.
Happy reading.....
.
.
.
.
.Jeno tersenyum sampai menampakkan eye smile nya "haha enggak! Perasaan kamu aja kali"
Jeno menghela nafas lega ketika Renjun lanjut bermain dan Chenle juga.
"Jadi gimana? Kamu masih mau ngejar Youra sampai dia Ngomong sama kamu apa alasannya?"tanya Jeno ke Chenle.
Game mereka selesai dan menang, Chenle menatap kosong ke depan "aku masih bingung, kalau tetep ngejar ya konsekuensinya aku harus siap sakit hati dia Ngomong kasar atau perilakunya kasar sama aku"jawab Chenle.
Renjun meletakkan handphonenya lalu menatap Chenle "sebagai teman yang baik aku mau ngasih saran buat kamu"ucapnya.
Chenle melirik Renjun dan Jeno juga "wah guru Roenjoen akan menasihati"ucap Jeno.
Puk!
Sebuah bantal mendarat pas diwajah tampan Jeno "diam Lo bangke!"umpat Renjun.
"Eh ngomong-nya"ucap Chenle.
Chenle memang tidak suka ada orang yang mengumpat tidak baik disekitarnya dia pasti akan langsung menegur orang itu, entah teman atau siapa. Sama seperti saat Youra bersama dirinya.
"Iya maaf anjir"jawab Renjun ngegas.
Chenle memutar bola matanya malas "cepet mau ngomong apa lama"
"Iya ini gara gara Jen—Akhhh anjing JENOO!!" Renjun mengumpat lagi ketika Jeno membalasnya dengan melemparkan bantal itu mengenai Renjun.
"Kamu PMS ya? Perasaan sensitif banget"Chenle menertawakan temannya itu.
"Bangsat!! Gue cowok ya!"lagi dan lagi Renjun menjawab dengan tidak santai.
Jeno diam diam tertawa dia akan melempar bantal lagi namun Renjun tau dan mencegahnya dengan gerakan tangan sambil melirik Jeno.
"Lo lempar lagi! Gue potong masa depan Lo JENOO!"ucapnya.
Jeno refleks menutup pahanya, bantal ditangannya terjatuh "eh bangke! Jangan dong ya, istri gue kasihan nob!"
"Ya udah diem bodoh!"jawab Renjun.
"Okeh back to story jadi gini le" Renjun menghirup nafas dalam dalam sebelum dia berbicara untuk menahan emosinya.
"Kamu yakin masih mau cari alasan kenapa Youra kaya gituh ke kamu?" Tanya Renjun.
Chenle kembali memainkan gamenya, kepalanya ia senderkan dia kepala ranjang Jeno.
"Mungkin begitu, aku nggak pernah suka sedalam ini sama orang"jawab Chenle.
"Tapi Lo juga harus pikirin diri Lo juga Le, kasihan hati Lo, kalau gue jadi Lo sih gue udah nyerah aja balik lagi kehidupan gue yang semula tanpa dia"ucap Jeno tiba tiba.
Chenle menatap Jeno "aku sama kaya orang lain, nggak bisa ngelepas orang yang udah disukai banget"bela Chenle sambil tersenyum.
Renjun menghela nafas, seperti waktu kemarin ketika menyadarkan Chenle Tentang ketampanannya, sepertinya menyadarkan Chenle tentang arti cinta yang tak terbalas harus butuh tenaga.
"Jen Tanaga kamu masih kan?"ucap Renjun.
Sontak dengan bangganya Jeno mengangkat kedua tangannya memperlihatkan ototnya yang sudah terbentuk "masih, gue siap jedotin pala Chenle biar dia sadar"ucap Jeno.
"Okeh, kalau aku siap perban mulut Chenle biar dia diem dan sadar"ucap Renjun. Mereka bertos ria.
Chenle turun dari kasur Jeno, memojok di sudut tembok lalu memandang mereka takut "kalian kok kaya psikopat?"ucapnya.
Renjun mengeluarkan pisau buah, Jeno mengeluarkan cangkul yang entah dia dapat dari mana.
"Eh om! Aku jangan dibunuh dong"ucap Chenle.
Renjun dan Jeno menyeringai "ya makanya Lo sadar dong bego!"ucap Jeno.
"Dia udah nyakitin kamu tapi kamu masih ngejar dia"lanjut Renjun.
Mereka memang sedang menasihati Chenle tapi Chenle malah merasa takut ya gimana gak takut coba?.
Definisi teman menasihati dengan cara yang sesat!.
"K-kalian mau beri saran apa mau bunuh aku sih"ucap Chenle gemetar.
Chenle yang sudah mengeluarkan keringat dingin membuat Image cool yang Renjun dan Jeno bangun hancur seketika.
Renjun dan Jeno tertawa terbahak-bahak melihat wajah ketakutan Chenle, Chenle akui kenapa dia bisa menemukan teman gila seperti itu?.
Chenle yakin mereka berdua adalah orang gila yang berpura pura waras.
Pisau dan cangkul itu terlempar ke sembarang arah, sedangkan Chenle memasang muka paling datar dan dinginnya.
"Teman kagak ada akhlak, udah lah aku mau pulang aja" Chenle menutup pintu kamar Jeno dengan kasar.
Dia niatnya ingin curhat kepada mereka berdua tapi ya percuma aja sih curhat ke orang gila yang pura pura waras.
Ya gini jadinya...
Kalian punya teman gila kaya gituh juga nggak?.
***********
"Annyeong aku Jung Nada senang bisa berteman dengan kalian" ucap Nada didepan kelas.
Ya Nada benar benar pindah kesekolah itu, dia ada dikelas D, satu kelas dengan Youra. Sedangkan Youra asik tidur tanpa tau ada guru dan murid baru.
"Baiklah Nada, kamu bisa duduk di bangku yang kosong" Nada mengangguk.
Dia perlahan berjalan lalu menunjuk bangku yang kosong, dan bangku itu disamping Youra yang artinya mereka akan menjadi teman sebangku.
"Disini saja Bu" Bu guru mengangguk.
Dan Nada duduk disana, merasa ada seseorang disampingnya Youra membuka matanya.
Sontak Nada langsung menyapanya "hai".
"K-kamu? Siapa?"tanya Youra dengan nyawa yang setengah terkumpul.
"Aku Nada, murid baru"ucap Nada.
"Kamu mau jadi teman aku? Aku belum punya teman nih"lanjutnya.Youra membulatkan matanya, dia melihat sekeliling sudah seperti yang dia duga, banyak diantara murid murid yang berbisik karena ini pertama kalinya Ada yang mau menjadi teman Youra selain para fanboy Youra yang mengejar gadis itu.
Youra menolak dengan senyuman"maaf bukannya aku nggak mau, tapi aku takut kamu dibully kaya aku"jawabnya lalu fokus ke depan lagi menghiraukan raut bingung Nada.
"Aku nggak—"
"Udahlah lebih baik kamu cari yang lain aja"potong Youra.
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
FIREFLIES (END)
Teen FictionZhong Chenle, anak lelaki dengan paras rupawan dan hati yang teramat baik membuatnya dikagumi oleh semua orang, namun sayangnya dirinya sendiri tidak tahu jika hidupnya penuh dengan rahasia rahasia besar yang tersembunyi. Hingga suatu hari saat Desa...