32. Menyerah

161 18 0
                                    

Happy reading....
.
.
.
.
.
.
.
..

Didepan gerbang Youra berhenti, Jisung sudah pulang duluan membuatnya tidak bisa ikut menyebrang.

Sedangkan tak jauh darinya ada Chenle yang berdiri di belakangnya menatap gadis itu sendu.

Haruskah dia berjuang lagi membantu Youra? Untuk terakhir kali? Mungkin.

Chenle memantapkan diri lalu dia berjalan mendekati Youra.

Chenle menyodorkan tangannya "mau aku bantu menyebrang?"ucapnya sangat lembut disertai senyuman tulus.

Youra menoleh mendapati Chenle yang menolongnya langsung saja gadis itu menatap tajam Chenle.

"Kalau nggak punya otak ya gini, udah dibilangin jangan muncul masih aja!"ucap Youra.

Dada Chenle sesak, kalimat Youra sangat menusuk.

"HAECHAN!!" Gadis itu memanggil Haechan yang ada di sebrang jalan sedang menyalakan motornya. Haechan menoleh.

"Ndee?"teriaknya.

"Gue nebeng ya!"balas Youra.

Sedangkan Chenle menurunkan tangannya, menunduk dalam menahan rasa sesak di dadanya.

Sebelum gadis itu melangkah Chenle mencegahnya "kamu belum kasih alasan Youra, aku nggak bisa lupain ka—"

Youra menepis tangan Chenle kasar dan memotong ucapan anak manis itu "mulai sekarang tolong lupain aku! Anggap aku nggak pernah ada dalam hidupmu!"

Youra mengalihkan pandangannya "a-aku hanya seseorang yang lewat dalam hidupmu saja chenle-ah! Anggap aku hanya sebatas angin!"

Youra pergi meninggalkan Chenle karena Haechan sudah menyebrang untuk menjemput Youra.

Gadis itu pergi meninggalkannya dengan kalimat yang menyakiti hati Chenle.

Chenle hanya memandang nanar kepergiannya. Sungguh sangat menyakitkan ketika ditinggal tanpa alasan oleh orang yang sangat kita sayangi.

Alam seolah mengerti perasaan Chenle, awan mendung menutupi langit. Chenle tak peduli dia berlari menelusuri jalan tanpa memedulikan awan mendung yang akan menurunkan hujannya.

Hatinya sakit, dadanya sesak perkataan Youra bagai pisau yang menusuknya secara perlahan.

Sampai ditempat ternyamannya Chenle meneteskan air matanya. Namun semua tersamarkan Karena hujan yang turun deras.

Apa perkataan Jeno dan Renjun itu benar? Dia harus bahagia untuk dirinya sendiri mulai sekarang, Chenle terlalu sibuk memikirkan orang lain.

Hujan deras tapi Chenle tak peduli, jika dia sakit dan koma lagi Chenle berharap penyakitnya kambuh maka dia pasti akan cepat meninggalkan dunia ini.

Dan disaat itu lah semua orang merasa kehilangan nya. Chenle berjalan pelan menuju pohon sakura kesayangannya yang menyimpan kenangan.

Bersama sang ayah.

Duduk bersender disana tanpa peduli seragamnya kotor karena lumpur. Menekuk lututnya lalu menangis disana.

FIREFLIES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang