I'd climb every mountain
And swim every ocean
Just to be with you
And fix what I've broken
Oh, 'cause I need you to see
That you are the reason***
Sudah 5 try out dijalani oleh Anna di sekolah yang menandakan hari ini adalah try out terakhir sebelum akhirnya mereka akan melakukan Ujian Nasional minggu depan. Setelah melaksanakan try out Bahasa Inggris, kelas tidak diperbolehkan pulang dulu menunggu wali kelas yang akan memberi arahan.
Karena tempat duduk saat Ujian Nasional nanti berdasarkan abjad, Anna harus terpisah dari Desi dan Dipo yang biasanya duduk didekatnya. Anna yang memiliki nama panjang Irianna Putri duduk pojok kanan baris ketiga dan disampingnya ada Sandi yang memiliki nama panjang Irfan Sandi Kusumawijaya.
Dari tadi, Sandi terus-terusan mengganggu Anna dengan menendang-nendang kaki kursi yang membuat Anna jengah.
"Apaan sih lo San ganggu banget!" teriak Anna agak kencang.
Ketua kelas mereka, Rio yang memiliki nama lengkap Herio Hermawan, yang duduk di depan Anna langsung menoleh ke belakang dan menyuruhnya diam karena telah mengagetkan dirinya. Anna hanya meringis meminta maaf karena sudah berbicara kencang.
Sandi menyeret kursinya hingga ke dekat Anna.
"Hubungan lo sama cowo lo gimana?" tanya Sandi yang sedang berpangku tangan di meja Anna membuat Anna menatapnya heran.
"Dih mau tahu aja lo!"
"Oooh." kata Sandi enteng. Sandi lalu mentoel Rio yang sedang berbicara dengan Heni disampingnya.
"Kenapa San?"
"Pak Harry udah berapa lama sih ngajar disini?"
Anna menatap Sandi galak karena takut Sandi membocorkan rahasianya kepada Rio. Rio terkenal sebagai murid yang tegas dan sangat taat peraturan sekolah, oleh karenanya Rio ditunjuk menjadi ketua kelas di kelasnya. Jika Rio mengetahui hubungannya, matilah mereka. Namun sebagian diri Anna mengetahui bahwa Sandi hanya menggertaknya saja. Sandi bukan merupakan orang yang suka mengejek dan membocorkan rahasia orang lain, berbeda jauh dengan Rohman yang selalu mengejek semua orang dikelasnya meski akhirnya ia juga yang diejek karena postur tubuhnya.
"Emm, 9..10 bulan San. Kenapa?"
Sandi menggeleng. "Oh gak apa-apa. Gue cuma kangen Bu Tia. Sayang ya dia balik pas kita udah pada lulus."
"He em. Gue juga. Tapi Pak Harry juga gak kalah asyik kalo ngajar kok. Malahan gue lebih nyambung diajar sama dia. Lebih berkharisma juga menurut gue. Dia juga terlalu manis sih jadi seorang guru. Cocokan jadi model." kekeh Rio diakhir perkatannya.
Sandi mendepak pelan belakang kepala Rio. "Heh sarap, lo udah punya cewe. Apa sekarang lo beralih jadi seorang bi?"
Rio makin mengakak dan membalikan badannya ke tempat semula lalu lanjut mengobrol dengan Heni.
Anna mendekatkan badannya ke arah Sandi. "Awas lo ya kalo sampai macem-macem." kata Anna pelan.
Sandi tersenyum geli. "Ya ampun Na, sejak kapan sih gue suka nyebarin rahasia orang? Ya kaga lah. Tadi gue cuma bercanda doang sama Rio. Lagian nih ya, Pak Harry baik banget jadi guru. Gak pernah marah, kalau kita gak ngerti suka dijelasin ulang. Kadang gue sampai mikir Pak Harry itu orang apa utusan malaikat sih?"
Anna terkekeh mendengarnya. "Hahaha. Iya juga sih ya."
"Beruntung ya." kata Sandi pelan.
Anna menerawang melihat jendela kelasnya yang terpantul sinar matahari."Iya, gue beruntung banget bisa pacaran sama dia San. Gue gak tahu apa yang dia lihat dari gue. Gue adalah gue, bukan orang yang spesial. Kalau ditelaah, masih banyak milyaran cewe diluar sana yang pasti lebih berkualifikasi dari pada gue. Yet he chose me."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
RomanceHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?