16. Seseorang.

156 27 1
                                    

Happy reading...
.
.
.
.
.

.

"Mamah Chenle ganteng udah pulang!" Chenle berteriak ketika memasuki rumah mewah yang hanya ditinggali Zhia dan dirinya saja.

Dua orang yang sedang berbicara itu langsung menoleh mendengar suara cempreng yang menyapa Indra pendengaran mereka.

Chenle terkejut namun nampak menggemaskan, anak itu ketika malu malu itu sangat lucu, makanya tak heran Youra menyukai Chenle yang sedang malu malu.

Dua orang dewasa itu adalah Zhia Lin Dan Dae Jung, orang itu kenapa disini? Ya jelas menjenguk keadaan Chenle dan ibunya.

"Chenle kau kehujanan?"panik Zhia Lin.

Dengan segera wanita itu langsung mengambil handuk kering yang tak jauh dari sana, berlari menuju Chenle.

Wanita itu langsung mengeringkan kepala Chenle dengan handuknya. Sakit Chenle bisa kambuh jika Chenle terlalu lama basah atau kehujanan.

Dan Zhia Lin tidak mau anaknya koma seperti dulu.

Ditengah tengah Zhia Lin khawatir Chenle memandangi raut wajah ibunya yang khawatir, apakah ketika dia tidak ada ibunya akan sangat sedih?.

"Mamah, Chenle nggak papa kok"rengek Chenle.

Zhia Lin berhenti dia menatap mata anaknya tajam "ust...diam! Mamah nggak mau kamu sakit"

Chenle ya tentu saja diam.

Dae Jung yang memperhatikan interaksi mereka dari sofa langsung saja mendekat ke arah mereka.

"Hm maaf, apa kau sangat khawatir jika Chenle kehujanan, jujur interaksi kalian sangat manis"Puji Dae Jung dengan was was dia takut menyinggung.

Zhia Lin berhenti ketika kepala Chenle sudah kering.

Dia menoleh lalu menjawab "tentu saja saya sangat khawatir Dae, Chenle itu—"

Kalimatnya terpotong ketika Chenle menempelkan jari telunjuknya dibibir ibunya.

Chenle seolah memberi kode dengan matanya, Zhia Lin tanpa bertanya pun paham.

"Om lagi main disini?" Tanya Chenle ekspresinya berubah girang.

Ya Chenle masih memanggil Dae Jung dengan sebutan 'om' padahal Dae Jung sudah menyuruh untuk menyebut appa

Dae Jung menggeleng "bukan Om tapi appa"

Chenle tersenyum kikuk menggaruk tengkuknya yang tak gatal "iya, appa"jawabnya gugup.

Dae Jung membelai lembut rambut Chenle "iya pengin jenguk kamu sama ibu kamu"balasnya dengan senyuman.

Chenle mengangguk nganggukan kepalanya, tapi beberapa saat kemudian kepalanya pusing matanya berkunang-kunang dadanya sesak.

Chenle tak tahan lagi menjaga keseimbangan tubuhnya dia ambruk dan pingsan.

Yang terakhir dia ingat adalah suara Zhia Lin dan Dae Jung yang memanggilnya.

************

Dae Jung sudah pulang tadi karena dia mendadak ada urusan kantor padahal dia ingin menemani Chenle dan Zhia Lin dirumah sakit.

Ya, Chenle pingsan dan berakhir dia dirawat inap disana.

Bahkan sampai pagi ini dia tidak kunjung bangun, sudah seharian Chenle pingsan, Zhia Lin menggenggam tangan Chenle. Sungguh, Chenle itu satu satunya sumber kebahagiaan nya.

Dokter masuk keruangan.

"Nyonya Zhia Lin? Bisa saya bicara sebentar?"

Mereka keluar dari ruangan itu menuju ruangan sang dokter tidak sadar jika seseorang memakai pakaian seperti seorang dokter lelaki masuk keruangan itu.

Ya dia menyamar, wajahnya tertutup masker. Setelah dia masuk, pintunya dia kunci lalu mendekat ke arah Chenle.

Memandang Chenle dengan mata yang hampir menangis.

Bagaimana bisa Chenle kuat melawan semua ini?.

"Hyung merindukanmu, lama sekali tidak memelukmu seperti ini Chenle-ah"gumamnya.

Dia memeluk Chenle erat, sungguh sebagai seorang kakak tidak mungkin dia tidak merasa sedih saat adiknya berjuang mati matian melawan kanker yang dideritanya.

Melepas pelukannya, lalu duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Chenle. Menggenggam tangan Chenle dan bermonolog sendiri.

"Kau pasti merindukan ayah kan adik manis?"gumamnya.

"Tenang saja, setelah ayah menangkap orang itu dia akan mengajak kita berkumpul bersama lagi seperti dulu"

"Apa kau menanyakan keadaan ku? Kau tidak pernah bertemu denganku, ah oke aku akan memberitahu mu, aku saat ini tinggal bersama orang orang yang menyayangi ku"

"Ayah tiri dan ibu tiri lebih tepatnya ah ya!aku juga punya seorang adik lagi rasanya menyenangkan andaikan kau juga bisa bermain dengan kami, dan mereka merawat ku menjagaku sampai saat ini aku bisa bertemu denganmu"

"Aku berhutang Budi dengan mereka"raut wajahnya tergambar sedih walau tertutup masker.

"Aku akan memberitahu mu sesuatu chenle-ah"

"Ayah kita... Dia adalah seorang polisi, dia sedang menjalankan misinya untuk menangkap orang yang telah memecah keluarga kita dulu"

"Setelah semuanya baik baik saja kita akan bisa berkumpul lagi, dengan mamah juga. Ah aku merindukan mamah"

"Chenle-ah, walaupun ayah kita polisi dia sibuk dengan tugasnya tapi dia sangat sayang dengan kita Chenle"

"Ayah selalu meluangkan waktu untukku, ayah menjengukku dirumah keluarga baruku, dia bilang dia selalu ada Dihatimu walau Dimata kita berjauhan."

"Chenle-ah ingat pesanku ini, jika kau merasa kesepian jangan pernah menyerah ya, aku dan ayah akan selalu berjuang Dibelakang mu"

Terakhir orang itu membelai rambut Chenle sebelum dia keluar dari ruangannya.

"Kau harus sembuh adikku, Hyung dan ayah merindukanmu"

Akhirnya air mata yg dia tahan menetes tiba-tiba, namun orang itu menghapus air matanya kasar dan keluar dari ruangan itu.

Diluar ruangan itu seorang anak lelaki manis menunggu orang tadi.

"Sudah Hyung?"

Orang itu mengangguk "ayo Renjun kita harus pergi dari sini".

Ya, Renjun dan kakak kandung dari Chenle.

********

Yoo maaf pendek;)
Penasaran kan???..

FIREFLIES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang