tipis. Rupanya tidak terlalu buruk seperti yg dia pikirkan tempo lalu.

Dae Jung Ternyata sudah pergi kini guru itu akan mengajar kembali.

"Kau bisa duduk di kursi kosong, Chenle-ssi"ucap guru itu. Chenle mengangguk.

Setelah dia duduk pelajaran di lanjut lagi, sepertinya anak lelaki seumuran yg disampingnya ingin berkenalan dengan Chenle terlihat dari ekspresi nya.

Chenle yg merasa terus di perhatikan merasa risih hingga dia menolehkan kepalanya mendapati anak lelaki yang manis sedang memandangnya.

"H-hai? Aku Chenle"ucap Chenle setengah gugup.

Anak lelaki itu mengangguk "Renjun, Huang Renjun"jawabnya.

Chenle mengangguk nganggukan kepalanya paham.

"Bisakah kita berteman" anak lelaki bernama Renjun itu tersenyum tipis.

"Tentu saja kenapa tidak?" Chenle menjawabnya ramah.

Terlihat Renjun menghembuskan nafasnya lega, jika Chenle tebak menurutnya Renjun ini tipe orang yg sedikit dingin dan pendiam.

Dan mungkin image Chenle seperti orang yg mudah terbuka makanya Renjun mau mengajaknya berteman. Mereka kembali fokus belajar.

*******

Renjun dan Chenle istirahat bersama, Renjun juga mengenalkan Chenle kepada sahabat gilanya, Lee Jeno namanya.

Jeno memang tampan, punya eye smile yg manis dan otak cerdas, karena Jeno dikelas A berpisah dengan Renjun, tetapi mereka tetap bersahabat.

Tapi jangan tertipu dengan tampang polosnya seorang Lee Jeno karena sebenarnya dia manusia unik dan aneh yg pernah Renjun temui.

Seperti sekarang ini, dengan polosnya Jeno menatap Chenle, menatap wajah, telinga, rambut bahkan lubang hidung.

Chenle hanya bisa tersenyum. Dia jadi takut sendiri.

Sedangkan Renjun dia sudah memegang kepalanya frustasi, geleng geleng dengan tingkah manusia unik dan tampan ini.

"Ah ternyata Lo manusia"gumam Jeno lalu lanjut makan.

Renjun menepuk jidatnya pelan, sungguh dia benar benar malu. Bisa bisanya Renjun sabar bersahabat dengan Jeno itu.

"Bisa diam nggak sih?!" Ucap Renjun dingin.

Jeno mengerucutkan bibirnya lucu "yah...kan cuma mau meriksa Chenle manusia apa bukan"

Renjun menyatukan kedua tangannya lalu menghadap Chenle.

"Maaf ya,dia itu emang agak miring otaknya, jadi mohon bersabar berteman dengan orang gila seperti nya"ucap Renjun.

Chenle jadi merasa canggung disini yg bisa dia lakukan adalah tersenyum tipis dan menggaruk tengkuknya yg tak gatal.

"Eh! Gue bukan orang gila ya! Lagian nggak ada orang gila yg bisa setampan gue"ucap Jeno percaya diri.

Renjun berdiri, mengangkat nampan makannya lalu menoleh ke arah Chenle.

"Chenle-ah ayo pindah aku rasa disini tidak aman, seperti ada makhluk tak kasat mata, sumpah aku merinding"ucap Renjun bergidik ngeri.

"Eh awas ya lo—"

Ucapan Jeno terhenti ketika mereka mendengar sebuah kegaduhan di didekat pintu kantin. Perhatian mereka bertiga teralihkan.

Disana ada seorang gadis dengan pemuda tinggi disampingnya.

***********

FIREFLIES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang